blank
Antonius Benny Susetyo (Romo Benny). Foto: bs

JAKARTA (SUARABARU.ID)– Pakar Komunikasi, Antonius Benny Susetyo menuturkan, literasi digital dan kebangsaan di era kerbukaan sekarang ini, menjadi sangat penting. Khususnya bagi anak-anak muda, agar tidak mudah terdoktrin oleh hal-hal yang menyesatkan.

”Maka kesadaran literasi digital sangat penting. Kesadaran literasi kebangsaan akan memperkuat kita, supaya anak-anak muda tidak terjerumus dan tereduksi doktrin yang mengajarkan kesesatan, dimana manipulasi agama hanya mencari kekuasaan,” kata dia dalam keterangannya di Jakarta, belum lama ini.

Bagi Benny, diperlukan pribadi dan komunitas pemutus kata, yaitu orang yang kritis ketika mendapatkan informasi atau berita, dengan mencari kebenaran dari informasi itu, sebelum menyebarkannya kepada orang lain.

BACA JUGA: 120 Peserta Ramaikan Tegal Pesisir Karnaval

”Maka dibutuhkan kesadaran baru, bagaimana publik menjadi komunitas pemutus kata, bukan peng-iya kata. Komunitas pemutus kata adalah orang yang kritis, orang yang mempertanyakan orang yang mencari kebenaran dan mencari sumber-sumber berita yang terpercaya, bukan sekadar komunitas peng-iya kata, yang hanya sekadar men-share tanpa membaca dengan bijak,” tegasnya.

Romo Benny, sapaan akrabnya menyampaikan, kesadaran menggunakan media sosial, harusnya mampu merajut persaudaraan sejati. Dan media sosial harusnya mendidik masyarakat menjadi lebih kritis, dalam penggunaannya.

”Kecerdasan masyarakat dalam menggunakan media sosial, hanya bisa dibangun lewat sebuah kesadaran kritis, dengan cara mendidik rakyat lebih bisa memilih berita dan konten bersumber akurat,” ujarnya.

BACA JUGA: Posal Jepara Bersama Unsur Terkait Amankan Pesta Lomban

Menurut Staf Khusus Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) itu, tantangan terbesar di era digitalisasi adalah, bagaimana menjadi orang yang bijaksana. Yaitu, orang yang mampu mengolah berita dengan tepat dan mampu menyaringnya, sehingga memiliki kesadaran akan dampak dari menyebarkan berita bohong akan membuat kehancuran.

”Kebohongan yang diulang-ulang secara sistematis, akan menjadi kebenaran. Dan ketika kebenaran itu direduksi dengan berita yang bohong tanpa fakta dan data, kerap kali berita itu menyesatkan, dan juga menipu publik,” ucapnya.

Etika berkomunikasi dalam menggunakan sosial media sangat penting, dan harus diterapkan. Hal ini agar tidak terjadi perpecahan persatuan dan kesatuan di negara Indonesia. Selain itu juga, tidak berdampak buruk bagi kehidupan kita dan orang lain sesama pengguna sosial media, baik secara langsung maupun tidak langsung.

BACA JUGA: Pelajar Muhammadiyah Harus Teladani RA Kartini, IPM Gelar Konferensi

Benny yang juga seorang budayawan itu, mengajak masyarakat agar bijak menggunakan media sosial sebagai alat untuk memajukan peradaban kemanusiaan, bukan penghancuran kemanusiaan.

”Saatnya kita menjadi bijak menggunakan media sosial, sebagai alat untuk memperjuangkan nilai-nilai kebenaran, kemajemukan, dan menjaga NKRI tetap utuh,” tuturnya.

Riyan