Ilustrasi. Rek: wied

SEIRING perkembangan pemikiran, power dari sebuah doa itu dapat dikemas dengan metoda pernapasan dan visualisasi. Konsep ini pernah saya kembangkan berdasar konsep tenaga dalam dan olah batin, dalam hal ini adalah tirakat, wirid atau doa rutin.

Menurut catatan dan temuan saya dengan para ahli ilmu metafisiska, ada beberapa hal yang menarik untuk disajikan dan dikembangkan.  Ini berkaitan antara visualisasi, konsentrasi dan olah batin.

Seseorang rekan melatih dan mengembangkan getaran tenaga dalamnya cukup hanya dengan bertafakur. Ketika hal itu dikombinasi antara nafas halus, menarik secara halus (setengah tenaga) kemudian menahan dan menghembuskannya.

Dan pada olah napas itu dimasukkan unsur supranatural, dengan unsur  wirid yang pernah saya lakukan dengan melafalkan bagian dari surah  Al-Anfal : 17 Wa maa ramaita idz ramaita wa laakin-nal-laaha ramaa, yang artinya : dan bukan kamu yang melempar ketika kamu melempar, tetapi Allahlah yang melempar.

Ketika wirid dan aturan napas dilakukan, konsentrasinya benar-benar dipusatkan, dan batinnya memvisialisasikan suatu kehendak bahwa dari dalam dirinya muncul (tumbuh) daya pental bagi orang -orang yang berniat jahat.

Metode ini ketika dilakukan anggota perguruan tenaga dalam, maupun kalangan yang lebih fokus melalui jalur doa atau wirid, ternyata memiliki kemampuan yang agak berbeda. Yaitu energi yang diolah melalui pernapasan tenaga dalam lebih memengaruhi fisik penyerang.

Misalnya mementalkan lawan, sedangkan energi yang timbul dari spiritual (doa, wirid) karakternya lebih lembut, yang oleh orang Jawa disebut ilmu selamat, ana seja ora temuka yang artinya, jika ada niat jahat, tidak akan terjadi.

Kombinasi antara teknik pernapasan, konsentrasi dan unsur amalan atau doa itu saling menunjang. Dan ini sudah sering kami praktekkan dalam ujicoba. Misalnya, pada kasus pencurian, kekuatan konsentrasi dilambari wirid : Alaa ta’lu alaiy-yawatuunil muslimin, yang artinya datanglah kepadaku sebagai orang yang berserah diri.

Melalui penghayatan arti dan sejarah dari surat itu kami  memvisualisasikan, orang yang melakukan pencurian itu dengan izin-Nya, bisa kita “datangkan” sebagaimana Ratu Bilkis yang datang dan berserah diri kepada Sulaiman AS.

Dengan metode itu dulu kami dan kawan-kawan, sering dimintai pertolongan warga jika ada seseorang yang  minggat dan kasus lain.

Pengembangan Visualisasi

Bahkan ada seorang teman satu perguruan yang memanfaatkan daya panggil dan daya peluluhnya untuk menjadi deb collector alias tukang tagih. Menurutnya cara itu lebih manusiawi, karena yang “dihantam”  hati nuraninya, makaorang yang semula mbandel pun menjadi sadar.

Dan saya yakin debt collector macam itu  perlu dipertimbangkan sebagai alternatif karena mengandalkan intimidasi. Pemanfaatan doa, wirid yang disertai visualisasi batin sungguh adalah penemuan baru di lingkungan dunia ilmu metafisik.

Diibaratkan, menyatunya dua unsur itu seperti menyatunya dua kekuatan “aku-batin” yang alami dan kekuatan Ilahiyah dari aktivitas doa. Hanya disayangkan sekiranya itu dikuasai mereka yang mentalnya labil hingga menimbulkan masalah dan bukan menyelasikan masalah.

Karena dari visualisasi pun bisa terciptanya “sihir baru” seperti kasus di Madura yang ditulis Majalah terbitan Jakarta. Seseorang karena  sakit hati, dia membaca bagian surat Albaqarah yang  disengaja diplesetkan, yaitu aslinya Alif Laam Miim Dzalikal kitabu…

Pada bagian yang akhir, kalimat kitabu diganti diganti kek tabuk  dalam bahasa Madura artinya “sakit perut”. Ketika dia membaca ayat yang sengaja diplesetkan itu kehendak batinnya agar orang yang dituju itu sakit perut.

Orang yang dituju benar sakit perut, tidak  bisa BAB. Kejadian ini  sempat ditangai pihak berwajib dan ditulis di salah satu kolom di Majalah terbitan Jakarta.

Selain yang negatif, visualisasi bisa digunakan untuk yang positif. Misalnya, membantu merukunkan pasangan rumah tangga yang kurang harmonis, sarananya cukup dua pensil lalu dikat dengan benang, dan setiap kali gerakan menggulung benang disertai visualisasi agar yang dituju semakin lengket dan harmonis.

Apalagi jika saat menggulung itu disertai membaca doa atau amalan apapun yang diyakini dapat menambah power. Misalnya membaca ya man rodda Yusufa ‘alla Ya’qub, yang artinya “Wahai dzat yang mempertemukan Yusuf kepada Ya’qub”.

Ada juga metode memadamkan niat jahat dengan media lilin. Metode itu didapatkan dari inspirasi sekilas. Ketika dia terancam keselamatannya malam hari dia dapat “bisikan” agar masuk kamar yang dibuat gelap.

Dia menyalakan lilin. Dan nyala lilin itu visualisasikan sebagai nafsu yang mengancamnya. Dia membaca  salawat munjiyat diawali bersamaan dia menyalakan lilin hingga lilin itu habis dan mati. Matinya lilin itu divisualisasikan sebagai matinya nafsu yang berniat jahat itu.

Begitu besar pengaruh visualisasi sebagai penunjang doa. Saya jadi ingat nasehat guru, doa itu tergantung siapa yang memegangnya. Kekuatan manusia tergantung apa yang ada pada batinnya.  Apa yang dikehendaki, itu pula yang diterimanya. ”Aku selalu menurutkan persangkaan hamba-Mu terhadap-Ku. (HR Muslim).

Masruri, penulis buku praktisi dan konsultan metafisika tinggal di Sirahan Cluwak Pati