blank
Dosen dan mahasiswa Magister Ilmu Hukum Angkatan 43 Untag Semarang gelar bakti sosial dan pengabdian masyarakat. Foto: Dok/Untag

SEMARANG (SUARABARU.ID) – Stunting atau kekerdilan pada anak merupakan masalah serius yang masih menjadi perhatian di Indonesia. Menurut data dari Kementerian Kesehatan, prevalensi stunting di Indonesia masih cukup tinggi, mencapai 27,67 persen pada tahun 2020.

Salah satu penyebab stunting yang utama adalah kurangnya asupan gizi yang berkualitas dan seimbang pada anak. Selain itu, faktor lingkungan juga berperan penting atas terjadinya stunting, seperti sanitasi yang buruk dan akses terbatas pada air bersih.

Untuk menanggulangi masalah tersebut, dosen dan mahasiswa Magister Ilmu Hukum Angkatan 43 Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Semarang mengadakan kegiatan bakti sosial dan pengabdian kepada masyarakat di Balai Desa Padang, Kecamatan Tanggungharjo, Kabupaten Grobogan.

Hadir dalam acara tersebut Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Grobogan, dr. Slamet Widodo, dr. Ekayanti L., selaku dokter umum Puskesmas Tanggungharjo, Slamet Sanyoto, S.H., M.M. selaku Camat Tanggungharjo, Dr. Anggraeni Endah K., S.H., M.Hum., selaku Ketua Program Studi (Prodi) Magister Ilmu Hukum (MIH) Untag Semarang beserta jajarannya, mahasiswa, dan lainnya.

Kaprodi MIH Untag Semarang, Dr. Anggraeni Endah K., S.H., M.Hum menyampaikan, salah satu wujud pelaksanaan tri dharma perguruan tinggi yaitu dengan melakukan bakti sosial dan pengabdian kepada masyarakat.

“Bakti sosial dan pengabdian masyarakat ini dilakukan oleh dosen dan mahasiswa Program Studi Magister Ilmu Hukum Untag Semarang,” jelas Anggraeni, Selasa (21/3/2023).

“Program bakti sosial ini selain membagikan sembako kepada masyarakat, juga memberikan sosialisasi terkait pemberian gizi yang baik kepada bayi supaya tidak mengalami stunting,” tambahnya.

Menurutnya, penanganan stunting harus dilakukan secara komprehensif, meliputi aspek gizi, lingkungan, serta pendidikan dan sosialisasi kepada masyarakat.

Dikatakan bahwa masih banyak di daerah Grobogan yang memiliki kasus stunting tinggi, seperti di Desa Padang masih ada 34 anak yang mengalami stunting.

Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Grobogan, dr. Slamet Widodo menyampailan bahwa Desa Padang pada tahun 2020 pernah menjadi Desa Locus stunting dengan total 51 balita.

“Jumlah balita stunting di Desa Padang mengalami penurunan 14 persen dari 51 anak menjadi 34 anak pada tahun (2020-2022), dari total balita 350,” terang dr. Slamet Widodo.

Untuk memangkas angka stunting tersebut, diperlukan pengetahuan tambahan kepada ibu-ibu hamil di Desa Padang, supaya angka tersebut mencapai 0.

“Pencegahan stunting salah satunya dapat dilakukan dari makanan pendamping dan stimulasi, protein hewani tinggi, dan gizi yang diperhatikan,” lanjutnya.

Ia mengimbau kepada semua ibu-ibu untuk selalu memperhatikan gizi anak-anaknya dan selalu memberikan makanan yang berprotein.

“Selain menanggulangi faktor langsung dari stunting, kita juga harus memperhatikan faktor tidak langsung dari stunting seperti Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM),” terang Camat Tanggungharjo, Slamet Sanyoto.

“Jika STBM sudah bagus, maka balita juga akan mendapatkan air bersih yang bisa meningkatkan sistem imunitas balita terhadap sakit dan infeksi,” pungkasnya.

Ning Suparningsih