Dan itu  hanya mampu dilakukan oleh mereka yang terlatih mengendalikan nafsu  atau mereka yang memiliki kemauan kuat mencapai suatu tujuan. Dari sisi olah batin itu sebagai upaya mendekatkan seseorang pada keyakinannya sehingga membangkitkan berbagai daya yang diinginkannya.

Puasa dari sisi rohani bertujuan membersihkan batin dan menyatukan kekuatan kehendak, menonaktifkan nafsu, dan mempermudah menghadirkan suasana hening, maka dikehendaki atau tidak, dengan menjalankan puasa, potensi spiritual seseorang yang semula “tertidur” pun bisa menjadi bangkit, aktif dan lebih berkembang.

Satu misal ilmu kebal, pada zaman dulu, begitu selesai puasa langsung dibuktikan dengan uji coba. Dan ketika zaman mulai berubah, pola pikir ilmiah lebih dikedepankan, generasi muda cara berpikirnya lebih logis dan analisis, keajaiban yang bersifat metafisis pun mulai menipis.

Dulu saya pernah belajar ilmu kebal. Oleh Guru saya disuruh “membeli” dengan puasa tujuh Senin tujuh Kamis. Sebagai remaja yang dibesarkan dikalangan rasional, awalnya  dihinggapi  pertanyaan. “Mungkinkah ada orang yang kebal kulitnya? Bukankah kulit itu tipis, apa iya tidak robek dengan sabetan atau goresan senjata tajam?

Karena sudah terlanjur nekad mencari jawaban dari rasa penasaran dengan fenomena magis yang oleh sebagian orang dianggap dongeng, saya pun nekat. Ambil pisau yang baru diasah.

Ketika saya menanyakan kepada guru bagaimana cara mencobanya, Guru  memberikan metode yang justru bertentangan dengan logika, “Tumbuhkan keyakinanmu, hilangkan mirismu, visualisasikan senjata yang dalam genggamanmu itu tumpul.”

Saya lalu nekad. Awalnya dengan menusuk badan dan awalnya  terasa perih. Dan ajaibnya, ketika tekat sudah total, justru semakin keras pisau itu beradu dengan kulit justru semakin tidak sakit. Prinsipnya mirip ilmu kontak (tenaga dalam).

Semakin bernafsu menghajar tubuhnya, justru tubuh semakin tidak merasakan sakit yang berarti. Setelah kejadian itu, ada beberapa pertanyaan dari teman-teman, tentang apa kaitannya antara puasa dengan kekuatan supranatural yang kemudian ada dalam diri? Padahal  kekuatan itu belum  ada sebelum kami melakukan puasa.

Dulu, ilmu kebal yang saya pelajari bersumber dari Badui luar, yang sudah ada sentuhan  dengan nilai-nilai agamai, sedangkan yang dari Badui dalam, justru tanpa puasa, hanya bermodal yakin dan bisa!

Masruri, penulis buku praktisi dan konsultan metafisika tinggal di Sirahan Cluwak Pati