blank
Ilustrasi. Foto: pixabay

blank

ANAK remaja ketika belajar beladiri, oleh guru saya dianjurkan  puasa Senin-Kamis di sela latihan fisiknya. Namun hingga guru meninggal, saya tidak diberi tahu manfaat dari puasa itu.

Sebagai murid saya mengikuti perintah guru. Walau dalam hati saya  ngeyel kenapa harus dengan puasa? Bukankah itu malah mengurangi gizi yang berakibat berkurangnya kekuatan fisiknya?

Melihat kegalauan saya, guru memberi penjelasan, selain puasa di luar Ramadan, ada puasa yang bermanfaat untuk ilmu yang bersifat duniawai, khususnya yang berkaitan dengan keselamatan diri dan keajaiban lain yang belum dikenal kalangan awam.

Kalau menurut Imam Syafi’i, puasa atau menghindar dari kenyang itu dapat membebaskan diri dari kebiasaan lemah beribadah. Disebutkan, dengan puasa bisa terhindar dari beratnya badan, kerasnya hati, tumpulnya pikiran dan kebiasaan mengantuk.

Dari penelitian ilmiah, puasa juga bermanfaat bagi kesehatan. Menurut  penelitian Mc Cay dari Universitas Cornell, sebagaimana tertulis pada buku berjudul How Not to Die Young tulisan dokter Joan Gomez, hasil penelitian terhadap tikus ditemukan fakta,  tikus yang dikurangi makannya dalam jumlah kalori maupun kualitasnya, ternyata lebih lamban mengalami proses ketuaan.

Baca juga Gantung Jodoh

Bahkan tikus itu berumur lebih panjang dua kali lipat dibandingkan dengan tikus yang diumbar cara makannya. Sedangkan tikus yang dikurangi makannya lebih licah dan lebih awet muda pada usia setengah baya.

Lewat percobaan yang lain, tikus yang dibiarkan puasa dua hari dalam seminggu ternyata memiliki umur 60 persen lebih panjang. Ini menunjukkan, dengan menahan diri dari kebiasaan makan yang melebihi ukuran, juga bermanfaat, sekalipun kita telah mencapai kemapanan dan mampu untuk berlebihan makan.

Puasa Kanuragan.

Puasa untuk tujuan metafisik, supranatural, atau dalam istilah santri disebut riyadhah, lebih kearah penyucian batin dan fokus pada apa yang sedang ada dalam hatinya. Namun khusus untuk puasa untuk kanuragan, kurang tepat disebut puasa sunnah.

Puasa untuk teraget tertentu, untuk  kepentingan suatu “ngelmu” lebih pas disebut  “puasa budaya” dan ini yang diajarkan oleh para leluhur atau para ahli hikmah, yang arahnya lebih untuk masalah duniawi.