Ganjar Pranowo ketika berada di SMKN Jateng Kampus Semarang, saat masa MPLSDKA. Foto: sb

SEJAK memimpin Jawa Tengah, Gubernur Ganjar Pranowo, gila-gilaan mengurus dunia pendidikan. Khususnya menyediakan sekolah gratis, bagi siswa berprestasi dari kalangan keluarga tidak mampu.

Ganjar pun menginisiasi Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) berbasis keasramaan atau boarding school berbiaya cuma-cuma, bernama SMK Negeri Jateng.

SMKN Jateng yang didirikan Ganjar pada 2014, bukan hanya menekan angka putus sekolah, namun mampu mengentaskan ribuan keluarga miskin. Indikator itu terlihat dari ribuan lulusannya yang terserap di perusahaan bonafid di Tanah Air, maupun menjadi abdi negara.

BACA JUGA: Jelang Ramadan, Bupati dan Forkompimda Musnahkan 729 Botol Miras

Gebrakan ini dianggap “program gila”, karena nyaris semua provinsi tak memilikinya, mengingat sekolah berasrama gratis itu, menyedot APBD cukup tinggi. Tapi belakangan konsep pembelajaran di tiga SMKN Jateng yang menelan anggaran di atas Rp 30 miliar per tahun ini, kini menjadi role model.

Sejumlah provinsi di Indonesia seperti DKI Jakarta, Bengkulu, Lampung dan Sulsel pun, mengirimkan kepala sekolah dan staf pengajar untuk studi banding ke sekolah itu.

SMKN Jateng sendiri meliputi tiga wilayah di Jateng, yaitu Kampus 1 di Kota Semarang, Kampus 2 di Pati dan Kampus 3 di Purbalingga. SMKN itu bukanlah sekolah kaleng-kaleng.


SMKN Jateng Kampus 1 berjalan berbaris sebelum dan sesudah makan siang. Foto: sb

BACA JUGA: Masjid Ukhuwah Yang Megah Itu Kini Telah Dibuka Untuk Sholat Jumat

Nyatanya, pada 2022 lalu, sebanyak 233 lulusan tiga sekolah itu, diwisuda Ganjar dengan tingkat keterserapan di lapangan kerja mencapai 70 persen, lima di antaranya meraih nilai 100, pada mapel matematika di Ujian Nasional.

Tak berhenti dengan tiga sekolah, Ganjar menambah 15 SMK semi boarding di 15 kabupaten, untuk menampung siswa unggul dari keluarga miskin. Dinamakan SMK Semi Boarding, karena 30 siswa yang lolos seleksi, masih belajar dengan siswa reguler, meskipun mereka tinggal di asrama.

SMKN Jateng Kampus 1 di Semarang, sejak beroperasi telah menunjukkan eksistensi sebagai sekolah unggulan. Meskipun siswanya berasal dari keluarga prasejahtera, jika diberikan kesempatan dan dibiayai negara, hasilnya prestasi akademik dan nonakademik sangat luar biasa.

BACA JUGA: Dosen Unissula Dimotivasi Lolos Hibah Dikti

Salah satu siswi kelas XII SMKN Jateng Kampus 1, Dini Nur Laela, mengaku bersyukur bisa mengenyam pendidikan di sini. Selain nyaman belajar, pelajar Jurusan Bisnis Konstruksi dan Properti itu, sudah langsung diterima pekerjaan di PT SUA Jakarta Selatan, sebuah perusahaan di bidang jasa kontruksi mekanikal dan elektrikal. Sebelumnya, dia menjalani PKL di sana dan mengikuti tahapan seleksi.

Pelajar asal Pemalang yang sejak kelas kelas 2 SD menjadi yatim piatu itu, mengaku berterimakasih kepada Pemprov Jateng, atas kehadiran SMK ini. Di matanya, sekolah ini menjadi lentera dan memberikan harapan baru bagi siswa keluarga miskin untuk melanjutkan pendidikan usai lulus SMP.

”Ditinggal orang tua membuat saya terus berjuang mewujudkan mimpi. Saya terbantu dengan adanya sekolah ini. Di SMKN Jateng bukan hanya gratis, kegiatan belajar mengajar pun keren, dan begitu lulus langsung kerja,” kata Juara Rancang Bangun Jembatan dari Kayu Balsa Antar-SMK se-Jateng 2023, yang digelar sebuah perguruan tinggi di Semarang ini.

Dini Nur Laela. Foto: sb

BACA JUGA: Mitigasi Abrasi Pantai dan Banjir koRob, Gubernur Jateng Gandeng PLN Restorasi Kawasan Pesisir Pantura

Hal senada diakui Bayu Lesmana Putra, dari Jepara. Sadar orang tuanya tak berpunya, karena sang ayah, Oni Sahroni, hanya seorang buruh, dan ibunya Sulatmi berjualan angkringan, dirinya mengejar sekolah tanpa biaya. Dia membayangkan keluarganya harus merogoh kocek jutaan rupiah, untuk biaya seragam dan alat tulis jika belajar di SMK umum.

”Tapi di sini, kami bersyukur semua ditanggung, mulai seragam, sepatu, alat tulis, dan ada kegiatan pesiar. Apalagi pendidikan karakternya sangat kuat,” tambah siswa Jurusan Instalasi Tenaga Listrik ini.

Ya, SMK yang digagas Ganjar Pranowo itu menawarkan fasilitas asrama, dengan seluruh biaya pendidikan dan makan hingga seragam digratiskan. Setelah berdiri tiga SMK Boarding, disusul 15 SMK semi boarding.

BACA JUGA: Peringatan Berdirinya Praja Mangkunegaran di Nglaroh Wonogiri

Ke-15 sekolah itu yakni, SMKN 1 Demak, SMKN 2 Rembang, SMKN 1 Wirosari Grobogan, SMKN 1 Jepon Blora, SMKN 1 Tulung Klaten, SMKN 1 Kedawung Sragen, SMKN 2 Wonogiri, SMKN 1 Purworejo, SMKN 2 Wonosobo, SMKN 1 Punggelan Banjarnegara, SMKN 1 Alian Kebumen, SMKN 2 Cilacap, SMKN 1 Kalibagor Banyumas, SMKN 1 Tonjong Brebes, dan SMKN 1 Randudongkal Pemalang.

”Kami serius mengikis kemiskinan. Visinya sekolah ini adalah pelopor, penggerak pemberantasan kemiskinan. Lulusannya, setelah lima tahun harus bisa mengentaskan kemiskinan dirinya dan lingkungannya. Juga menggerakkan masyarakat untuk pengentasan kemiskinan di daerahnya,” kata Ganjar.

Menurut gubernur, ide SMK ini muncul, ketika banyak ditemukan keluarga miskin, yang ternyata berpendidikan rendah. Sejak saat itu, Ganjar mulai merintis sekolah gratis bagi keluarga tidak mampu, agar dapat mengakses pendidikan.

BACA JUGA: FIK Unissula Helat Pelatihan Clinical Educator

Selain SMKN, Ganjar juga merevitalisasi tujuh SMK di Jateng, untuk mewujudkan teaching industry. Jika SMKN Jateng masih menggunakan dana APBD, maka untuk pengembangan di sekolah itu, dapat melalui kerja sama dengan pihak swasta.

Kepala SMKN Jateng Kampus 1, Samiran menyampaikan, setiap tahun ada 120 siswa yang ditampung, di mana satu rombongan belajar diisi 24 siswa dengan lima disiplin ilmu, yaitu teknik bangunan, elektronika, listrik, mesin, dan otomotif.

Visi dan misi sekolah ini senapas dengan program Pemprov Jateng, untuk turut serta mengentaskan kemiskinan. Penguatan karakter dituangkan dalam pola-pola pengajaran, lewat amalan nilai-nilai Pancasila, di antaranya bangun pagi sekitar pukul 03.00 WIB untuk menjalankan ibadah, budaya sehat dengan lari pagi, senam, spirit gotong royong dan kerukunan melalui makan bersama dan membersihkan lingkungan.

BACA JUGA: UMS Kukuhkan Guru Besar Kesehatan Masyarakat

Ketua Umum Musyawarah Kerja Kepala Sekolah (MKKS) SMK se-Indonesia itu menambahkan, kurikulum SMKN Jateng mengacu pada konsep link and match, sehingga memudahkan mereka terserap di pasar industri.

Kini, banyak siswanya yang meskipun masih semester V, namun sudah banyak yang direkrut perusahaan bonafid di Tanah Air, salah satunya perusahan tambang PT Buma di Kalimantan.

”Beberapa kegiatan pembeda di SMK kami adalah, adanya proses Pendidikan Dasar Kepemimpinan selama tiga bulan, dan pengawasan pamong selama 24 jam, sebagai pengganti orang tua. Mereka juga menggunakan Bahasa Inggris di hari Senin-Selasa, bahasa Jawa di Rabu-Kamis dan bahasa Indonesia di Jumat-Sabtu,” tukas Samiran.

Tim SB