SLEMAN (SUARABARU.ID)– Tantangan besar wartawan di era banjir informasi saat ini adalah terjadinya anomali antara memilih tunduk dengan kepentingan publik, kebijakan redaktur, atau pun pemilik media. Apalagi kini kita bersaing ketat dengan media sosial (medsos), di mana opini publik pijakannya bukan media massa atau media arus utama namun medsos.
Hal tersebut disampaikan Ketua Dewan Kehormatan Provinsi (DKP) PWI Jateng Sri Mulyadi saat memberikan orientasi kepada peserta Uji Kompetisi Wartawan (UKW) Joglosemar di Balai Besar Pengembangan Penjaminan Mutu Pendidikan Vokasi, Sleman, Yogyakarta, Rabu (15/3/2023).
UKW Joglosemar yang berlangsung 15-17 Maret ini digelar PWI Jateng, PWI Surakarta, dan PWI DI Yogyakarta bekerja sama dengan PT Semen Gresik pabrik Rembang.
Baca Juga: PWI Jateng dan Universitas Semarang Gelar Sarasehan Pengembangan Pariwisata Borobudur
“Ketika pernyataan Menkopolhukam Mahfud MD tentang “Rp 300 T’’ viral di media sosial, aparat turun. Itu fakta. Saya kira ini tantangan bagi wartawan, dan semua pengelola media, bagaimana bisa mempertahankan kredibilitas dan tak mudah terongrong oleh medsos. Kredibilitas adalah aset utama bagi wartawan dan media,’’ kata Sri Mulyadi yang menyampaikan materi UU No 40/1999 tentang Pers.
Selain Sri Mulyadi, narasumber lain yaitu Sekretaris DKP PWI Jateng Sosiawan yang membedah Kode Perilaku Wartawan, Isdiyanto Isman (PD PRT PWI), serta Ketua Badan UKW PWI Jateng R Widiyartono dan Sekretaris PWI Setiawan Hendra Kelana yang memberikan materi Menyiapan Wartawan Kompeten.
Acara yang dipandu Seksi Pendidikan PWI Alkomari juga dihadiri Ketua PWI Jateng Amir Machmud NS, dan Institutional Relations Semen Gresik Yeni Indah Lestari.
Baca Juga: 3 Wartawan dan 7 PWI Kabupaten/Kota Terima Penghargaan di Puncak HPN Tingkat Jateng
Amir menambahkan, media kita sesungguhnya punya watak kepribadian ganda, yaitu wajah malaikat dan sering berpenampilan iblis. Diakuinya, realitas yang terjadi saat ini adalah media turut menyuburkan ‘naluri kepo’ melalui sajian pemberitaannya.
“Kita tak mungkin bisa menghindari situasi ini. Tapi kita harus punya sikap. Okelah, kita bisa memberi ruang berita viral. Tapi kita juga harus membangun idealisme. Artinya ada kepentingan- kepentingan jurnalistik itu bukan persoalan orang yang hampa perasaan,’’ kata dosen dan penulis buku itu.
Maka dari itu, Amir berharap perlunya menguatkan peran news room sebagai bahan pertimbangan kebijakan pemberitaan yang diisi orang yang punya level wartawan utama. Posisi wartawan utama bukan hanya memberikan keputusan, tapi memberikan konsideran tentang sebuah berita, mulai judul hingga subtansi.
Baca Juga: HPN PWI Jateng Mengajak Wartawan Tour ke Desa Wisata Kandri Gunungpati Semarang
Sementara Sosiawan membedah perilaku-perilaku yang tak boleh dilakukan wartawan, misalnya menyebar hoaks, mengintimidasi, memojokkan, melecehkan, bahkan menghakimi narasumber. Dia juga membahas etika liputan di daerah konflik.
Di tengah era digitalisasi saat ini, Sosiawan menyitir ajaran Sunan Kalijaga yaitu “Anglaras ilining banyu angeli, ananging ora keli,’’ atau menyesuaikan mengalirnya air, sengaja mengikuti arus, tapi jangan terbawa arus.
“Tantangan media saat ini adalah bagaimana tidak hanya membuat jurnalistik fakta, tapi juga makna,’’ tandasnya.
Claudia