KOTA MUNGKID (SUARABARU.ID)- Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Magelang mencatat ribuan hektare lahan pertanian di dua kecamatan yang ada di Kabupaten Magelang rusak. Lahan pertanian tersebut rusak imbas dari hujan abu vulkanik Merapi yang terjadi pada Sabtu (11/3/2023) lalu.
“Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Magelang mencatat sedikitnya 1.661,8 hektare lahan pertanian di dua kecamatan, yakni di Kecamatan Dukun dan Sawangan rusak, karena imbas dari hujan abu vulkanik Merapi,” kata Ade Sri Kuncoro Kusumaningtyas, Kepala Bidang Tanaman Pangan dan Holtikultura Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Magelang, Rabu ( 15/3/2023).
Ade mengatakan, di Kecamatan Sawangan lahan pertanian yang rusak seluas 1.185,8 hektare, sedangkan di Kecamatan Dukun seluas 476 hektare.
Menurutnya, dari 1.661,8 hektare lahan yang rusak tersebut, yang termasuk kategori rusak ringan mencapai 307,5 hektare, 1.053 hektare rusak sedang.Sedangkan lahan yang mengalami rusak berat seluas 258,3 hektare.
Baca Juga :Dampak Hujan Abu Merapi, Peternak di Lereng Merapi Kesulitan Cari Pakan Ternak
Adapun komoditas tanaman yang rusak tersebut berupa komoditas sayuran seperti cabai, kobis, tomat, sawi hijau. Selain itu, juga terdapat tanaman holtikultura kopi.
“Untuk tanaman kopi yang rusak terdapat di Kecamatan Dukun sebanyak dua pohon . Yakni, rusak sedang dan ringan,” katanya.
Ade menjelaskan, Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Magelang juga telah melakukan penanganan lahan pertanian dan perkebunan yang terdampak abu vulkanik Merapi.Antara lain, mengidentifikasi lahan yang terdampak, koordinasi dengan wilayah terdampak.
“Kami juga melakukan survey kondisi lapangan yang terdampak,” ujarnya.
Sementara itu, para petani sayuran di lereng Merapi, tepatnya di Desa Paten dan Krinjing, Kecamatan Dukun, Kabupaten Magelang terpaksa harus membersihkan sisa-sisa abu vulkanik Merapi yang masih menempel di tanaman sayuran tersebut.
Mereka membersihkannya dengan cara manual, yakni pohon dan batang tanaman sayurannya digoyang-goyangkan. Selain itu, juga dengan cara menyemprotkan air dengan menggunakan alat penyemprot.
“Kalau tidak dihilangkan, abu vulkanik ini bisa menyebabkan tanaman mati. Karena, abu mengandung belerang dan panas,” kata Toniatun, salah satu petani cabai di Dusun Jombong, Desa Paten, Kecamatan Dukun, Kabupaten Magelang.
Ia menambahkan, selain membersihkan tanaman dari abu vulkanik, para petani juga harus mencuci sayuran kemudian menjemurnya sebentar sebelum dijual. Hal itu dilakukan agar sayuran yang hendak dijual ke pedagang bebas dari abu vulkanik.
“Tetapi kalau cabai tidak bisa dicuci dengan air, karena khawatir bisa cepat membusuk,”’ ujarnya. W. Cahyono