Inilah maksudnya “Amarga moge lan mowah, kabeh dadi mobol-mobol,” di atas tadi; yakni akibat kemunculan moge dan mowah dalam kasus itu, semuanya sedang dikorek-korek, semuanya menjadi mobol-mobol.
Mobol-mobol, di beberapa tempat ada yang mengatakan mobrol-mobrol memiliki arti padha metu isine. Sebutlah contohnya bantal yang bagian sudutnya sobek; ketika dijemur dan digebugi, sebagian kapuk yang ada di dalam bantal itu keluar dan terterpa angin, lalu beterbanganlah; itulah mobol-mobol, mobrol-mobrol.
Jika yang sobek itu perut ayam misalnya, lalu ususnya sampai ke luar cukup panjang; usus yang terurai itu disebut juga mobol-mobol.
Baca juga Kabul
Dalam konteks kapuk berhamburan ke mana-mana, atau usus ayam itu sampai hampir semuanya keluar dari perutnya, orang lalu mengomentari: “Wah, mobrak-mabrik, dadi rusak ora karuwan,” semua lalu menjadi porak-poranda, karena semuanya lalu dipermasalahkan dan dicari-cari cacat-celanya.
Kasus yang sedang melanda sebuah keluarga ini (satu-satunya, kah?) adalah contoh sangat jelas tentang anak polah, bapa kepradah, pertanggungjawaban orang tua akibat ulah anaknya. Kalau hal ini diterapkan dalam birokrasi secara luas, mungkinkah kita bertanya: Jika ada anak buah polah (sebutlah bermoge ria, apalagi jreng-jreng-jreng ber-mowah-mowahan), apakah bapak si anak-anak polah itu juga akan kepradah? Ada yang nyeletuk tanya: Masakan tidak tahu “anak-anaknya” seperti itu?
Mobol-mobol atau pun mobrol-mobrol, bahkan mobrak-mabrik sekali pun, rupanya menjadi tantangan baru bagi semua instansi pemerintahan maupun swasta saat ini. Sedang berjalan ini dialami atau konangan di instansi keuangan; namun kiranya tidak menutup kemungkinan di instansi lain.
Imbauannya, pastikan ada tindakan nyata saat ini dan jangan menunggu “ada kasus” meletup. Maksudnya, sebaiknya tidak perlu menunggu kondisinya mobol-mobo;, mobrol-mobrol atau bahkan mobrak-mabrik; sekarang sajalah semua instansi segera melakukan dan menggalakkan pengawasan internal.
Mari, berlomba-lomba berbuat kebaikan demi kepentingan bersama; dan yang paling mendesak ……sak …..sak ……sak ialah cek dan rechek apakah “semua anak buah” dan “semua bapak buah” telah memenuhi kewajibannya membayar pajak yang seharusnya dibayar.
Untuk keluarga yang sedang terkena masalah, hadapilah semua dengan penuh doa dan pasrah; jalani semua fase-fase hukum seraya percaya selalu ada penolong.
(JC Tukiman Tarunasayoga, Ketua Dewan Penyantun Universitas Katolik (UNIKA) Soegijapranata, Semarang)