Imbas atas perangai semacam itu, dalam pergaulan hidup sehari-hari pun orang juga sering menampakkan sikap ora sabar, ora sareh, sarwa kesusu.

Dampaknya, menunggu menjadi sesuatu yang tidak diinginkan, misal menunggu giliran apalagi antre.  Maunya saat itu juga urusannya segera selesai, lalu tergesa-gesa entah ke mana, hawane sarwa kesusu.

Nah itulah makna ora sranta, yaitu sikap tidak sabar, kurang sareh; dan orang semacam itu disebut ora srantan. Maksudnya, orang yang hawane sarwa kesusu disebut dengan wong kok ora srantan. Dapat dipastikan, sikap semacam itu menggerogoti tingkat kesabaran dirinya, dan orang semacam itu rasa-rasanya tidak dapat menikmati kehidupannya, apalagi bersyukur.

Baca juga Alah Ora, Tinggalkan dan Tanggalkan

Dalam pergaulan sehari-hari, sebut jika kita bertamu ke rumah teman atau ke rumah seseorang, kata kedua setelah mangga, silahkan, lalu meluncurlah kata-kata dipun sranti nggih dari tuan rumah.

Artinya, ketika bertamu pun, pertemuan personal, bukan; kita tetap diajak untuk berkenan menunggu sebentar. Dipun sranti nggih artinya silakan tunggu sebentar karena tuan rumah akan berganti pakaian yang lebih pantas, atau menyiapkan sesuatu yang lain, dan sebagainya.

Ajaran dan ajakan untuk bersikap sabar sebenarnya telah muncul sejak di tataran rumah tangga, seharusnya begitu; sehingga Ketika orang ke luar dari rumahnya sudah dibekali agar sabar, sareh. Tetapi mengapa dalam kenyataannya orang menjadi semakin tidak sabar di mana pun? Nah inilah yang patut kita cari solusinya bersama.

Pemilu

Kembali ke tahapan-tahapan pemilu, rasanya tidak pelak mengingatkan semua pihak, utamanya kepada parpol dan para kader serta politisinya: Ayooooo ajarkanlah dan ajaklah masyarakat untuk dapat semakin bersikap sabar sesuai dengan tahapan apa pun yang ada.

Kami, sebutlah masyarakat tahu kok betapa besarnya Hasrat Anda semua untuk menyukseskan dan sukses dalam pemilu, namun hendaklah Anda memberi contoh bersabar itu dalam tahapan-tahapan yang konkret. Kalau belum waktunya kampanye, ya tidak usah curi-curi dan cari-cari kesempatan untuk melakukan kegiatan yang identik kampanye. Seperti diketahui, tahapan kampanye akan ada sendiri, yakni nanti selama 75 hari, mulai dari 28 November 2023 sampai dengan 10 Februari 2024.

Mengapa yang diminta memberikan contoh agar mengajari bersabar ini parpol berikut kader atau politisinya? Karena, saat sekarang, primadona kehidupan sehari-hari adalah parpol berikut kader dan politisinya. Anda sekalianlah primadona saat ini.

Maka, jadilah primadona yang memberi contoh, janganlah malah ora sranta; melainkan sabarlah dengan segala proses dan pertahapannya. Anda semua pasti bisa, dan satu komando saja dari pimpinan Anda masing-masing, bereslah. Selamat bersabar, dipun sranti nggih!!

JC Tukiman Tarunasayoga, Ketua Dewan Penyantun Universitas Katolik (UNIKA) Soegijapranata, Semarang