blank
TRADISI - Warga Tiong Hua melakukan tradisi kirab Gotong Toa Pe Kong. (Foto: Sutrisno)

TEGAL (SUARABARU.ID) – Ribuan warga menyaksikan tradisi Kirab Gotong Toa Pe Kong, Klenteng Tek Hay Kiong Kota Tegal, Minggu (5/2/2023). Tradisi tersebut merupakan penutupan rangkaian Tahun Baru Imlek atau Cap Go Meh dan Sejit YM Kongco Tek Hay Cin Jin Tahun 2574/2023 yang sempat vakum dua tahun lebih akibat pandemi Covid-19.

Hari pertama Sabtu (4/2/2023) kegiatan diawali dengan sembahyangan. Kemudian delapan dewa yang ditandu diarak menuju laut. Rute kirab dimulai dari Klenteng Tek Hay Kiong berjalan melalui Jalan Udang, Jalan Proklamasi, Jalan Sembilang, Jalan Yos Sudarso, Jalan Kesatrian Komplek Pelabuhan.

Kirab kemudian kembali dengan melintasi Jalan Pemuda, Jalan Slamet Riyadi, Jalan Veteran, Jalan A Yani, Jalan DI Panjaitan dan kembali ke Jalan Veteran, Jalan Gurami kemudian masuk ke Klenteng. Ribuan warga memadati sepanjang rute arak-arakan kirab, dari Kelenteng Tek Hay Kiong sampai Pelabuhan Tegal.

Seorang umat Tiong Hua warga Kota Tegal yang saat ini menetap di Bandung, Hartanto Saputra (77) mengatakan, dirinya bersama keluarga menyempatkan hadir dari Bandung ke Kota Tegal dengan penuh gembira bisa ikut merayakan Cap Gomeh di Kota Tegal. Ia berharap, bisa mendapatkan keberkahan para dewa dalam penutupan kegiatan Imlek atau Cap Go Meh.

Rohaniawan Kelenteng Tek Hay Kiong Tegal, Tan Ming Shan mengatakan, kegiatan seperti ini merupakan tradisi turun temurun yang sudah dilaksanakan sejak zaman Presiden Soekarno. Pelaksanaan kirab Gotong Toa Pe Kong pada Cap Go Meh berlangsung selama dua hari.

Hari pertama dimulai dengan para dewa diusung menggunakan tandu ke Pelabuhan Tegal untuk upacara sembahyang laut. Dan hari ini Minggu (5/2/2023) merupakan hari terakhir seluruh dewa yang ditandu memasuki Klenteng Tek Hay Kiong. “Dewa atau Kongco dibawa ke laut bukan untuk dimandikan. Tapi ini adalah upacara sembahyang kedatangan Kongco Tek Hay Cin Jin ke Tegal,” ungkapnya.

Dari delapan dewa satu di antaranya adalah dewa dari kelenteng di Indramayu. Ia mengatakan, warga keturunan Tionghoa percaya arak-arakan dewa tersebut akan membawa keberkahan. “Para dewa itu seperti layaknya zaman dulu, melakukan inspeksi ke masyarakat. Maka umat yang dilewati akan bersembahyang dan percaya akan mendapatkan berkah,” terangnya.

Hari terakhir tepat pukul 18.15 arak-arakan delapan Dewa memasuki Klenteng Tek Hay Kiong disambut warga keturunan Tiong Hua dengan bersuka ria bersama turunnya hujan.

Sutrisno