blank
Ilustrasi Istana Bogor. Foto: https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/

JC Tukiman Tarunasayogablank

KARENA faktor usia, empat kali pergantian ketua RT 06/RW XII, -ada dua orang yang dua periode- , empat kali pula saya diangkat sebagai penasihat RT (mengganti kata sesepuh).

Dan dari keempatnya, selorohnya mirip-mirip. Misalnya: “Mosok Pak, seorang warga terganggu kucing liar pacaran di depan rumahnya, Ketua RT yang ditelpon tengah malam.

Lalu: ”Ada tikus mati laporan pak RT, gorong-gorong depan rumahnya mampet, mengeluhnya ke pak RT, sementara ia buang sampah seenak sendiri. Bahkan sering, ranting pohon ace manglung ke jalan saja, maksudnya ranting itu menggelayut di atas jalan, minta Pak RT mengundang tukang potong. “Ehhhh giliran kebon di desanya panen durian, diemmmm saja orang itu, Pak.”

“Kelakuan warga” di tingkat RT (rukun tetangga) seperti itu,   aduhhhhhhh…… ternyata juga sampai di istana sana, para pembaca,  dan kosakata baru yang perlu kita viralkan ialah “sedikit-sedikit istana”.

Baca juga Alah Ora, Tinggalkan dan Tanggalkan

Ada kemacetan parah di ruas jalan tol, istana disebut-sebut, mana bikin jalan tol malah bikin macet; mana pula jalan tol membawa kesengsaraan rakyat. Ada bupati kena OTT, istana pula kena getahnya: “Pejabat semacam itu sebetulnya kan sudah dapat  di deteksi, masak dibiarkan saja. Mana pengawasan melekat dari pusat nih?” Giliran ditanyakan, ngomong-ngomong dia waktu pilkada di back up oleh parpol apa saja ya; nah …… gak muncul jawaban.

Ora Ilok lan Ora Elok

Memang, entah mengapa,  dalam sejumlah besar urusan hidup, perilaku sehari-hari masyarakat kita cenderung menumpukan tanggungjawab kepada seseorang, -dan seseorang itu biasanya pemimpin- , terutama tanggung jawab tentang hal-hal yang dianggapnya tidak menyenangkan. Sebaliknya, manakala ada hal-hal yang dirasakan enak atau cocok untuk dirinya (panen durian, hehehehe), orang diam-diam saja.

“Sedikit-sedikit istana” sangat menggejala terutama sebutlah beberapa tahun terakhir ini, bahkan kosakata itu lengkapnya menjadi “sedikit-sedikit yang salah istana.”  Dalam kondisi seperti ini, orang sama sekali lupa bahwa sekarang ini sistem pemerintahan kita sudah terdesentralisasi sedemikian rupa. Piye jal, hayooo?