blank
Kaoru Mitoma. Foto: bha

blankOleh: Amir Machmud NS

KENALKAN, ini dia pesepak bola akademisi: Kaoru Mitoma…

Lazimnya, pesepak bola bermain dengan ekspresi naluriah bakat, lalu mengembangkan kemampuan khasnya. Ada yang menjadi “penemu” teknik khas, seperti Johan Cruyff dengan “Turn Cruff”-nya, Juninho yang punya tendangan bebas presisi, Antonin Panenka lewat kreasi eksekusi penalti yang banyak diikuti para bintang dunia, atau Roberto Carlos dengan tendangan sekencang luncuran peluru.

Zinedine Zidane mengembangkan keistimewaan idolanya, Enzo Francescolli: gerakan roulette yang men-screening bola bagai penari balet, David Beckham punya free kick parabolik mematikan, Eric Cantona eksepsional dalam visi umpan, atau Lionel Messi dengan dribel selengket bola menjadi bagian anggota badannya.

Kaoru Mitoma berbeda. Potensi dasar dribel dia kembangkan melalui riset akademik. Pemain kelahiran Kanagawa ini pun menjelma menjadi pemain Asia dengan skill langka menggiring bola.

Jika Anda mencatat sejumlah pemain Jepang yang paling moncer di dunia, sudahkah memasukkan nama Mitoma?

Dalam deret nama populer, Anda akan menyebut Takefusa Kubo, Takehiro Tomiyasu, atau Takehiro Tomiyasi. Mungkin Takumi Minamino. Mungkin pula sederet bintang yang membawa Samurai Biru mengalahkan Jerman dan Spanyol di Piala Dunia Qatar, tahun lalu.

Sepak bola Jepang, Eropa, bahkan dunia, saat-saat ini sedang terpicut pada nama Mitoma, “samurai” yang meroket dengan kiprah spesial. Tak sembarang pemain bisa mengikuti “jalan pedang” yang dia tempuh, dengan mengembangkan nilai-nilai dan praktik akademis.

Jepang tak pernah berhenti mencetak bintang. Dalam peta liga-liga Eropa, era Kazuyoshi Miura pada 1990-an berlanjut ke generasi Hidetoshi Nakata, Sunshuke Nakamura, Keisuke Honda, Yuto Nagatomo, Shinji Kagawa, Ryo Miaichi, Shinji Okazaki, Tomiyasu, Minamino, Kubo, hingga Mitoma.

Bukankah ini bukti, kompetisi J1-League makin menemukan bentuk ideal dalam memproduksi bakat-bakat hebat yang terentas ke level dunia?

Akademisi
Mitoma, yang pada 21 Januari 2023 menjadi buah bibir berkat gol indah ke gawang Leicester City, adalah produk J1-League yang kini menjadi “buruan baru” di bursa transfer. Gol itu melengkapi aksi-aksi hebatnya ketika mengalahkan Everton. Gol menit terakhir ke gawang Liverpool di babak keempat Piala FA 29 Januari lalu makin menegaskan kelas Mitoma: skillfull, tenang, dan mematikan.

Hal yang langka, dia mewakili profil langka: “pesepak bola akademisi”.

Perjalanan kariernya punya nilai impresif lain yang tak biasa. Dia bertalenta, sekaligus bergairah membuat riset akademik, lalu mempraktikkannya sebagai “temuan” yang memperkaya referensi ilmu sepak bola.

Mitoma unjuk kemampuan sebagai jago dribel, tidak semata-mata lantaran punya bakat natural. Dia mempertajam skill menggiring bola dari hasil penelitian skripsinya di Universitas Tsukuba. Kesimpulan risetnya banyak dikaji para pesepak bola di Eropa.

Dengan konfidensi dia menjalani musim pertama bersama Brighton di Liga Premier. Dalam 12 laga awal untuk Brighton, Mitoma tampil meyakinkan. Sebelum itu, The Seagull meminjamkannya ke klub Belgia, Royal Union Saint-Gilloise.

Dalam laga melawan Everton, ketika Brighton menang 4-1, dia menyumbang gol. Dia unjuk skill yang langsung memikat para fans di Stadion American Express. Visi dan dribel elok dia pelajari lewat cara yang tidak biasa.

Dalam usia 18, dia ditawari kontrak profesional oleh klub elite J1 League, Kawasaki Frontale. Tak seperti lazimnya pemain muda yang menunggu momen seperti itu, Mitoma malah menolak. Dia beralasan belum siap masuk ke dunia sepak bola profesional.

Mitoma lebih memilih menekuni kuliah di Universitas Tsukuba yang memberinya beasiswa di Fakultas Ilmu Keolahragaan. Dia berminat mendalami kepelatihan, olahraga, dan nutrisi sambil tetap menjalani kegiatan sepak bola kampus, yang lalu mewakili Jepang dalam kompetisi internasional level universitas.

Ide-idenya bergulir, yang dia dokumentasikan menjadi artikel. Dia menyusun skripsi tentang proses dan mekanisme keistimewaan dribbling. Dia lulus dengan exellent. Hasil risetnya dijadikan rujukan di kalangan sepak bola Jepang dan Inggris.

Secara unik, Mitoma menggunakan kamera aksi, GoPro, di kepalanya untuk merekam gerak, dan cara dribel yang efektif untuk melewati lawan. Dia berusaha menggeser pusat gravitasi lawan. Ketika bisa menggerakkan tubuh lawan, berarti dribelnya sukses.

Dosen pembimbingnya, Masaaki Koido memuji kegigihan Mitoma. “Para bek tahu apa yang akan dilakukan Mitoma selanjutnya. Tetapi entah bagaimana mereka tidak bisa menghentikan. Bahkan, ketika para bek mengira mereka memiliki keuntungan, mereka selalu tampak tertangkap basah. Ketika dia mulai menggiring bola di dekat area penalti di sisi kiri, dia tak terbendung,” tambah Koido. Deskripsi itu tampak dari proses gol indahnya ke gawang Everton dan Leicester.

Petualangan di Eropa
Setelah lulus, Mitoma kembali bergabung ke Kawasaki Frontale. Dia menjalani debut di tim utama pada 2020. Dialah rookie pertama yang mencatat dua digit gol (30 gol dalam 62 laga pada 2030-2021, sejak Yoshinori Muto pada 2014.

Petualangan di Liga Primer adalah angan-angannya sejak kecil. Dia juga telah mengenyam sejarah indah Piala Dunia, antara lain menciptakan momen tak terlupakan ketika “menciduk” bola dari garis gawang Spanyol yang lalu dieksekusi oleh — soulmate-nya — Ao Tanaka menjadi kemenangan bersejarah 2-1.

Kehebatan dribel Mitoma yang kita nikmati di Qatar 2022, dan kini sepak terjangnya bersama Brighton, merupakan produk kombinasi pesepak bola yang selain berbakat secara natural, juga mengembangkan nalar akademis dan mempraktikkannya.

Sepak bola Asia pun boleh merasa punya dua wakil yang eksepsional. Selain Mitoma, ada Son Heung-min yang menjadi elemen terpenting untuk Tottenham Hotspur. Son sudah lebih dulu matang di Bundesliga dan kini masuk jajaran elite Liga Primer.

Kini pusat perhatian di Liga Primer bertambah: Kauro Mitoma!

Amir Machmud NS; wartawan suarabaru.id, kolumnis sepak bola, dan Ketua PWI Provinsi Jawa Tengah