blank
Starting Eleven Manchester City. Foto: id.mancity.com

blankOleh: Amir Machmud NS

// langit muram di atas Etihad/ semua di luar rencana/ semua menjadi bencana/ semua kehilangan sentuhan/ untuk menegakkannya…//
(Sajak “Manchester City”, 2024)

MANCHESTER City menjalani hari-hari musim ini dalam suasana kekalutan.

Walaupun tengah pekan kemarin bisa memutus rangkaian hasil buruk lewat kemenangan 3-0 atas Nottingham Forest di Etihad, sebelumnya pada weekend mereka tampil di Anfield dengan segala “kekikukan”.

Kikuk untuk membuktikan bisa mengamankan peluang mempertahankan gelar liga. Kikuk untuk menghentikan laju Liverpool, dan kikuk untuk menunjukkan bisa bangkit dari rentetan hasil buruk tanpa kemenangan dalam tujuh pertandingan terakhir.

Manchester City kikuk untuk menyaput mendung yang beberapa pekan menggantung menyelimuti langit muram di atas Stadion Etihad.

Bahkan seorang Pep Guardiola pun tak kuasa menyimpulkannya. Dia masih mendiagnosis akar masalah. Bahkan hasil seri 3-3 melawan Feyenoord di matchday 5 Liga Champions, dua pekan lalu mengetengahkan fenomena psikologi aneh: Pep melukai sendiri wajahnya dengan cakaran kuku…

Sang genius itu sempat mengungkapkan, setelah delapan tahun yang bergelimang kejayaan, Manchester City harus menghadapi saat-saat seperti ini: kekalahan yang tak tercegah, kebangkitan yang betapa susah.

Setelah kekalahan mengenaskan, 0-4 dari Tottenham Hotspur di Etihad, dua pekan lalu, pelatih asal Spanyol itu sampai pada kalkulasi, jika sekali lagi City kalah, sang rival utama Liverpool tak akan terbendung meraih trofi Liga Primer. Dan, Anfield menambah penderitaan The Citizens, yang menyerah 0-2 dari dominasi Liverpool.

Enam kekalahan, termasuk ditahan seri 3-3 Feyenoord setelah memimpin 3-0, baru bisa diputus pada pekan ke-14 lewat kemenangan 3-0 atas Nottingham Forest.

Ada apa sebenarnya dengan Manchester City?

Dua Realitas
Ada dua realitas yang sedang berlangsung di Liga Primer saat ini: City terpuruk, sedangkan Liverpool dalam tren konsisten. Arsenal membuntuti, dan Manchester United dalam suasana di awal harapan dengan taktikus baru Ruben Amorim. Kemenangan 4-0 atas Everton sudah lama dinanti sebagai pelecut konfidensi Bruno Fernandes dkk, yang kini sedang mengawali era di bawah arahan Amorim.

Prediksi keterputusan kegemilangan City dari empat kali beruntun juara pun, kini memberi angin terutama bagi Liverpool yang stabil dengan pelatih barunya, Arne Slot.

Sedemikian ekstremkah penurunan performa The Citizens, dan Pep Giardiola pun belum menemukan cara untuk memperbaiki?

Pep mengatakan, selama delapan tahun mereka tidak pernah mengalami hal ini. Dia telah menjadi bagian terpenting untuk mengangkat Manchester Biru sebagai elite Liga Primer.

“Saya tahu, cepat atau lambat kami akan kalah. Saya tidak pernah menyangka akan kalah dalam tiga pertandingan Liga Primer berturut-turut, tetapi kami telah tampil sangat konsisten berulang kali. Sekarang kami tidak dapat menyangkal kenyataan yang terkadang terjadi dalam sepak bola dan kehidupan ada di sini,” ungkapnya.

Pernyataan itu cukup bijak untuk menjelaskan tentang arti “siklus kehidupan”, yang juga lazim terjadi dalam olahraga, termasuk sepak bola.

Dalam falsafah Jawa kita mengenal “Cakra Manggilingan”. Ada saat-saat di atas, ada saat di bawah, berputar bagai roda. Dan, seperti itulah kehidupan.

Kata Pep, “Saya belajar dari pengalaman, ketika situasi seperti ini tiba, tetap tenang. Lalu jangan membuat terlalu banyak analisis, karena hal itu akan jadi salah.”

“Terkadang setelah kekalahan, saya berteriak pada tim dan kemudian di pagi harinya saya berpikir, ‘Mengapa saya melakukan itu?’ Saya harus lebih rileks,” tegasnya.

Skuad Menua?
Muncul pula penilaian, skuad City mulai menua, yang tentu memengaruhi tingkat kesegaran untuk bersaing di level tertinggi.

Sembilan pemain sudah berusia lebih dari 30 tahun, yakni Ederson, John Stones, Mateo Kovacic, Bernardo Silva, Stefan Ortega, Kevin De Bruyne, Ilkay Guendogan, Kyle Walker, dan Scott Carson.

Pep Guardiola menepis analisis tersebut. “Itu tergantung performa. Ada pemain yang 30 tahun dan lebih yang main bagus banget. Ada pemain yang 23 tahun yang tidak terlalu bagus. Saya tidak melihat umur. Semua tim punya pemain dengan umur tertentu,”” ujarnya, seperti ditulis The Guardian (detik.com, 27/11/2024).

Kata Pep, beberapa pekan lalu mereka — di usia yang sama — meraih lagi trofi liga, lolos ke final Piala FA, dan kalah dari Real Madrid di perempatfinal Liga Champions.

“… Kalau saya bisa sebut alasannya, saya akan segera menyelesaikannya, tetapi tidak sesederhana itu,” katanya.

Gelombang cedera sejumlah pemain juga ditengarai menjadi pemicu penurunan performa mereka.

Penyegaran, seperti Apa?
Spekulasi masa depan Pep bersama The Citizens menjadi topik yang paling banyak dibicarakan.

Seperti yang disampaikannya kepada ESPN, 29 November lalu, “Di klub sepak bola ini Anda harus menang, dan jika Anda tidak menang, Anda akan mendapat masalah”. (cnnindonesia.com, 30/11/2024).

“Saya tahu orang-orang berkata: ‘Mengapa Pep tidak mendapat masalah? Mengapa Pep tidak dipecat?’. Apa yang telah kami lakukan selama delapan tahun terakhir adalah alasan mengapa saya memiliki margin (tidak dipecat) ini,” ucap Pep yang tercatat sebagai salah satu pelatih tersukses dalam sejarah Premier League. Mulai bergabung dengan The City pada 2017, Pep hanya sekali gagal menjuarai liga, yakni pada 2019-2020. Ketika itu Liverpool yang juara.

Lalu penyegaran seperti apa yang akan mewarnai skuad City?

Pep masih terikat kontrak hingga 2027. Apakah manajemen menginginkan perubahan dari sisi kepelatihan?

Dia sudah menegaskan siap untuk meninggalkan Etihad dalam catatan terburuk yang pernah dilalui selama melatih, dari Barcelona hingga Bayern Muenchen.

Membendarakan 18 trofi untuk Manchester Biru menjadi catatan yang akan sulit tersamai, termasuk rekor empat musim berturut-turut menjuarai Liga Primer hingga 2023-2024.

Bagaimanapun, pelatih asal Spanyol itu akan tetap dikenang sebagai tokoh penuh prestasi di Manchester City. Dengan topangan dana besar Shekh Mansour el-Suleimany dari Abu Dhabi, Pep Guardiola telah benar-benar mengubah klub tersebut sebagi salah satu ikon elite Liga Primer.

Kita akan menunggu, apakah “jeda penampilan” yang menyuramkan langit Etihad itu akan segera tersaput, dan bisa diakhiri dengan solusi yang tepat. Atau, kemelut penampilan Erling Haaland dkk bakal makin menjadi.

Artinya, penyegaran seperti apa yang bisa ditemukan oleh Pep dan manajemen The Citizens?

Amir Machmud NS; wartawan suarabaru.id dan Ketua PWI Provinsi Jawa Tengah