blank
Ilustrasi lukisan perang antara Belanda dan pasukan Jawa.

JEPARA (SUARABARU.ID)- Akhir keruntuhan Mataram salah satunya ditandai dengan pemberontakan Raden Trunojoyo dari Madura yang bersekongkol dengan Pangeran Adipati Anom putra mahkota Susuhunan Amnagkurat I. Pada saat Keraton Plered sudah dikuasai oleh Trujnojoyo beserta pasukannya, Amangkurat I melarikan diri ke Tegal dan dimakamkan di sana hingga dikenal dengan sebutan Susuhunan Tegal Arum.

blank
Makam model Mataraman di TPU Loji Gunung Jepara.

Dari beberapa catatan menyebutkan, ketika kekuatan Trunojoyo semakin besar dan kuat, akhirnya Pangeran Adipati Anom berbalik arah mendukung ayahnya. Karena khawatir Mataram akan dikuasai Trunojoyo.

Dalam buku yang ditulis HJ. De Graaf (1989) “Terbunuhnya Kapten Tack” menyebutkan bahwa Pangeran Adipati Anom akhirnya mengikuti nasehat ayahnya menuju satu-satunya tempat yang luput dari air bah laskar Trunojoyo yakni loji Belanda di bukit Jepara (hlm. 5).

blank
Kompleks Makam Mbah Jungporo.

Di sini Adipati Anom bertemu dengan Cornelis Speelman. Pada tahun 1677 terjadi perjanjian antara Adipati Anom dengan VOC Belanda yang diwakili oleh Speelman untuk menumpas pemberontakan Trunojoyo. Perjanjian itu dikenal dengan nama ‘Perjanjian Jepara’. Setelah perjanjian tersebut, Adipati Anom diangkat menjadi raja baru Mataram bergelar Amangkurat II.

blank
Batu nisan model Mataraman di TPU Loji Gunung.

Beberapa riwayat menyebutkan, salah satu pertempuran besar-besaran antara pasukan Trunojoyo yang dibantu pasukan Karaeng Galesong melawan gabungan pasukan Mataram dan Belanda terjadi di gegunungan Jepara. Jika merujuk daerah perbukitan di Jepara, kemungkinan besar terjadi di Loji Gunung, tempat Benteng VOC berdiri. Atau di wilayah bukit Donorojo tempat Benteng Portugis berada.

Hal ini dibuktikan dengan keberadaan makam-makam yang ditandai dengan batu nisan model Mataraman. Dari penelusuran penulis, di Jepara banyak sekali makam kuno dengan bentuk nisan Mataraman. Beberapa tempat yang berhasil dikunjungi penulis adalah pemakaman umum di Loji Gunung dekat dengan pusat kota Jepara. Kemudian kompleks makam Mbah Jungporo di Desa Saripan, dan kompleks makam Bupati Jepara masa-masa awal yang memang dari Mataram, yang berada di Desa Sendang.

Bupati Jepara yang berasal dari Mataram beserta keturunannya, Adipati Citrosomo I (1708-1742), Citrosomo II (1742) Citrosomo III (1755-1778), Citrosomo IV (1778-1784), Citrosomo V (1784-1810), Citrosomo VI (1810-1850), Citrosomo VII (1855-1890).

ua