blank
Arsenal. Foto: instagram

blankOleh: Amir Machmud NS

// menantang, adakah yang lebih mengasyikkan?/ bertahan, adakah yang lebih membosankan?/ antara adrenalin dan zona nyaman/ antara daya hidup dan kemapanan//
(Sajak “Sang Penantang”, 2023)

“KELUHAN” Pep Guardiola patut dicatat sebagai realitas, yang pelatih sekaliber itu pun bisa dibuat gelisah oleh dua suku kata ini: “zona nyaman”.

Manchester City, yang dalam lima tahun terakhir meraih empat trofi Liga Primer, sempat mendadak “berhenti galak” justru ketika musim 2022-2023 sedang panas-panasnya.

Dua momen menandai kondisi itu, yakni ketika dikalahkan Manchester United di Liga Primer dan dihempaskan Southampton di Piala Liga. Saat melawan Tottenham Hotspur, meskipun menang City juga sempat keteteran. Dan, baru dalam laga melawan Wolves, mereka kembali tampil garang.

Padahal, siapa yang tidak menjagokan The Citizens kembali berjaya musim ini?

Padahal, siapa yang tidak ngeri menyaksikan sepak terjang striker Erling Burt-Haaland? Dia bagai tak tertahan mengemas gol demi gol dalam setiap penampilan.

Padahal pula, siapa yang tidak takjub dengan keanggunan dan produktivitas sayap kanan asal Aljazair, Riyad Mahrez?

Padahal lagi, siapa yang tidak berdecak mengagumi kerancakan orkestrasi Pasukan Etihad di bawah konduktor Kevin de Bruyne, sang “seniman” Jack Grealish, dan “teknokrat muda” Phil Foden?

Realitas Liverpool
Pertanyaan-pertanyaan yang “menggugat” dengan diksi “padahal” itu tak hanya teralamat ke Manchester Biru. Liverpool pun menghadapi realitas yang sama.

The Reds malah merasakan usikan kemapanan itu lebih dahulu ketimbang City. Kegarangan Jordan Henderson dkk tiba-tiba menguap di tengah musim. Kehadiran Darwin Nunez belum mampu mengganti kehilangan Sadio Mane yang melabuhkan diri di Bayern Muenchen. Sementara Mohamed Salah tampak sedikit di bawah performa tiga musim sebelumnya.

Zona nyamankah yang kali ini membelit Pasukan Anfield, sehingga mereka malah terperosok ke papan tengah klasemen?

Kini mereka berjarak 10 poin dari zona Liga Champions, situasi terburuk sejak Juergen Klopp berada di Anfield. Pelatih asal Jerman itu berargumen, dia sudah memprediksi tentang kondisi itu, sehingga tidak merasa terkejut. Klopp paham, mayoritas di dunia ini tertarik dalam hal-hal yang bersifat jangka pendek, dan dia punya fokus untuk jangka panjang.

Perjalanan City dan Liverpool mengetengahkan “suasana hati” yang berbeda dibandingkan dengan “spirit menantang” yang sedang berkobar di jiwa Arsenal dan Manchester United. Dalam pertemuan kedua tim pada 22 Januari lalu — yang dimenangi Meriam London 3-2 –, tampak benar Arsenal dan United bermain penuh determinasi.

Salah satu tantangan yang ingin selalu dihadirkan oleh para pelatih adalah semangat “challenger”. Jiwa “penantang” akan melecut para penggawa tim untuk berjuang, mendaki, mengejar, menaklukkan, dan membuktikan.

Gairah dan Determinasi
“Spiritualitas” itu terasa sebagai dorongan dan determinasi, yang terekspresi dalam gairah bertanding. Hal ini berbanding terbalik dengan zona nyaman yang mempengaruhi sikap bertarung.

Arsenal, yang sejak 2004 belum pernah lagi meraih titel liga, sangat haus berburu. Kehadiran coach Mikael Arteta membawa perubahan gaya bermain yang dahulu lekat dengan irama rancak khas Arsene Wenger, juga kesegaran determinasi.

Memimpin klasemen meninggalkan City dan Liverpool, hingga sejauh ini The Gunners menggambarkan betul spirit challenger untuk mengusik zona nyaman dan kemapanan para rival.

Sama dengan Manchester United yang menyuarakan tantangan lewat penyegaran ala Erik ten Hag. Pasukan Old Trafford membawa sikap yang sama dengan Arsenal.

Tidak pernah meraih gelar liga sejak terakhir kali juara pada 2013, di bawah pelatih yang berganti-ganti setelah Alex Ferguson pensiun, membuat performa Setan Merah diliputi rasa dahaga yang menyulut semangat “pengejaran”.

Manchester Merah tak lagi berada di wilayah kemapanan seperti pada masa-masa puncak kejayaan Sir Alex, melainkan menjadi sang penantang yang sedang berjuang meraih lagi tradisi yang hilang..

Ya, Liga Primer musim ini memperlihatkan fenomena nyata dalam psikologi kompetisi. Antara tantangan dan kemapanan, antara pengejaran dan zona nyaman, antara jiwa yang establish dan pikiran yang gelisah…

Amir Machmud NS; wartawan suarabaru.id, kolumnis sepak bola, dan Ketua PWI Provinsi Jawa Tengah