Kondisi jalan Mlonggo - Jepara yang rusak parah (Foto: Hadepe)

JEPARA (SUARABARU.ID) – Kerusakan jalan provinsi rute  Jepara – Mlonggo hingga perbatasan Bangsri  dikeluhkan warga, sebab dalam 5 tahun terakhir ini hanya dilakukan penambalan dengan kualitas yang jelek hingga cepat kembali rusak. Bahkan dalam hitungan hari. Padahal rute ini tergolong sangat padat, utamanya pada pagi dan sore. Jalur ini juga menjadi jalan penghubung kabupaten Jepara dan Pati. Juga menuju obyek vital nasional, Pembangkit Listrik Tenaga Uap yang banyak dikunjungi oleh pejabat pusat.

“Saking banyaknya lubang dan kerusakan hampir-hampir tidak ada yang dipilih jika pagi dan sore hari. Sebab jalur ini tergolong  padat,” ujar Marjono seorang sopir minibus langganan pelajar dari Desa Bondo. Kondisi ini sangat pertentangan dengan jalan Jepara yang sangat halus. Bahkan belum rusak  sudah di perhalus lagi.

Menurut Marjono, jalan dari daerah Bondo sampai Mlonggo sudah sangat bagus. Tetapi ketika masuk jalan Mlonggo Jepara kondisinya sudah tidak layak lagi. “Saat ini dilakukan penambalan sementara dengan  pasir batu yang dibungkus sak. Sebentar lagi pasti rusak,” ujar Marjono.

Angkutan Limbah PLTU

Sementara Farida, ibu rumah tangga yang sering  menjemput anaknya yang mondok di Bangsri mengeluhkan kerusakan yang terjadi mulai Jepara sampai Jambu Timur. “ Jalan ini seakan-akan dibiarkan dan alasannya setiap tahun sama. Karena hujan. Padahal sebelum hujan jalan ini sudah rusak,” ujarnya.

Menurut Farida, kerusakan jalan ini Jepara – Mlonggo diduga diantaranya  akibat kendaraan truk yang mengangkut limbah PLTU dengan kapasitas yang melebihi tonase. Karena itu kerusakan terbesar adalah pada jalur arah Mlonggo Jepara. juga pembuangan air yang buruk karena ketika hujan,  air mengalir di jalan  “Harapan kami ada juga penertiban terkait dengan tonase truk pengangkut limbah,” ujarnya. Jangan sampai warga dirugikan karena jalan rusak dalam jangka panjang.

Ia menyarankan, pengangkutan limbah dengan truk tonase  yang sesuai dengan kelas jalan atau diangkut dengan menggunakan tongkang. “Harapan masyarakat sebenarnya sederhana, jalan yang baik untuk dilalui oleh warga. Utamanya pengendara roda dua. Artinya, citra pemerintah juga salah satunya terbangun karena kondisi jalan. Jika kegiatan fisik aja tidak terpelihara, bagaimana yang non fisik ?, ” ujar Farida mempertanyakan.

Hadepe