blank
Mahasiswa Unimma berfoto bersama warga Meteseh, hari ini. Foto: eko

MAGELANG (SUARABARU.ID) –Kampung Meteseh, Magelang, saat ini berstatus desa generasi bebas stunting (Genting). Sebutan itu digagas oleh mahasiswa Universitas Muhammadiyah Magelang (Unimma) melalui kegiatan pengabdian pada masyarakat terpadu (PPMT) yang dilakukan belakangan ini.

Dosen Unimma, Ns Reni Mareta MKep, mengetuai kegiatan tersebut. Disebutkan, aktivitas tersebut berlangsung sejak 14 Desember 2022 sampai 14 Januari 2023. Mahasiswa dari Fakultas Ilmu Kesehatan yang terlibat adalah Dhita Puspitasari, Ivon Hanivah dan Nur Santri Kamelya. Selain itu dari Fakultas Ekonomi adalah Ayu Dita Prabasari, dan Maulidya Ananda Saputri.

Dia hari ini Sabtu (14/1/23) menjelaskan, itu merupakan kegiatan rutin dari Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) Unimma. Sebagai mitra dari kegiatan itu adalah Meteseh Utara, Kecamatan Magelang Tengah, Kota Magelang. Jumlah warga di Meteseh sebanyak 108 keluarga dengan total pendduduk 1.349 jiwa.

Sebutan “Desa Genting” diangkat menjadi tema kegiatan, karena ditemukan data adanya balita yang mengalami stunting. Stunting adalah  gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak akibat kekurangan gizi kronis dan infeksi berulang, yang ditandai dengan tinggi badannya berada di bawah standar.

Berdasarkan masalah tersebut mahasiswa mengangkat potensi yang ada di wilayah itu untuk mengentaskan dan menurunkan angka stunting.

Kegiatan yang dilakukan adalah untuk menurunkan kejadian stunting di Meteseh itu. Antara lain melalui penyuluhan dan sosialisasi tentang stunting.

Menurut Ns Reni Mareta, terkait kegiatan itu dihadiri para kader kesehatan dan ibu-ibu yang memiliki anak usia di bawah lima tahun (balita) di wilayah tersebut. “Kegiatan itu disambut antusias oleh para kader dan ibu-ibu,” tuturnya, hari ini Sabtu (14/1/23).

Selain itu Meteseh juga sangat berpotensi dalam pengolahan limbah. Maka juga diadakan kegiatan pengolahan limbah sampah non- organik. Antara lain mengolah bungkus plastik menjadi barang-barang yang bisa dijual untuk menambah pendapatan dari warga setempat.

Mahasiswa mengajarkan pula cara mengolah hasil bumi. Dalam hal ini daun kelor sebagai makanan tambahan untuk meningkatkan status gizi pada anak khususnya dan keluarga pada umumnya.

Eko Priyono