blank
Fajar Adi (38), blok 7C RT 06 RW 26 Perum Dinar Indah Meteseh, Kecamatan Tembalang, Kota Semarang salah satu korban banjir bandang akibat jebolnya tanggul kali Babon ditemani istri bersama salah satu tetangganya di depan rumahnya, Sabtu (7/1/2023). Foto : Absa

SEMARANG (SUARABARU.ID) Salah satu korban banjir jebolnya tanggul Kali (sungai) Babon, warga Perum Dinar Indah RT 6 RW 26 Meteseh Kecamatan Tembalang, Kota Semarang berharap, agar Pemerintah Kota (Pemkot) Semarang segera programkan relokasi bagi warga korban banjir bandang.

Seperti dikatakan Fajar Adi (38), warga blok 7C RT 06 RW 26 Perum Dinar Indah Meteseh, Kecamatan Tembalang, Kota Semarang korban banjir bandang akibat jebolnya tanggul kali Babon, Jum’at kemarin (6/1/2023).

“Ya harapan kami, tetep pingin pindah dari sini (lokasi banjir). Kami juga berharap, pemerintah Kota Semarang bisa segera membantu direlokasikan, karena sebenarnya lokasi inikan sebenarnya tidak aman untuk dibangun rumah. Pernah dicek oleh BPBD zona inikan zona hitam, jadi memang tidak layak dibangun rumah,” ujarnya saat ditemui SUARABARU.ID di depan rumahnya yang tenggelam hingga mencapai plafon rumah, Sabtu (7/12/2023).

BACA JUGA : Tanggul Kali Babon Semarang Jebol Puluhan Rumah Perum Dinar Indah Meteseh Terendam Air Setinggi 3 Meter

Banjir Akibat Tanggul Jebol di Perum Dinar Indah Meteseh Semarang 1 Orang Meninggal

TNI dan Warga Sigap Evakuasi Korban Tanah Longsor di Pudakpayung Semarang

Dengan didampingi Diana, sang Istri, diceritakan bahwa Ia sudah menempati rumah yang sekarang ditempati itu sejak tahun 2012 silam dan baru kali ini mengalami banjir setinggi itu, hingga mencapai plafon rumahnya.

“Kalau masalah banjir sebenarnya kami tidak kaget, karena kami tinggal di sini sudah lama sudah dari tahun 2012. Sebab banjir terakhir paling tinggi hingga masuk ke rumah itu tingginya sepinggang (orang dewasa) di tahun 2020 lalu. Tapi baru kali ini banjirnya bisa setinggi itu,” ungkap Ayah 3 anak ini, sembari menunjukkan plafon rumahnya yang berwarna putih, yang bekas diterpa air banjir.

Diungkapkan pula, jika banjir lokal tidak terlalu deras dan tidak lama, sebenarnya tidak ada masalah dan bisa dimaklumi, namun apabila diguyur hujan deras dengan jangka waktu 1-1,5 jam, maka bisa dipastikan akan mengalami banjir.

BACA JUGA : Saat Kota Semarang Dikepung Banjir Babinsa Tlogosari Kulon Bantu Ibu Melahirkan

Diguyur Hujan Deras 1 Jam Lebih Kota Semarang Kembali Waspada Potensi Dikepung Banjir

“Sebab jika sungai itu sudah penuh hingga meluap, got (saluran pembuangan) itu penuh, maka akan terjadi banjir. Karena air di got itu tidak mau keluar, sebab sebenarnya got itukan saluran buangan air dari perumahan atas jadi mesti banjir. Karena tempat inikan kayak mangkok mas. Jika hujan deras kena banjir cepat, surutnya juga cepat, ninggalin lumpur. Beda dengan Semarang bawah yang lama tergenang,” tandasnya.

Merasa Ditipu Pengembang

Diakui oleh Fajar, sebenarnya saat dirinya membeli rumah yang sekarang ditempati itu merasa ditipu oleh pengembang, sebab informasi yang diterima dari penduduk asli lingkungan rumah tersebut saat pertama kali menempati, diperoleh informasi sebenarnya lokasi rumah yang ditempati saat ini, sebenarnya adalah bantaran sungai dan merupakan zona hitam dan tidak layak untuk dibangun rumah.

“Saya beli rumah di sini pikir Saya untuk menghindari banjir to, ternyata kok malah kena banjir. Jadi saya merasa ditipu oleh pengembang, karena dari informasi dari petani yang nggarap sekitar sini, waktu pertama kali pindah, pertama kali kena banjir, memberikan informasi bahwa kawasan rumah inikan, sebenarnya dulu adalah bantaran kali, harusnya menjadi zona hitam tidak layak dibangun rumah,” ujar warga asli Tlogosari itu.

BACA JUGA : Kodim 0733/KS Upayakan Evakuasi Warga dan Dirikan Dapur Umum di Empat Kecamatan

Kodim 0733/KS Berencana akan Tambah Dapur Umum di Lokasi Banjir

Dengan kejadian yang sudah terjadi, imbuhnya, sebenarnya warga sudah melakukan upaya untuk berjuang, karena pengembang kawasan itu sudah lari dan tidak bisa dihubungi lagi. Perjuangan yang dilakukan warga, sudah mengadukan permasalahan tersebut ke DPRD Kota Semarang dan sudah mengajukan ke Pemkot untuk upaya relokasi, namun hingga saat ini belum ada respon positif.

“Dulu sempat dimediasi juga oleh DPRD, terus sempat juga lapor ke Polrestabes untuk mencari orangnya itu (pengembang). Terakhir saat Wali Kota masih ada Pak Hendy ya, informasinya kemarin akan dicek dulu kepemilikan tanahnya untuk relokasi, lalu untuk pembangunan rumahnya dibantu oleh PU (dinas pekerjaan umum). Tapi ko sampai sekarang belum ada perkembangan, sampai Pak Hendy sudah diganti Mbak Ita,” ungkapnya.

 

Absa