SUARABARU.ID – Dari pelbagai jenis tempat wisata, wisata alam merupakan salah satu destinasi favorit para wisatawan. Keindahan alam yang disajikan menjadi daya tarik pengunjung segala umur.
Namun, di balik keindahan wisata alam masih terdapat banyak masalah dan kendala terutama pada akses menuju lokasi wisata. Dengan medan yang berat dan jalan yang tidak rata membuat kendaraan pembawa rombongan sulit untuk menuju ke lokasi wisata.
Selain itu, banyak pengelola yang sekadar mengelola tempat wisata tanpa mengamati keadaan sekitar. Misalnya banyak pembukaan lahan baru untuk parkir, penyediaan sarana dan prasarana yang seadanya, hingga biaya tiket tanpa mengikuti peraturan yang berlaku dengan ketetapan kabupaten atau kota tersebut.
Contoh nyata problematika yang terjadi di tempat wisata misalnya pada Telaga Menjer. Kawasan wisata yang bertempat di Desa Maron, Kabupaten Wonosobo itu tak luput dari permasalahan.
Dikutip dari suaramerdeka.com, pada 2018 pernah terjadi konflik kepentingan sehingga mengakibatkan penataan Telaga Menjer terhambat. Konflik ini diakibatkan persoalan hak pengelolaan telaga menjer oleh Indonesia Power dan Pemerintah Kabupaten Wonosobo yang mengalihfungsikan dari pembangkit menjadi tempat wisata.
Maka dari itu perlu adanya penataan dan pengembangan wisata agar Telaga Menjer bisa lebih unggul dengan wisata Bali seperti Danau Bedugul.
Dengan adanya penataan dan landasan hukum yang jelas, maka kawasan wisata alam dapat meningkatkan kualitas pelayanan, sarana, dan prasarana di level nasional.
Penataan maupun pengembangan suatu kawasan wisata juga menyangkut kondisi fisik desa, di mana hal ini akan memberikan kesan tersendiri kepada para pengunjung kan kondisi desa sekitar kawasan. Itu sebabnya sarana desa harus dibangun dan dipelihara oleh masyarakat dan pengelola.
Pada kawasan sekitar Telaga Menjer, misalnya, dibutuhkan dua akses jalan menuju ke pusat telaga dan juga jalur keluar. Hal ini untuk menghindari penumpukan kendaraan pada perjalanan sehingga butuh pengaturan one way system.
Soal sarana parkir pun demikian. Butuh pembangunan lahan parkir dengan pengelolaan yang baik atau dapat pula dengan bekerja sama sama dengan perusahaan pengelola parkir profesional.
Di bagian fasilitas umum seperti toilet juga perlu untuk perbaikan kebersihan. Misalnya dengan melakukan pembersihan secara rutin di waktu-waktu padat pengunjung.
Meski didukung pemerintah dan masyarakat, kegiatan pemeliharaan lingkungan tidak akan berhasil tanpa peran serta wisatawan dan masyarakat untuk ikut menjaga kelestarian kawasan dan sarana dan prasarana di taman wisata alam Telaga Menjer.
Untuk itu pengelola memfasilitasi pengunjung dengan menyediakan sarana dan prasarana yang nyaman, seperti toilet bersih dan tersedianya tempat sampah yang memadai di seluruh kawasan wisata Telaga Menjer.
Tiara Fernanda Agatha, mahasiswa jurusan Pariwisata Universitas Semarang