Festival Ronthek Gedhen Pacitan, digelar dua malam dan diikuti 12 regu. Ada yang tampil dalam formasi layaknya parade drum band.(Dok.Prokopim Pacitan)

PACITAN (SUARABARU.ID) – Festival Ronthek (Ronda Trethek) Gedhen (Akbar) Tahun 2022 digelar di Pacitan, Jatim. Diikuti sebanyak 12 regu, mewakili dari masing-masing kecamatan se Kabupaten Pacitan.

Para seniman Ronthek Kabupaten Pacitan, tampil secara kompetitif dalam festival. Tidak saja dari materi garap irama nada tabuhan trethek kentongan, tapi juga bersaing dalam kreativitas membangun improvisasi gubahan nada, sajian, maupun penampilan dalam garap kekinian.

Ada yang menyertakan suara mbaung auman Serigala. Juga kreatif dalam menggarap kostum untuk mendukung penampilan, yakni dengan busana carnival. Termasuk menyertakan aneka gerak joget, dan memunculkan peraga tokoh ‘bidadari’ sebagai bintang penampilan.

Event yang digelar Dinas Pariwisata, Kebudayaan, Pemuda dan Olahraga (Disparbudpora) Kabupaten Pacitan ini, dibuka Bupati Pacitan Indrata Nur Bayuaji, sebagai ajang menggairahkan kembali kesenian dan kebudayaan Pacitan.

Prokopim Pemkab Pacitan, semalam, mengabarkan, upacara pembukaan dimeriahkan oleh Sanggar Hangsun Gandrung, yang menampilkan kesenian khas Banyuwangi. Festival yang pernah menghilang dua tahun karena pandemi Covid-19 ini, digelar selama dua malam. Yakni Jumat malam (16/12) dan Sabtu malam (17/12).

Massa penonton tumpah ruah di sepanjang route kirab yang dilalui para peserta, juga memonitor melalui unggahan streaming.

Ruwat Kologanjur 

”Festival Rontek ini, bertujuan meningkatkan kreativitas, produktivitas dan kualitas seniman, untuk mempromosikan produk dan karya kesenian daerah sebagai aset wisata budaya Kabupaten Pacitan,” jelas Kepala Disparbudpora Kabupaten Pacitan, Turmudzi.

Sebagai bentuk kreativitas, regu dalam festival Ronthek Gedhen Pacitan ini, menyertakan bintang peraga tokoh Bidadari yang mengenakan busana carnival.(Dok.Prokopim Pacitan)

Ditambahkan oleh Turmudzi, Festival Ronthek ini diharapkan bisa meningkatkan kesatuan dan persatuan sesama anak bangsa, dalam semangat melestarikan seni budaya lokal.

Malam pertama, tampil 5 peserta. Diawali Kecamatan Pacitan dengan mengambil judul Metamorfosa. Penampilan kedua, Ronthek Ki Sumodisastro Kecamatan Sudimoro dengan judul Ruwatan Kologanjur.

Penampilan ketiga, Ronthek Argo Jalu Kecamatan Kebonagung dengan judul keindahan alam Kutho (Kota) Pacitan. Keempat, Grup Ronthek Bantaran Srodho Desa Karangrejo Kecamatan Arjosari, dengan tema Arjosari Bumi Santri, dan kelima Regu Rontek dari Kecamatan Tulakan.

Di malam kedua, tampi Rontek dari 7 kecamatan. Masing-masing dari Kecamatan Nawangan, Punung, Donorojo, Pringkuku, Tegalombo, Bandar dan Ngadirojo. Juga tampil Ronthek Sanggar Gong Pari Kidul dari Sekolah Alam Pacitan. Meski bukan termasuk peserta festival, namun penampilan anak-anak Sekolah Dasar ini mampu menghipnotis penonton.

Walau diguyur hujan, tapi gelaran festival tetap berlangsung semarak. Tim juri akan menentukan 3 penyaji terbaik nonrangking, 4 penyaji unggulan nonperingkat, serta juara harapan.

Bambang Pur