Foto: fifa

Oleh: Amir Machmud NS

ANDA berhak memfavoritkan siapa pun yang bakal juara. Boleh Argentina, boleh Prancis, juga Kroasia. Sah-sah saja menjagokan Maroko.

Semifinal akan mempertemukan Argentina melawan Kroasia, dan Prancis versus Maroko. Tidak ada kalkulasi yang pasti di atas kertas. Terbukti Qatar 2022 mereferensikan segala kemungkinan bisa terjadi.

Permutasi hasil semifinal akan melahirkan berbagai kemungkinan lahirnya sejarah Piala Dunia, siapa pun yang nanti berhadapan di partai pamungkas.

Bisa Argentina vs Prancis, Argentina vs Maroko, Kroasia vs Prancis, atau Kroasia vs Maroko.

Kemungkinan-kemungkinan itulah yang merawat ketegangan Piala Dunia 2022 akan bertahan hingga akhir.

Dan, dalam kalkulasi sejarah, apabila salah satu di antara empat tim itu juara, akan tersaji catatan-catatan sejarah indah.

Argentina
Bila Argentina berjaya, negeri itu akan membendaharakan trofi ketiga setelah 1978 dan 1986.

Pun, secara psikologis akan menobatkan Lionel Andres Messi sebagai pemain terbesar dalam sejarah sepak bola dan Argentina.

Dengan tujuh trofi Ballon d’Or, juara dunia U-20 2005, medali emas Olimpiade 2012, dan Copa America 2021, Messi menjauhi sang legenda Diego Maradona, dan tidak ada lagi gugatan bahwa dialah GOAT, Greatest of All Times.

Prancis
Prancis juga akan mengoleksi gelar ketiga jika melengkapinya dengan edisi putaran final kali ini. Zinedine Zidane dkk membendaharakan pada 1998, plus Paul Pogba cs pada 2018.

Bila sukses, Kylian Mbappe berpeluang meretas sukses individu ke level Ballon d’Or 2023. Empat tahun lalu di Rusia, dia terpilih sebagai Pemain Muda Terbaik.

Kroasia
Kroasia menapak tangga Piala Dunia 2018 sebagai runner up di bawah Prancis. Pencapaian negeri pecahan Yugoslavia ini bertahap tapi pasti.

Setelah tampil menawan di Euro 1996 (meskipun tak sampai memuncak), dalam Piala Dunia 1998 Davor Suker cs menduduki peringkat ketiga. Di Rusia 2018 menjadi tim paling menawan, yang sebenarnya kurang terperhitungkan melaju sejauh itu.

Berkat penampilan yang elegan, kapten tim Luka Modric diganjar sebagai Pemain Terbaik, bahkan meraih Ballon d’Or 2018. Dia “menyusup” di sela-sela dominasi Lionel Messi dan Cristiano Ronaldo.

Di Qatar 2022, Vatreni — julukan Kroasia — meneguhkan diri sebagai “Raja Adu Penalti Piala Dunua”. Setelah sukses di dua drama itu pada 2018 melawan Denmark dan Spanyol, kini mereka menghentikan Jepang dan Brazil lewat “majelis ketegangan” serupa.

Bila mampu mewujudkan asa juara, Kroasia akan mencetak sejarah sebagai negara Balkan pertama yang memboyong Coppa del Mundo.

Maroko
Jangan abaikan pernyataan pelatih Maroko Walid Regragui ini, “Kami pun berhak bermimpi. Juara, mengapa tidak mungkin?”

Tentu itu statemen argumentafif, bukan harapan yang berlebihan.

Memang Prancis yang dihadapi di semifinal adalah kekuatan mapan Piala Dunia, tetapi Hakim Ziyech dkk sudah sejauh ini melangkah, menjadi negara Afrika pertama yang melaju hingga 4 besar.

Sebagai tim yang tak terkalahkan hingga melangkah ke semifinal, dengan rekor minim kebobolan, mereka berhak merajut mimpi indah.

Jika Singa-Singa Atlas mampu memporakporandakan prediksi dan membawa pulang trofi, maka tidak akan lagi superioritas Eropa dan Amerika Latin atas Asia-Afrika.

Semifinal sudah menjadi sejarah. Tiket final pun merupakan keniscayaan. Bukankah memboyong piala juga bukan kemustahilan?

Amir Machmud NS; wartawan suarabaru.id, kolumnis sepak bola, dan Ketua PWI Provinsi Jawa Tengah