Oleh : Zulfah,S.Pd
Setiap pendidik tentu saja memiliki impian besar terhadap siswanya di masa mendatang. Siswa yang seperti apakah nantinya yang kita harapkan. Gambaran siswa lima sampai sepuluh tahun ke depan merupakan wujud nyata dari hasil proses pendidikan dan pengajaran yang telah kita tanam saat ini. Impian dan harapan kita adalah sebuah visi yang harus diwujudkan. Visi kita sebagai seorang pendidik tentu saja memikirkan bagaimana masa depan dari siswanya. Karena masa depan siswa merupakan masa depan bangsa Indonesia.
Visi merupakan representasi kognitif mengenai masa depan. Pendidikan saat ini telah mengalami trasformasi dan memiliki arah tujuan untuk mewujudkan Profil Pelajar Pancasila. Untuk itu hendaknya visi yang kita rumuskan mencakup dimensi yang ada dalam Profil Pelajar Pancasila. Membuat sebuah visi juga hendaknya yang memberi dukungan untuk menuntun semua kekuatan kodrat yang dimiliki murid. Tentu saja visi yang kita buat sesuai dengan apa yang menjadi kebutuhan murid di masa yang akan datang.
Tidak sedikit dari pendidik ataupun sekolah yang menganggap visi adalah hanya sebuah dokumen mati yang terpasang di dinding sekolah yang dari tahun ke tahun tidak ada perubahan. Perubahan harus terus dilakukan untuk mengubah wajah pendidikan di Indonesia. Seperti halnya ungkapan Mohammad Hatta bahwa “ Indonesia tidak akan bercahaya karena obor-obor di Jakarta, Tapi Indonesia bercahaya karena lilin-lilin kecil di desa”. Hal tersebut dapat di asumsikan bahwa pendidikan di Indonesia dapat terjadi perubahan yang signifikan jika ada perubahan-perubaan kecil dari semua elemen yang ada.
Dalam melakukan perubahan harus seuai dengan prinsip TRIKON yaitu kontinu, konvergen dan konsentris. Perubahan harus dilakukan secara berkesinambungan, bergerak terus menerus. Demikian juga dengan sebuah visi harus mengalami perubahan dan bergerak terus sesuai dengan kontektual yang ada sehingga menjadi sebuah kesamaan.
Manajeman Inkuiri Apresiatif
Kemudian paradigma yang seperti apakah yang dapat mewujudkan visi yang lebih bermakna dan yang dapat meningkatkan kualitas layanan pendidikan di sekolah sehingga berpihak pada murid? Manajeman Inkuiri Apresiatif merupakatan pendekatan manajemen perubahan kolaboratif yang berbasis kekuatan. Pendekatan Inkuiri Apresiatif (IA) percaya bahwa setiap orang memiliki inti positif yang dapat memberikan kontribusi pada keberhasilan. Inti positif ini merupakan potensi dan aset organisasi atau instansi. Dengan demikian, dalam implementasinya, IA dimulai dengan menggali hal-hal positif, keberhasilan yang telah dicapai dan kekuatan yang dimiliki organisasi, sebelum organisasi menapak pada tahap selanjutnya dalam melakukan perencanaan perubahan.
Pemimpin bertugas menyelaraskan kekuatan yang dimiliki organisasi. Caranya adalah dengan mengupayakan agar kelemahan suatu sistem dalam organisasi tidak menjadi penghalang, karena semua aspek dalam organisasi fokus pada penyelarasan kekuatan. IA mengubah mindset dari berpikir devisit ke berpikir aset. Sebagai seorang guru yang berperan sebagai pemimpin pembelajaran baik di kelas maupun di sekolah tentu mendorong adanya perubahan dalam instansi demi terwujudnya pendidikan yang berpihak pada murid, memberikan pengajaran yang sesuai dengan kodrat alam dan zamannya serta terwujudnya profil pelajara pancasila.
Dalam menerapkan sebuah manajemen perubahan salah satu landasan yang di gunakan adalah ATAP yaitu aset yang dimiliki oleh sekolah, tantangan yang dihadapi ketika melakukan prakarsa perubahan, aksi dalam melakukan prakarsa perubahan dan pembelajaran apa yang di peroleh.
Berdasarkan ATAP tersebut kebutuhan siswa yang dihadapi saat ini adalah digitalisasi. Kita sebagai guru harus mempersiapkan generasi yang melek teknologi sehingga menjadi insan yang kreatif karena ke depan kehidupan mereka tentu serba canggih. Untuk itu percepatan digitalisasi segera terealisasi dimulai sejak dini. Dari Aset yang sudah dimiliki oleh sekolah yaitu perangkat TIK yang menunjang pembelajaran dan guru yang memiliki kompetensi literasi digital maka terbentuklah prakarsa perubahan yang penulis lakukan yaitu mengembangkan pembelajaran berbasis TIK untuk meningkatkan kreativitas siswa.
Setelah membuat kalimat prakarsa perubahan maka teknik untuk mewujudkan tujuan tersebut menggunakan teknik BAGJA yang akan membantu kita mengelola secara positif apaun yang diperlukan untuk mewujudkan prakarsa perubahan. BAGJA dapat diartikan sebagai semangat mengaperesiasi dan proses bertahap dalam menyelidiki segala kekuatan , aset yang dimiliki dan hal-hal positif yang memungkinkan terjadinya upaya gotong royong demi mewujudkan prakarsa perubahanyang diperlukan untuk mencapai visi yang berpusat pada peningkatan kualias pembelajaran murid.
Tahapan BAGJA diawali dengan buat pertanyaan utama untuk mengarahkan penyelidikan kekuatan aset, kemudian ambil pelajaran tentang yang sudah ditemukan, gali mimpi jika prakarsa perubahan telah terwujud. Tahap selanjutnya yaitu jabarkan rencana, tindakan kongret apa yang akan dilakukan serta atur eksekusi. Pada tahapan ini siapa saja yang ikut berperan dalam mengambil keputusan prakarsa perubahan dan memulai budaya apresiatif positif secara berkelanjutan
Dengan demikian untuk mewujudkan visi guru harus memilih prakarsa perubahan yang terkait dengan konteks dan kekuatan diri, bermakna untuk pribadi, meningkatkan kualitas diri demi melayani murid dengan lebih baik sesuai dengan filosofi KHD bahwa pendidikan adalah menghamba pada murid
Penulis adalah Guru SDN 1 Dorang