SEMARANG (SUARABARU.ID) – Sebanyak 21 mahasiswa Departemen Hubungan Internasional Universitas Diponegoro (HI UNDIP) yang tergabung sebagai fasilitator Pendekar Klambi melakukan aksi pengabdian kepada masyarakat di Panti Pelayanan Sosial (PPS) Mardi Utomo Semarang sejak Oktober hingga November 2022.
Proyek sosial Pendekar Klambi merupakan hasil kolaborasi berbagai pihak yakni Gombal Project, PPS Mardi Utomo, dan HI UNDIP. Tujuan utamanya mendukung tercapainya pembangunan berkelanjutan (SDGs) dalam bidang pekerjaan layak, pertumbuhan ekonomi, penanganan perubahan iklim, dan produksi dan konsumsi berkelanjutan.
Kegiatan ini juga sebagai sarana untuk menumbuhkan jiwa sosial serta kepedulian mahasiswa terhadap masyarakat dan lingkungan sekitar, khususnya bagi para pengemis, gelandangan dan orang terlantar (PGOT) yang merupakan warga binaan di PPS Mardi Utomo.
Kegiatan ini memiliki empat rangkaian utama, yaitu pelatihan fasilitator, penguatan relasi antara fasilitator dengan warga binaan, pelatihan soft skill menjahit dan sosialisasi aksi dalam bentuk festival pameran karya.
Project Leader, Anjani Tri Fatharini, S.IP., M.A. menyampaikan adanya permasalahan, banyak pakaian hasil donasi yang terkumpul di panti tidak layak pakai dan menjadi sampah. Di sisi lain, para PGOT warga binaan belum mempunyai skill untuk mengolah pakaian tidak layak pakai tersebut.
Melalui dukungan dari Pertamina Foundation, Project Leader yang juga merupakan Dosen Hubungan Internasional UNDIP mengajak warga binaan dan mahasiswa untuk mengubah problem menjadi opportunity dengan pengelolaan pakaian bekas melalui kelas menjahit yang dapat mendorong semangat berkarya, sehingga bisa mendapatkan manfaat secara ekonomi.
Di proyek sosial Pendekar Klambi ini mengubah pakaian bekas tidak layak pakai menjadi tas belanja lucu dan menarik. Kegiatan pelatihan softskill ini sudah berlangsung sejak bulan Oktober 2022. Kegiatan ini diawali kegiatan pembekalan kepada para fasilitator Pendekar Klambi oleh Dosen pakar pengabdian masyarakat dan Dosen ahli Kewirausahaan.
Selanjutnya, para Fasilitator membantu instruktur jahit dalam pelaksanaan pelatihan menjahit yang diikuti oleh 20 warga binaan selama 2 bulan di setiap akhir pekan
Herdiani, salah satu fasilitator Pendekar Klambi menyampaikan paparan kepada suarabaru.id., “saya akui sangat banyak tantangan dan hal barunya mas. Saya jadi lebih belajar skill social dengan berbagai level masyarakat, how to deal dan menghadapi perbedaan perilaku maupun pola pikir masyarakat dengan latar belakang berbeda.
“ Dan yang paling penting saya jadi lebih termotivasi untuk semakin terus belajar mengenai isu-isu pembangunan dan pemberdayaan masyarakat. Karena saya sadari, kedua hal tersebut sangat saya perlukan sebagai bekal awal untuk menciptakan aksi-aksi lain yg bermanfaat seperti Pendekar Klambi.”
Harapannya, project social semacam pendekar klambi ini tidak terhenti hanya karena durasi project yg sudah usai, tetapi nafas kebaikannya harus tetap dijaga dan dilanjutkan hingga masyarakat yang dibina benar-benar mandiri baik secara pola pikir maupun ekonomi.
Selain itu, kegiatan seperti ini kedepannya mampu berinovasi serta berkolaborasi dengan pihak lain atau komunitas sosial lain untuk mensejahterakan masyarakat sekitar, khususnya PGOT warga binaan Mardi Utomo.
Hadepe – Cak Muh