Ilustrasi pembelajaran matematika. Foto:
Ilustrasi pembelajaran matematika. Foto:pngtree

blankOleh Erkam Pramana

SUDAH menjadi rahasia umum lagi, bahwa matematika adalah mata pelajaran yang dinggap momok bagi siswa.

Stigma itu telah melekat dari generasi ke generasi. Bahkan ada yang mengatakan, orang yang menyukai matematika sebagai sebuah kelainan.

Di balik stigma yang buruk terhadap mata pelajaran tersebut. Sebenarnya terdapat banyak manfaat yang patut menjadi perhatian.

DI antaranya adalah melatih siswa untuk berpikir kritis, kreatif, mempunyai logika yang baik, mengumpulkan, mengolah, menyajikan, dan menafsirkan sebuah data, serta menjadi alat untuk memahami mata pelajaran yang lain.

Hal tersebut sesuai dengan julukannya sebagai ratu ilmu pengetahuan.
Manfaat yang dimilikinya, juga terdapat pada materi peluang atau probabilitas yang merupakan bagian dari matematika.

Materi peluang sendiri adalah harga angka yang menunjukkan seberapa besar kemungkinan suatu peristiwa atau kejadian akan terjadi.

Materi yang identik dengan contoh dadu itu, dapat melatih siswa untuk memprakirakan sesuatu dan mengambil sebuah keputusan.

Lebih dari itu, pada abad ke-21 yang juga menjadi era digital, perkembangan teknologi dan informasi berkembang cukup pesat.

Perkembangan itu sendiri tidak bisa dilepaskan dari matematika yang menjadi landasan utama dalam pengembangannya.

Bahkan, manfaaat dari metamatika secara umum dan khususnya pada materi peluang sangat relevan dengan kebutuhan zaman untuk hidup di era digital. Misalnya, berpikir kritis tentang informasi yang beredar.

Maka sangat disayangkan, apabila manfaat yang banyak dari matematika, terutama materi peluang. Harus menghadapi kenyataan, bahwa stigma buruk yang melekat padanya membuat sebagian besar siswa takut untuk sekadar mempelajari.

Faktor yang menyebabkan hal tersebut cukup beragam, seperti fixed mindset siswa bahwa matematika itu sulit, takut salah, sumber materi yang kurang – khususnya di daerah pedalaman – kemampuan guru dalam menyampaikan yang kurang, hingga metode pembelajaran yang tidak sesuai.

Namun, dari beberapa faktor tesebut penerapan teori dan metode pembelajaran yang tidak tepat menjadi penyebab utama.

Selama ini pembelajaran materi peluang – yang merupakan bagian dari matematika – dilakukan dengan cara kspositori.

Dengan cara ini guru menyampaikan materi apa itu peluang, dan dituliskan rumus beserta penjelasannya. Lalu siswa diberi penugasan sebagai bentuk latihan untuk terbiasa dan faham.

Hal tersebut membuat guru menjadi pusat pembelajaran. Dan teori pembelajaran behavioristik menjadi utama untuk diterapkan. Sehingga, terkesan monoton, dan membuat siswa pasif serta bosan.

Metode itu sendiri bisa dikatakan bertentangan dengan matematika sebagai mata pelajaran abstrak, yang memerlukan penyampaian mudah difahami.

Maka, berangkat dari permasalahan di atas dan juga tuntutan zaman. Bisa dikatakan pembelajaran abad 21 yang sebenarnya juga sudah termaktub di dalam Kurikulum 2013, dirasa penting untuk diperbaiki penerapannya dan dijadikan solusi.

Hal ini dikarenakan kesesuaiannya dengan teori pembelajaran konstruktivistik yang banyak dipakai di era sekarang. Dan menjadi inovasi untuk membuat siswa aktif dan meningkatkan minat belajar, tidak terkecuali terhadap matematika.

Dilansir kemendikbud.go.id, pembelajaran abad 21 merupakan suatu peralihan pembelajaran dimana kurikulum yang dikembangkan menuntun sekolah untuk mengubah pendekatan pembelajaran dari teacher centered menjadi student centered.

Pembelajaran tersebut juga sesuai dengan tuntutan zaman yang harus menghasilakan sumber daya manusia yang berpikir kritis, dapat memecahkan masalah, inovatif, kreatif, komunikatif, dan kolaboratif.

Dengannya, metode pembelajaran yang bisa diterapkan cukup beragam dan dapat disesuaikan dengan kondisi, karakteristik peserta didik, serta meteri yang yang akan disampaikan.

Di antaranya, discovery learning yang fokus menemukan pengetahuan, project based learning membuat siswa lebih kreatif, blended learning yang memadukan pembelajaran dengan teknologi, flipped classroom yang membuat rumah sebagai tempat belajar dan sekolah adalah tempat diskusi, dan masih banyak lagi metode yang lain. Namun, tetap berpusat pada siswa.

Berangkat dari hal tersebut, guru harus bisa memposisikan dirinya sebagai fasilitator. Lalu mempunyai prinsip belajar sepanjang hayat dan inovatif dalam mempersiapkan cara penyampaian.

Ia juga harus menciptakan lingkungan yang mendukung juga media pembelajaran yang bisa menunjang.
Penerapan pembelajaran abad 21 dalam materi peluang salah satunya dapat dilakukan dengan discovery learning.

Melalui metode tersebut, siswa akan dilatih berpikir aktif, kolaboratif, komunikasi yang baik, menyelidiki, menemukan konsep materi, dan tentunya kemandirian.

Misalnya, guru menyampaikan materi kombinasi dan permutasi. Siswa dapat dibagi ke dalam beberapa kelompok dengan memperhatikan kehetergonannya, yakni jenis kelamin dan tingkat kognitif yang dimiliki.

Lalu, peserta diberikan dua soal yang hampir sama untuk dicari jawaban dan perbedaannya. Di samping itu juga ada kontrak untuk waktu dan peraturan, seperti tidak boleh menyelesaikan dengan Brainly atau semacamnya, juga menggambar dalam bentuk grafik dan tabel.

Terakhir, siswa dipersilahkan presentasi untuk melatih komunikasi, keaktifan, dan rasa tanggungjawabnya. Guru memberikan penguatan terhadap jawaban yang benar dan memberikan arahan terhadap jawaban yang salah tanpa menghakimi, ia juga menyampaikan manfaat dari mempelajari kombinasi dan permutasi. Serta membuka sesi tanya jawab.

Penerapan yang lain juga bisa digunakan dalam kuis untuk reviu materi dengan menerapkan blended learning melalui Kahoot, Quizziz, ataupun yang lainnya.

Siswa yang paling tinggi nilainya diberi hadiah sebagai bentuk penghargaan. Sehingga, memotivasi dan melatih siwa untuk belajar mandiri dan mengulang materi yang telah mereka dapatkan.

Pembelajaran abad 21 seperti menjadi obat bagi keringnya inovasi metode pembelajaran dan rendahnya minat siswa dalam mempelajari mata pelajaran tertentu, termasuk matematika.

Pembelajaran tersebut juga sesuai dengan kebutuhan zaman berkaitan dengan kebutuhan sumber daya manusia yang memiliki keterampilan berpikir kritis, inovatif, kreatif, mampu memecahkan masalah, kolaboratif, dan komunikatif.

Lebih dari itu, matematika yang menjadi dasar dari pengembangan teknologi dapat hilang stigma buruknya dan tersebar luas manfaatnya.

Pembelajaran berbagai mata pelajaran pun akan lebih menyenangkan, termasuk materi peluang.

Erkam Pramana,
Mahasiswa Prodi Pendidikan Matematika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Islam Sultan Agung (Unissula)