KOTA MUNGKID(SUARABARU.ID) –Desa Banyuroto, Kecamatan Sawangan, Kabupaten Magelang, berhasil meraih penghargaan Program Kampung Iklim (Proklim) kategori Lestari tahun 2022 dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK). Penghargaan diberikan pada acara penutupan Festival Iklim 2022 di Gedung Manggala Wanabakti, Senayan, Jakarta, Jumat (28/10/2022).
Kepala Desa Banyuroto, Sawangan, Yanto, hari ini Sabtu (29/10) menjelaskan, sebelumnya Desa Banyuroto juga telah menerima tropi Proklim Katagori Utama pada tahun 2019. Atas aksi nyata di bidang penyelamatan sumber air dan energi baru terbarukan. Yakni pembuatan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) biogas limbah kotoran ternak.
Kaitannya dengan diperolehnya penghargaan Proklim Katagori Lestari tahun ini, menurut kades, karena Desa Banyuroto telah ikut membantu menjaga kelestarian Kawasan Taman Nasional Gunung Merbabu sebagai desa penyangga.
Melihat kondisi masyarakat di Desa Banyuroto rata-rata mata pencahariannya sebagai petani dan peternak, maka masyarakat mencoba untuk membuat IPAL biogas sebagai energi yang digunakan untuk keperluan sehari-hari (memasak). Sekaligus mencegah dan mengurangi dampak kerusakan hutan akibat penebangan liar untuk mencari kayu bakar.
“Tentunya dengan adanya pembuatan IPAL biogas ini sudah sangat membantu dan mengurangi penebangan liar untuk mencari kayu bakar,” jelas Yanto.
Pembuatan IPAL biogas limbah kotoran ternak pada tahun 2019 di Desa Banyuroto baru memiliki enam unit biodigester. Sementara tahun ini sudah menjadi delapan unit biodigester yang mampu digunakan oleh 25 keluarga.
Kemudian, lanjut Yanto, Desa Banyuroto juga telah melakukan aksi nyata di bidang penyelamatan sumber daya air dengan menangkap air hujan, dengan membuat lubang resapan biopori dengan skala jumbo di kawasan Taman Nasional Gunung Merbabu.
Harapannya dengan adanya pembuatan biopori berskala jumbo itu dapat menangkap air hujan, sehingga bisa mempertahankan debit mata air di sekitarnya. Pada tahun 2019 lalu Desa Banyuroto telah membuat 10 lubang resapan biopori. Di tahun ini sudah berkembang menjadi 410 buah.
“Dampaknya saat ini sudah bisa dirasakan, mata air debitnya semakin meningkat dan mampu mencukupi kebutuhan air di musim kemarau. Bahkan kami bisa menyubsidi desa-desa tetangga,” jelasnya.
Eko Priyono