SEMARANG (SUARABARU.ID)- Walikota Semarang, Hendrar Prihadi menargetkan Pameran Batik Nusantara di kawasan Kota Lama berdampak pada peningkatan minat masyarakat pada produk lokal. Digelar seminggu penuh hingga tanggal 9 Oktober 2022.
Walikota Semarang yang akrab disapa Hendi itu pun menyebutkan jika menggelar pameran di titik keramaian kawasan wisata memang menjadi salah satu strateginya untuk lebih mengenalkan produk lokal kepada masyarakat.
Di sisi lain karena produk batik yang dipamerkan tak hanya dari Kota Semarang saja, dirinya meyakini jika Pameran Batik Nusantara juga bisa menjadi salah satu daya tarik wisata.
“Jadi menurut saya ini sekali dayung dua tiga pulau terlampaui. Di satu sisi kita memanfaatkan keramaian di kawasan wisata untuk mengenalkan produk Indonesia, di sisi lain upaya mengenalkan produk Indonesia ini juga kita kemas untuk menjadi daya tarik wisata,” tutur Walikota Semarang tersebut.
Adapun pameran batik nusantara sendiri diselenggarakan pada dua lokasi yaitu di Gedung Weeskamer dan Galeri Indutri Kreatif (GIK). Pameran di Gedung Weeskamer menampilkan batik dari berbagai daerah seperti DKI Jakarta, Tegal, Pekalongan, Batang, Kendal, Semarang, Kudus, Pati, Banyuwangi, Madura, Solo, Sukoharjo, Sragen, Banyumas, Purbalingga, Magelang, Yogyakarta, hingga Bengkulu.
Tak hanya itu, pada waktu yang bersamaan juga Hendi memberi ruang untuk 40 pelaku UMKM melalui kegiatan Pasar Tiban. Kegiatan terse dipusatkan di Jalan Kedasih Kota Lama Semarang. Dimana keberadaan Pasar Tiban tersebut juga dirancang Hendi agar gelaran pameran batik nusantara bisa lebih dirasakan kemeriahannya oleh seluruh masyarakat yang berkunjung ke kawasan wisata heritage Kota Lama Semarang.
Dengan berbagai upaya yang dilakukan untuk mengangkat produk Indonesia, Hendi pun berharap masyarakat yang berkunjung tidak hanya sekedar melihat – lihat saja, tetapi juga berbelanja. “Membeli produk Indonesia adalah menjadi salah satu cara kita untuk berkontribusi meningkatkan ekonomi nasional. Jadi saya berharap untuk masyarakat yang datang ke sini jangan jadi rohali alias rombongan hanya lihat-lihat. Monggo kita apresiasi produk Indonesia dengan jadi rojali, yaitu rombongan jajan dan beli,” pungkas Hendi.
Dia pun menegaskan jika kualitas produk dalam negeri sebenarnya tidak kalah dengan produk impor, hanya saja kebanyakan masyarakat masih kurang bangga bila memakai merek Indonesia. Hal itu disebutkan Hendi terlihat ketika beberapa merek kemudian menggunakan strategi penamaan asing untuk menggaet konsumen. “Banyak kan yang kita kira merek luar padahal sebenarnya itu produk Indonesia. Sehingga sebenarnya kualitas produk Indonesia itu baik. Hanya minat masyarakat yang masih kurang. Sehingga fokus kita di situ,” tuturnya.
Pemkot Humas