“Semula kami sering membuat kolak, yang salah satu bahannya ada santannya, lalu kami coba-coba membuat adonan kopi dengan santan, kok rasanya beda, gurih dan nikmat,” ujar Janten.
Dia menuturkan, awalnya dulu membuat kolak, dan santannya tersisa. “Saya coba campur kopi kopi, banyak yang pesan, eh, ” jelas Janten dengan logat jawanya Blora dengan tambahan “eh” di akhir kalimat.
Lama-kelamaan, tutur Janten, pembeli bilang enak, dan akhirnya banyak yang suka. “Jadi terkenal, iki kopi klapa coba, kok enak,” ujar Janten menirukan para pelanggannya.
Janten pun menguraikan proses pembuatan kopi klapa atau kopi santen itu. Kelapa diparut, diperas, disaring diambil santannya, itulah yang digunakan sebagai campuran kopi.
“Biar tidak ngeres, parutan klapa diperas hingga jadi santan. Satu gelas kopi klapa namung lima ribu. Mangga pinarak di Jepangrejo,” imbuh anak Mbah sakijah Jepangrejo.
100 Pelanggan
Menurutnya, paling tidak sudah ada pelanggan sekira 100 orang tiap hari. Tidak hanya warga Blora, bahkan ada pembeli dari luar kota, Randublatung, Rembang, Semarang, Bojonegoro Jawa Timur.
“Hari Minggu kemarin rombongan naik bus, dari Bojonegoro, alhamdulillah,” ungkap Janten.