Oleh: Amir Machmud NS
// bila hanya gol ukurannya/ sepak bola pun milik mutlak para bomber/ bila proses menjadi pertimbangan/ sepak bola adalah milik semua/ tetapi nyatanya bukankah kemenangan itu hitung-hitungan/ : berapa gol kau ciptakan?//
(Sajak “Bomber dan Monster”, 2022)
KESAN pertama begitu mengerikan. Selanjutnya terserah kiper lawan…
Metafora ini kiranya tepat untuk mengadopsi narasi iklan sebuah produk parfum pria pada 1990-an, “Kesan pertama begitu menggoda. Selanjutnya terserah Anda…”
Gambaran mengerikan tentu dirasakan oleh klub-klub calon lawan Manchester City di Liga Primer, Barcelona di La Liga, dan Bayern Muenchen di Bundesliga.
Sepak terjang Erling-Burt Haaland di awal musim, dengan dua kali menciptakan hatrick ke gawang Crystal Palace dan Nottingham Forest, dan sejauh ini membukukan 10 gol, tentu bukan berita baik bagi kiper-kiper lawan berikutnya. Dua golnya dalam kemenangan 4-0 atas Sevilla di babak grup Liga Champions juga menguatkan konfidensi The Citizens di ajang Eropa.
Di Liga Spanyol, kehadiran bomber maut Robert Lewandowski meneror siapa pun lawan Barca, termasuk tentu menjadi momok bagi Real Madrid dalam proyeksi el clasico nanti. Dua gol Lewy dalam salah satu laga La Liga melawan Real Valladolid dengan teknik “magic” adalah “deklarasi maut” betapa striker asal Polandia itu punya solusi apa pun untuk membuat gol. Show kesuburan Lewy ditandai dengan hattrick ke gawang Viktoria Plzen lewat gol-gol penuh gaya.
Dalam pada itu, di barisan penggempur Die Bayern, kehilangan Lewy langsung tergantikan oleh Sadio Mane, striker asal Senegal yang serbaguna sebagai penyerang murni, winger, atau false nine.
Sama dengan di Liverpool. Hijrah Mane ke Bundesliga tersubstitusi oleh kehadiran Darwin Nunez sebagai monster baru mendampingi Mohamed Salah, Diogo Jota, Roberto Firmino, dan Luis Diaz. Tetapi, dalam sejumlah laga, terasa benar tak mudah menemukan pengganti Sadio Mane. The Reds masih menyisakan lubang, yang terasa dari kekalahan 1-4 dari Napoli dalam babak awal Liga Champions di Stadion San Paolo, pekan lalu.
Mematahkan Perkiraan
Haaland, yang sebelum ini sangat bersinar di Borussia Dortmund, mematahkan perkiraan para analis bahwa dia membutuhkan proses tidak mudah untuk beradaptasi di Liga Primer yang dikenal lebih keras ketimbang liga mana pun.
Nyatanya, striker asal Norwegia putra legenda City, Alfe-Inge Haaland ini tak canggung unjuk kemonsteran. Kerja samanya langsung “tune in” dengan Phil Foden, Jack Grealish, Ryad Mahrez, Ilkay Gundogan, Kevin de Bruyne, dan Bernardo Silva.
Legenda Manchester United, Gary Neville. yang sekarang menjadi pundit, mengilustrasikan Haaland sebagai Jaws. Sosok antagonis yang tinggi besar dan bergigi besi itu menjadi lawan mengerikan James Bond dalam film Moonraker.
Boleh dibilang, Haaland menyempurnakan orkestrasi permainan City dengan model penyelesaian mematikan. Dia bagai eksekutor kejam yang mendapat suplai bola memanjakan dari kolektivitas possession football Pep Guardiola.
Perpacuan dengan Nunez, Mo Salah, Harry Kane di Tottenham Hotspur, Gabriel Jesus di Arsenal, juga Antony yang langsung memberi gol dalam debutnya bersama MU; bakal mewarnai penampilan Haaland yang kini menjadi salah satu magnet Liga Primer.
Versus Benzema
Di La Liga, Lewandowski tak hanya bersaing dengan andalan Madrid, Karim Benzema: siapa mampu menjadi el pichichi (pencetak gol) di akhir musim nanti. Musim lalu, dua bomber yang sama-sama sudah berusia di atas kepala tiga itu memperlihatkan produktivitas hebat. “Lewangolski” juga bertaruh performa dengan jagoan-jagoan gol Barcelona sendiri. Dari Ferran Torres, Memphis Depay, Pedri Gonzales, Ansu Fati, hingga Ousmane Dembele.
Suntikan pengalaman Lewy untuk Barca menjadi amunisi dalam mengarungi musim pembuktian sang arsitek, Xavi Hernandez. Dalam penggalan awal musim, dia sudah menebar ketakutan kepada kiper-kiper lawan.
Haaland yang “mengerikan”, Lewy yang selalu menghantui, Mo Salah yang tetap krusial, Nunez yang menjanjikan, Mane yang menghirup kesegaran baru, ditambah Antony yang disebut-sebut sebagai “New Ronaldo” menciptakan panggung kontestasi monster sepak bola.
Masing-masing telah memberi kesan awal. Selanjutnya, terserah para pengawal dan kiper: bagaimana menanganinya…
— Amir Machmud NS, wartawan suarabaru.id, kolumnis sepak bola, dan Ketua PWI Provinsi Jawa Tengah —