blank
Poster Film 'Miracle in Cell No 7'. Foto: Instagram @falconpictures_

SEMARANG (SUARABARU.ID)- Miracle in Cell No 7 menjadi salah satu film yang akan segera tayang di bioskop Indonesia. Film adaptasi dari Korea dengan judul yang sama ini, dibintangi oleh sederet artis papan atas seperti Vino G. Bastian, Mawar Eva de Jongh, Indro Warkop, Tora Sudiro, Bryan Domani, dan banyak lagi.

Dilansir dari Suara.com, disutradarai oleh Hanung Bramantyo, ada beberapa perbedaan Miracle in Cell No 7 versi Indonesia dan Korea. Hal ini jelas menjadi pertanyaan besar, mengingat Miracle in Cell No 7 versi Korea telah lebih dulu merebut hati masyarakat.

Lalu apa saja perbedaannya? Sebelum nonton, simak berikut ini! Ini Perbedaan Miracle in Cell No 7 versi Indonesia dan Korea

Baca Juga: ‘Sri Asih’, Film Superhero Perempuan Pertama Indonesia Bakal Tayang 6 Oktober 2022

1. Pengaruh iklim terhadap alur cerita

Dalam film Miracle in Cell No 7 versi Korea Selatan, iklim merupakan salah satu hal yang cukup berpengaruh dalam kehidupan warganya, begitu pula yang ditampilkan dalam film ini. Bahkan, bagi yang telah menonton film Miracle in Cell No 7, pasti sadar bahwa iklim menjadi bagian utama dalam alur cerita.

Namun, Indonesia memiliki iklim yang sama sekali berbeda dengan Korea Selatan. Sutradara Hanung Bramantyo mengatakan bahwa ia tidak ingin memaksakan jalan cerita dengan mengambil iklim sebagai kunci alur, sehingga ia memutuskan untuk mengubah alur yang terkait dengan iklim.

2. Pekerjaan yang digeluti tokoh utama

Nama pemeran utama dalam film Miracle in Cell No 7 versi Korea Selatan adalah Lee Young Gu, ia digambarkan sebagai seorang juru parkir. Sedangkan, dalam bersi Indonesia, nama pemeran utama yang dibintangi oleh Vino G. Bastian ini adalah Dodo Rojak yang bekerja sebagai seorang penjual balon.

Baca Juga: Flashmob Tahanan di Stasiun Sudirman Even Promo Film Miracle In Cell No.7

Meskipun memiliki perbedaan dalam hal pekerjaan, tetapi keduanya sama-sama menampilkan sosok ayah yang memiliki disabilitas.

3. Penggambaran sistem hukum yang digunakan

Sistem hukum yang ada di negara Korea Selatan dan Indonesia jelas memiliki perbedaan. Karenanya, sutradara Hanung Bramantyo memutuskan untuk tidak mengadaptasi sepenuhnya tanpa memodifikasi unsur yang ada di film ini.

Ia berkata tidak akan menggunakan sistem hukum seperti Korea Selatan. Namun, ia juga mengaku tidak memakai sistem hukum yang ada di Indonesia.

Hanung mengaku menciptakan sistem hukumnya sendiri terlepas dari kenyataan yang ada di Indonesia. Ia ingin menghindari terjadinya kesalahpahaman atau adanya pihak yang tersingung jika menggunakan sistem hukum yang sudah ada.

Baca Juga: Lima Fakta Menarik Film ‘Aquaman and The Lost Kingdom’

4. Pemilihan tempat tinggal dan lingkungan

Dalam versi remake, film Miracle in Cell No 7 menampilkan tokoh utama yang tinggal bersama putrinya di lingkungan yang padat dengan penduduk serta dekat dengan jalur kereta api.

Hal ini dipilih untuk menyampaikan kondisi keluarga yang berada pada tingkat ekonomi menengah ke bawah. Sedangkan dalam versi Korea Selatan, latar tempat yang diambil adalah sebuah rumah yang sangat kecil, terletak di pemukiman sunyi dan sepi dari penduduk.

Itulah empat perbedaan Miracle in Cell No 7 versi Indonesia dan Korea. Tentu saja semuanya sudah dipertimbangkan dengan matang serta menyesuaikan kondisi yang ada di Indonesia agar cerita yang ditampilkan bisa lebih realistis dan mampu diterima. Kamu siap menonton filmnya?

iClaudia