SUARABARU.ID Mahasiswa Fakultas Psikologi Unissula melakukan aksi pevensi untuk menghindarkan kekerasan terhadap perempuan. Mereka mengembangkan psikoedukasi melalui teknik psikodrama dengan media wayang. Ide dari Farahdiba Ramadhani Hakim, Abror Hilman, Siti Zulicha, dan Reihan Nisha Gunawan mendapat apresiasi. Kemendikbudristek memberikan dana penelitian sebesar Rp 6,2 juta melalui Program Kreatifitas Mahasiswa (PKM) tahun 2022 ini.
Mahasiswa yang dibimbing oleh Anisa Fitriani SPsi MPsi Psikolog itu telah melakukan penelitian dari bulan Juni- September 2022. Penelitian melibatkan 20 remaja tingkat SMA di kota Semarang. Partisipan secara berkelompok diajak memerankan diri berdasarkan cerita tokoh pewayangan dan cerita lain yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari melalui prosedur tertentu.
Teknik itu membantu individu mendapatkan pemahaman yang lebih positif terkait kesetaraan gender dan cara mengatasi konflik tanpa kekerasan. Hasil penelitian akan dipresentasikan dalam pertemuan ilmiah internasional pada bulan November mendatang.
Modul Psikodrama Wayang juga berhasil mendapatkan sertifikat HKI (Hak Kekayaan Intelektual) dari Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia. Psikodrama adalah teknik bermain peran yang sering digunakan untuk mengatasi konflik, emosi terpendam, media untuk mendapatkan pemahaman dan pemaknaan baru. Oleh tim peneliti, Psikodrama dikombinasikan dengan cerita pewayangan. Seni pertunjukan wayang menjadi sarana komunikasi dan refleksi kehidupan sosial budaya yang efektif di masyarakat.
“Psikodrama Wayang merupakan inovasi baru sebagai prevensi kekerasan terhadap perempuan. Edukasi melalui pendekatan budaya juga mengandung unsur kreativitas yang menarik,” ungkap ketua tim, Farahdiba, Kamis (1/9).
Sementara itu pembimbing Anisa Fitriani menyampaikan dalam dua tahun berturut-turut tim ini berhasil lolos seleksi PKM Kemendikbudristek. “Prestasi ini menjadi salah satu indikator bahwa mahasiswa Fakultas Psikologi Unissula memiliki kompetensi unggul dan daya saing kuat yang siap memberikan kontribusi bagi masyarakat,” ungkapnya.
Lebih lanjut ia menjelaskan bahwa fenomena tindak kekerasan terhadap perempuan masih tinggi di Indonesia. Hal itu tentu sangat disayangkan di era yang sudah sedemikian modern kekerasan terhadap perempuan masih terus terjadi. “Sangat penting bagi dunia pendidikan tinggi memberi solusi atas permasalahan ini” pungkasnya.