blank
Mikea (19), WNA Madagaskar yang memilih kuliah di Indonesia karena penasaran dengan sistem akademik di Asia. Foto: Dok/Ning Suparningsih

SEMARANG (SUARABARU.ID) – Mikea, Warga Negara Asing (WNA) asal Madagaskar ini rupanya sangat penasaran dengan sistem akademik di Asia, khususnya di Indonesia.

Mikea yang tahun ini genap berusia 19 sudah mulai menjalani semester 5 di Perguruan Tinggi Univesitas Diponegoro (Undip).

Anak ketiga dari empat bersaudara ini tinggal di Indonesia sejak tahun 2019, setelah menyelesaikan perjalanan studinya yang terbilang luar biasa.

“Saya dahulu masuk Sekolah Dasar (SD) pada usia 4 tahun. Saya tahu ini cukup awal dibandingkan dengan standar orang Indonesia. Tetapi di negara saya itu adalah usia rata-rata,” ucapnya kepada Suarabaru.id, Selasa (30/8/2022).

Setelah tamat SD, Mikea melanjutkan sekolah SMP di negara nya. “Pada awal masuk SMP, saya mengalami kesulitan beradaptasi, karena di SMP tersebut adalah pertama kalinya saya masuk sekolah negeri,” kata Mikea.

Diketahui, Mikea saat itu diterima di “CEG 67HA” yang merupakan sekolah SMP Negeri di Madagaskar. Setelah bisa beradaptasi, Mikea pun mendapat banyak teman dan pengalaman menyenangkan selama 4 tahun menjalani sekolah di CEG 67HA.

Setelah lulus SMP (tahun 2016), Mikea yang dilahirkan dari keluarga sederhana ini diterima di salah satu SMA Negeri terkenal bernama “Lycée Moderne Ampefiloha (LMA)”.

Pada saat itulah perubahan besar terjadi dalam hidupnya. Di SMA tersebut ternyata ada “Club Bahasa Indonesia” yang merupakan kerja sama antara KBRI Tana dan LMA.

Di club tersebut, para siswa bisa mempelajari Bahasa Indonesia dan budaya Indonesia. “Nama guru Bahasa Indonesia kami Bu Isabelle. Dia adalah orang Madagaskar yang lulus kuliah di Indonesia,” ujarnya.

Pada umumnya, lama sekolah di SMA adalah 3 tahun. Namun karena Mikea mendapat kursus akselerasi, dia pun lulus dalam 2 tahun.

Usai lulus SMA, Mikea memilih melanjutkan sekolah di “Universite d`Antananarivo”, yang merupakan universitas negeri paling bergengsi dan diakui di Negara Madagaskar.

“Setelah masuk di Universite d`Antananarivo” (ambil fakultas hukum-red), saya kuliah di sana sambil melanjutkan studi Bahasa Indonesia saya di LMA. Selain itu, saya juga mendaftar kelas Bahasa Indonesia di KBRI, jadi saya bisa mengikuti dua kursus sekaligus,” ungkapnya.

“Selama mengikuti kelas Bahasa Indonesia, saya dipromosikan oleh staf KBRI di LMA untuk kuliah di Indonesia. Dan saya sangat tertarik untuk kuliah di Indonesia. Dubes RI sendiri menginformasikan adanya beasiswa dari pemerintah atau universitas di Indonesia,” terang dia.

Saat itulah Mikea memutuskan untuk mengajukan beasiswa tersebut, yakni “Darmasiswa Scholarship”. Darmasiswa Scholarship merupakan program beasiswa, di mana siswa asing dapat belajar Bahasa Indonesia dan menjelajahi budaya Indonesia selama 1 tahun.

Saat itu Mikea memilih Universtas Sebelas Maret sebagai tempat untuk belajar Bahasa Indonesia di program tersebut. “Pengalaman saya selama satu tahun di program Darmasiswa luar biasa dan indah,” tukasnya.

Pada tahun 2020, setelah berakhirnya program darmasiswa, Mikea memutuskan untuk mendaftar di program IUP Hukum Universitas Diponegoro. “Puji Tuhan, saya diterima dan mulai kuliah di jurusan hukum pada bulan September 2020. Saat itu wabah Covid-19 masih kuat sehingga saya harus melakukan kelas online dari semester 1 hingga semester 4,” sambungnya.

“Selama saya menjadi mahasiswa Undip, baru sekarang (semester 5) saya bisa menikmati rasanya kelas offline,” katanya.

Mikea menyebut, banyak orang Indonesia yang bilang sia-sia saja kuliah di Indonesia, karena masih banyak negara-negara lain yang lebih bagus.

Namun dirinya memberikan jawaban yang sangat sederhana. “Saya memilih Indonesia karena saya penasaran dengan sistem akademik di Asia. Apalagi jurusan saya adalah hukum, jadi saya ingin tahu lebih dalam tentang sistem hukum di negara-negara asia,” ucapnya.

Selain itu, tambah Mikea, sudah terlalu banyak orang yang ke Eropa atau Amerika, dan saya ingin mencari pengalaman baru yang berbeda dengan orang lain. “Saya tidak menyesal sih dengan keputusan saya kuliah di Indonesia, karena banyak pengetahuan dan ilmu-ilmu yang saya dapat selama menjalani kuliah 3 tahun di sini,” tandasnya.

Saat ditanya tentang hobi, Mikea menjawab jika hobinya cukup istimewa. “Saya bukan orang yang sangat sporty, meskipun kadang saya pergi ke gym untuk menjaga kesehatan tubuh saya. Akan tetapi, saya sangat suka membaca buku,” ujarnya.

Dia mengaku ketika sedang terinspirasi suka menulis puisi, ataupun novel. “Sejak kecil, saya suka menulis. Tapi aktivitas favorit saya adalah tidur,” katanya sambil tertawa.

“Saya tahu, kebanyakan orang mungkin menganggapnya aneh, tetapi bagi saya tidak, karena tidur membantu saya memulihkan dan menenangkan pikiran saya. Itu sangat memperkuat daya ingat saya juga,” sambungnya.

Terkait makanan kesukaannya, Mikea mengaku tidak suka makanan pedas. “Sebenarnya saya lebih suka makanan kami di Madagaskar. Bukannya tidak suka makanan Indonesia, tapi sepertinya makanan di Indonesia kebanyakan yang menjadi bagian dari kuliner ada campuran cabe (pedas), jadi saya tidak terlalu menyukainya,” sebutnya.

“Bukannya makanan Indonesia tidak enak, tetapi hanya terlalu pedas saja bagi saya,” imbuhnya.

Meski demikian, ada beberapa makanan Indonesia yang dia sukai, seperti nasi goreng tanpa cabai, siomay, batagor dan mie ayam.

Ning Suparningsih