blank

Oleh : Ariyanto Mohammad Toha

Budaya literasi bagi peserta didik perlu ditanamkan sejak dini mengingat perkembangan dan kemajuan informasi  sangatlah pesat. Untuk itu orang tua dan guru memegang peran penting dalam upaya menciptakan generasi Indonesia yang siap menghadapi tantangan zaman.

Melalui pendidikanlah, implementasi tujuan mencapai generasi emas Indonesia di tahun 2045 dapat terwujud. Namun hal itu tidaklah mudah, bahkan sangat sulit. Untuk itu diperlukan pendidik-pendidik yang tidak hanya cukup berkompeten, akan tetapi juga diperlukan pendidik yang sekaligus bermental sebagai agen perubahan.

Melalui Program Guru Penggerak, salah satu program nasional pemerintah dalam hal ini Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dalam rangka mempersiapkan Sumber Daya Pendidik unggul yang siap menjadi agen perubahan pendidikan di masa mendatang.

blank
Wawancara siswa dengan narasumber ( Foto: Ariyanto)

Implementasi akan perubahan tersebut sangatlah gampang di teori namun sangatlah sulit dalam aplikasi. Secara bertahap, program guru penggerak telah mencetak agen-agen perubahan di beberapa daerah di Indonesia.

Salah satunya dijumpai di SMP Muhammadiyah Asy Syifa’ Blimbingrejo Kecamatan Nalumsari Kabupaten Jepara. Penulis adalah salah seorang Calon Guru Penggerak Kabupaten Jepara yang mengajar mata pelajaran Bahasa Indonesia mulai menyajikan kegiatan belajar mengajar yang menyenangkan bagi anak sudah sejak pertama kali mengajar di tahun 2007.

Pada pertemuan kali ini, penulis  mengajak siswa berliterasi menyenangkan dengan melakukan wawancara ke salah satu pengrajin gebyok desa Blimbingrejo.

Materi yang relevan dengan wawancara ini adalah Teks Berita. Bab 1 semester gasal kelas 8 tentang Teks Berita, melatih siswa untuk dapat membuat teks berita dari hasil wawancara. Tiga jam terakhir pelajaran Bahasa Indonesia di kelas 8 harus dikemas secara santai dan menyenangkan untuk siswa sehingga siswa terhindar dari rasa ngantuk karena sudab di akhir waktu seharian kegiatan belajar mengajar.

Pra pembelajaran, seperti biasa guru meminta regu piket untuk membagikan impian kemudian masing-masing siswa diajak mengabarkan kesehatannya dengan menyebutkan nama diikuti “alhamdulillah sehat.”

Selanjutnya, guru flash back tentang materi sebelumnya dilanjutkan memberikan gambaran tentang apa yang akan kita lakukan hari ini. Penulis  mendampingi siswa menuju salah satu pengrajin gebyok di Desa Blimbingrejo. Siswa diajak menuju ke pengrajin gebyok “B & F Gebyok Family”. Disambut hangat oleh dua orang karyawan, siswa langsung antusias bertanya.

Guru memberikan informasi bahwa kriteria penilaian pada praktek wawancara ini nanti adalah keaktifan bertanya dengan substansi yang relevan artinya tidak asal bertanya dan tidak diulang-ulang.

Siswa begitu aktifnya menikmati sajian komunikasi dua arah antara jurnalis dan nara sumber. Sedangkan siswa yang lainnya sibuk mencatat pertanyaan dan jawaban yang telah dilontarkan dari teman dan nara sumber. Guru mengamati dan mencatat nama-nama siswa yang antusias bertanya ke dalam Daftar Nilai.

Guru mengingatkan jika ada siswa yang berkelakar bertanya yang dinilai tidak substansial. Ada sedikit candaan dari nara sumber kepada siswa dalam rangka memancing siswa untuk bertanya. Sesekali siswa terdiam memikirkan apa pertanyaan yang mau diajukan, saat itu pula nara sumber dengan nada bercanda mempersilakan siswa untuk bertanya tanpa rasa malu.

Suasana menjadi seru tatkala salah seorang siswa bertanya tentang istri dan anak-anak dari pengrajin tersebut. Ada juga salah satu santri yang dengan keberaniannya bertanya tentang berapa upah yang didapatkan mereka.

Ada Nauval Candra, Surya Saputra, Azzam, Alfahris, Asadullah Al Gholib, Safa, Falih, Ishaam dan Rendi yang aktif bertanya beberapa kali. Sedangkan yang lain juga mempersiapkan pertanyaannya. Nabil yang sedari awal hanya menyimak teman-temannya tidak mau kalah. Nabil fokus pada Buku Catatan dan bollpointnha untuk mencatat hal-hal apa saja yang sudah ia dapatkan dari kegiatan ini.

Instrumen penilaian selanjutnya setelah siswa mencatat hasil wawancara di Buku Catatan, siswa diminta dengan terampil menyusun hasil wawancara tersebut menjadi sebuah berita lengkap yang terdiri dari 5W+1H pada lembar tugas yang telah disediakan oleh guru minimal 1 halaman penuh.

Pada pertemuan berikutnya, siswa diajak berburu teks berita yang terdapat dalam majalah, koran, tabloid atau apapun itu untuk dicari unsur-unsur beritanya sebagai khasanah mengasah pengetahuan dan keterampilan di bidang bahasa khususnya Teks Berita.

Masih banyak cara dan metode menarik lainnya yang dapat dipergunakan guru dalam menstransfer ilmu ke peserta didik yang tidak sebatas berceramah ke sana ke sini yang pada akhirnya membuat siswa menjadi mengantuk dan malas.

Guru pada hakikatnya bukan satu-satunya instrumen yang dapat menjadikan siswa menuju ke tujuan pendidikannya. Jauh dari pada itu, guru adalah sebagai pelita yang dirindukan, bukan momok yang menakutkan.

Seorang guru yang baik ialah mereka yang masih mau belajar menuju bagaimana mengemas sebuah metode pengajaran yang menyenangkan bagi siswa sehingga siswa wellcome dan enjoy menikmati pembelajaran bersamanya.

Penulis  adalah Guru Bahasa Indonesia SMP Muh Asy Syifa’ Blimbingrejo Kecamatan Nalumsari Kabupaten Jepara