blank
Warga RW XIII Perum Korpri, Pudakpayung, Banyumanik, Semarang, memasang portal guna untuk sementara membatasi aktivitas warga. Foto: hs

MEDIO April 2020 sepertinya menjadi saat paling “berkesan” di wilayah RW XIII Perum Korpri, Pudakpayung, Banyumanik, Semarang. Di wilayah yang terdiri dari 160 KK dengan 400 jiwa penghuni itu, 50 orang di antaranya dinyatakan positif covid-19.

Dengan berbagai upaya yang dilakukan, para warga kemudian secara ketat menerapkan gerakan protokol kesehatan. Mulai dari pemasangan portal di pintu masuk perumahan, penyemprotan disinfektan, hingga pemberian bantuan sembako bagi warga yang terdampak covid-19.

Selaku Ketua RW XIII Perum Korpri, Pudakpayung, Banyumanik, Semarang, Heri Suyanto pun, tak lepas dari semua kegiatan itu. Tanggung jawab ada di pundaknya, meskipun dia akhirnya juga rela anaknya positif covid-19.

BACA JUGA: Paskibraka Pemalang Ditawari Binlat untuk Bekal Seleksi Penerimaan Polri

blank
Yulianto Prabowo saat bersama Tim SB mengikuti zoom meeting. Foto: screenshot

Gerak cepat kemudian dilakukan segenap warga yang tergabung dalam Tim Peduli Dampak Covid-10. Sebagai bentuk antisipasinya, mereka kemudian membuat Agenda RW XIII, yang berisi antisipasi penyebaran covid-19.

”Ada delapan poin yang kami buat dalam Agenda RW XIII. Masing-masing bertugas sesuai job nya. Kami pun kemudian sepakat untuk membuat dapur umum, untuk mengantisipasi kesulitan warga mengakses segala hal termasuk kebutuhan rumah tangga,” ungkap Heri, menggambarkan suasana saat itu.

Program Jogo Tonggo yang diinisiasi Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, kemudian jadi solusi yang mereka terapkan, dalam melindungi warganya. Setahap demi setahap, Jogo Tonggo kemudian menjadi jalan pintas memutus mata rantai penyebaran covid-19.

BACA JUGA: Dukung Gerakan Nasional Pembagian 10 Juta Bendera, Ini yang Dilakukan Dishub Wonogiri

Pun demikian, sama seperti yang disampaikan mantan Asisten Pemerintahan dan Kesra, dr Yulianto Prabowo. Dia menyebutkan, pandemi covid-19 merupakan hal yang baru, dan mengubah kebiasaan masyarakat itu juga bukan perkara yang mudah.

Dikatakan dia, saat pandemi covid-19 melanda dunia termasuk di Indonesia, semuanya harus “belajar”. Mulai dari pemerintah, akademisi dan warga, memulai kehidupan baru dengan kebiasaan yang baru pula.

”Sesuai Instruksi Gubernur Nomor 1 Tahun 2020, warga sudah bisa menerapkan protokol kesehatan. Ingub sendiri sebenarnya dikeluarkan dalam kondisi kedaruratan. Namun dasar budaya gotong royong di masyarakat, secara cepat sudah bisa diterapkan,” kata Yulianto, yang juga pernah menjabat sebagai Kadinkes Provinsi Jateng itu.

BACA JUGA: Pemkot Semarang Inisiasi Pasar Apung di BKB Jadi Daya Tarik Destinasi Baru

Menurut dia, di awal-awal penerapan Ingub itu, warga masih butuh pelatihan, pendampingan dan partisipasi yang berkelanjutan. Program Jogo Tonggo kemudian diterapkan secara masif di seluruh wilayah Jateng, sebelum akhirnya ada vaksin yang disebar oleh pemerintah pusat.

Yulianto juga menyebutkan, program Jogo Tonggo yang diluncurkan pada pertengahan tahun 2020 itu, membuahkan hasil yang bagus dan bisa dirasakan langsung oleh masyarakat yang terdampak.

Hal yang senada juga disampaikan Handoko, dari Dinas Kesehatan Provinsi Jateng. Dia menyebutkan, penanganan pandemi covid-19 dibutuhkan sinergi antara pemerintah pusat, daerah dan masyarakat.

BACA JUGA: Gelar Pahlawan Nasional Pantas Disematkan pada Ratu Kalinyamat

Dipaparkan dia, dampak dari pandemi covid-19 itu kemudian muncul masalah sosial, ekonomi, keamanan dan psikologis. Dan semua permasalahan itu, tidak bisa dibebankan pada pemerintah saja, melainkan juga adanya partisipasi dari masyarakat, swasta, lembaga, LSM dan warga. Lalu munculah Program Jogo Tonggo dari Gubernur Jateng, yang sangat njawani dan filosofis.

Dari berbagai permasalahan yang muncul, percepatan penanganan covid-19 harus dimulai dari masyarakat atau setingkat RW. Dalam perjalanannya, kemudian muncul istilah Implementasi dan Intensifikasi Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pemberdayaan Jogo Tonggo (Intip Jogo Tonggo).

”Dalam penerapannya, sebagai leader adalah pihak Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (Dispermades), yang kemudian membentuk Satuan Tugas Jogo Tonggo. Mereka merupakan pembina di desa-desa di Jateng sampai tingkat RW,” tutur dia

BACA JUGA: Mayat Mengambang di Sungai Jalan Sriwijaya Mantan Pegawai RRI Semarang Warga Wonotingal

blank
Perkembangan mingguan data PPKM Mikro Provinsi Jateng, Foto: screenshot

Dedi, yang merupakan perwakilan dari Dispermades menyampaikan, Satuan Tugas Jogo Tonggo bertugas untuk memantau pemberdayaan yang dilakukan seluruh komponen masyarakat.

Satgas Jogo Tonggo ini melakukan penggalian potensi yang ada di masyarakat, agar berdaya dan mampu berperan serta mencegah penularan covid-19. Sedangkan Satgas Jogo Tonggo di tingkat RW di antaranya terdiri dari Karang Taruna, Linmas, Dasa Wisma, Posyandu serta Bidan Desa.

”Satgas Jogo Tonggo tidak dibentuk dari nol, tetapi merupakan konsolidasi atau sinergitas dari kelompok sosial yang ada di masyarakat. Dan Satgas Jogo Tonggo hanya dibentuk saat darurat covid-19 saja,” sebut dia.

BACA JUGA: Perpustakaan Desa Tahunan Dikunjungi Tim Penilai dari Diskarpus Jepara

Dijelaskan dia, keberhasilan Jateng menekan laju penyebaran covid-19 secara Nasional, tak lepas dari program Jogo Tonggo yang dilaksanakan secara bersama-sama oleh warga di provinsi ini.

”Faktor-faktor pendukung keberhasilan Jogo Tonggo di antaranya, adanya sarana dan prasarana, sumber daya manusia serta pendanaan. Sektor pendanaan sangat penting, karena jadi faktor pendukung terlaksananya Jogo Tonggo,” ujarnya.

Kesediaan masyarakat untuk melakukan pendanaan secara swadaya, menjadi nilai tambah bagi keberhasilan program ini. Selain itu, adanya dukungan pemerintah melalui Dana Desa, yang dialokasikan untuk penangganan covid-19, sebesar minimal 8 persen.

Tim SB