“Sebagai bangsa berbhineka banyak persoalan dihadapi yang mempengaruhi kekokohan NKRI. Beberapa factor menyebabkan munculnya ancaman kebhinekaan nusantara, karena itu harus diantisiasi dan diatasi secara tepat agar tidak memperlemah kekokohan NKRI,” kata Prof Sutoyo.
Kebhinekaan Nusantara, tambahnya, harus dikelola dan dirawat bersama-sama dengan sebaik-baiknya. Mengelola dan merawat kebhinekaan nusantara merupakan keharusan dan menjadi tanggungjawab bersama antara pemerintah, masyarakat dan berbagai pihak.
“Puncak dari seluruh internalisasi nilai-nilai Pancasila adalah aktualisasi nilai nilai Pancasila dalam praktik kehidupan bermasyarakat dan dalam praktek penyelenggaraan negara. Oleh karena itu, aktualisasi nilai nilai Pancasila secara subjektif dan objektif menjadi keharusan untuk direalisasikan di mana pun, kapan pun dan oleh siapa pun”, tandasnya .
Jangan Garingan
Sementara itu Ketua Yayasan Perguruan Tinggi Slamet Riyadi Surakarta Drs Sularno dalam sambutannya antara lain mengingatkan agar jangan menjadi guru besar garingan. Namun jadilah guru besar yang aktif produktif dalam pengembangan ilmu maupun sumbangan kehidupan bagi masyarakat.
“Kami akan selalu memberikan dukungan kepada setiap dosen yang berupaya untuk memajukan Unisri sesuai dengan kondisi dan kemampuan kita masing masing”, jelasnya.
Sementara Rektor Unisri Prof Dr Ir Sutardi,M.AppSc ketika diminta pendapatnya mengatakan, Prof Dr Sutoyo merupakan guru besar pertama yang lahir dari “rahim” Unisri. Dalam tempo dekat setidaknya aka nada lima guru besar lagi yang akan lahir dari Unisri.
“Bertambahnya jumlah guru besar di lingkungan Unisri, tengah dipikirkan akan membuka prodi baru PPKN jenjang S 2 maupun S3. Karena dosen di Prodi PPKN hampir semuanya sudah bergelar doktor dan beberapa lagi akan meraih guru besar,” terangnya.
Bagus Adji