batuan candi
Selain batuan anak tangga dan lantai serta stupa, batuan candi lainnya yakni dinding relief Candi Borobudur juga mengalami keausan. Foto: W. Cahyono

KOTA MUNGKID( SUARABARU.ID)- Banyaknya pengunjung Candi Borobudur yang naik ke struktur bangunan candi, menyebabkan  keausan atau pelapukan  batuan candi peninggalan Dinasti Syailendra itu cukup tinggi.

“Gesekan alas kaki pengunjung di batuan candi menjadi penyebab utama batuan candi utamanya bagian lantai dan tangga candi tersebut menjadi aus atau lapuk,”kata Pengkaji Pelestari Balai Konservasi Borobudur, Brahmantara, Selasa ( 7/6/2022).

Brahmantara mengatakan, Balai Konservasi Borobudur telah berupaya melalukan berbagai cara untuk mengurangi keausan batuan Candi Borobudur tersebut . Seperti pemasangan lapisan karet dan kayu di lantai dan anak tangga candi.

Namun, upaya yang telah dilakukan tersebut tidak digunakan lagi, terkait dengan estetika candi  yang dibangun pada abad 8 dan 9 Masehi tersebut.

Sebagai gantinya, Balai Konservasi Borobudur selama dua tahun terakhir merencanakan penggunaan sandal khusus bagi orang yang hendak naik ke struktur bangunan candi yang ditetapkan UNESCO sebagai warisan dunia dengan nomor C592  tahun  1991 silam.

“Untuk mengurangi keausan batuan candi, nantinya pengunjung yang akan naik ke bangunan candi, memakai sandal khusus. Yakni sandal Upanat” katanya.

Menurutnya, hasil kajian  yang dilakukan Balai Konservasi Borobudur menyimpulkan penggunaan sandal khusus  tersebut dapat mengurangi  peningkatan  keausan batu candi.

“ Dari hasil uji  material sandal upanat berbahan spon ati dengan tingkat kekerasan yang lebih rendah mempunyai dampak keausan yang rendah dibandingkan dengan spon batu,” ujarnya.

Selain itu, pihaknya juga melakukan  uji laboratorium untuk melakukan uji terhadap beberapa sampel material alas kaki dan tahap pembuatan sandal khusus.

ia menambahkan, setelah melalui beberapa literasi bentuk, pada dinding relief di Candi Borobudur, tepatnya Relief Karmawibhangga nomor 150  tentang  cerita tentang pemberian kepada raja berupa alas kaki  yang disebut dengan nama  Upanat.

Sementara itu, Staf Balai Konservasi Borobudur, Mura Aristina menambahkan, selain batuan anak tangga dan lantai, keausan batuan candi juga terjadi di sejumlah dinding –dinding relief yang mengelilingi bangunan Candi Borobudur.

“Selain itu, keausan batuan candi juga terjadi pada salah satu dari 72 stupa yang ada tingkatan Arupadhatu (bagian puncak dari kosmologi Buddha ),” kata Mura.

Ia menjelaskan, keausan batuan candi di bagian stupa tersebut khususnya di Stupa yang terdapat patung Buddha yang terkenal dengan nama Kunto Bimo.

Menurutnya, bagian stupa tersebut yang mengalami keausan yakni ukiran batu yang berada di atas bentuk bunga teratai. Hal itu dikarenakan, banyak pengunjung candi naik stupa dan merogoh  untuk menyentuh bagian tangan u dari tubuh arca Buddha yang ada di dalamnya.

‘’Keausan batuan stupa tersebut disebabkan pengunjung naik ke bagian stupa.Karena, sebagian besar pengunjung percaya bila bisa menyentuh tangan patung Budhha, maka akan mendaparkan keberuntungan,” katanya.  W. Cahyono

baca juga : https://suarabaru.id/2022/06/07/warga-sekitar-candi-borobudur-ikuti-pelatihan-pembuatan-sandal-upanat