blank
Beberapa narasumber memberikan pemaparannya dalam webinar Internasionalisasi Bahasa Indonesia, yang diselenggarakan di KBRI London, Rabu (27/4/2022). Foto: dok/ist

SEMARANG (SUARABARU.ID)– Pemerintah melalui Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di London, Inggris, terus perkuat bahasa Indonesia di pentas dunia. Hal itu mengemuka, pada webinar Internasionalisasi Bahasa Indonesia, yang diselenggarakan di KBRI London, Rabu (27/4/2022).

Pada kesempatan itu juga, turut diluncurkan buku berjudul ‘Bahasa Indonesia untuk Bahasa ASEAN’, yang merupakan inisiasi Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) di Inggris (United Kingdom).

Duta Besar Republik Indonesia di London, Desra Percaya, mengapresiasi inisiatif PPI-UK, tentang buku yang menampung gagasan dari 12 penulis, tentang alasan bahasa Indonesia layak dipertimbangkan sebagai bahasa resmi ASEAN.

BACA JUGA: Rayakan Lebaran untuk Mengakselerasi Kebangkitan Bangsa

Para penulisnya sendiri berasal dari berbagai negara ASEAN, seperti Indonesia, Malaysia, Brunei Darusalam, Singapura, dan Thailand. Mereka memotret kelayakan dari berbagai sudut pandang sejarah, politik dan ekonomi, serta aspek linguistik

”Ini merupakan kontribusi penting rekan-rekan PPI-UK, dalam membantu KBRI menjalankan diplomasi kebahasaan, sebagai upaya memperkuat bahasa Indonesia di pentas dunia,” kata Dubes Desra, dalam keterangan tertulisnya saat peluncurkan buku itu.

Pelaksanaan webinar itu, menghadirkan tiga narasumber dengan sudut pandang berbeda. Mereka adalah E Aminuddin Aziz (Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa/Badan Bahasa Kemendikbudristek), Teuku Faizasyah (Dirjen Informasi dan Diplomasi Publik/IDP Kemenlu), dan Abdul Fikri Faqih (Wakil Ketua Komisi X DPR RI).

BACA JUGA: Seniman dan Budayawan Magelang Raya Peringati 100 Tahun Lahirnya Chairil Anwar

Dalam pemaparannya, Aminuddin Aziz menyampaikan, peluang dan tantangan dalam menjadikan bahasa Indonesia sebagai bahasa internasional, antara lain beragamnya sikap bahasa para pelaku diplomasi bahasa dan pemangku kepentingan.

”Dalam dua tahun terakhir ini, banyak pihak melakukan berbagai upaya internasionalisasi bahasa Indonesia. Namun masih sektoral, dan dilakukan secara terpisah. Untuk menguatkan posisi bahasa Indonesia, diperlukan sinergi semua sektor, dan antaraktor diplomasi bahasa,” tegas Aminuddin.

Terkait usulan menjadikan bahasa Indonesia sebagai bahasa ASEAN, Aminuddin menawarkan “strategi lompatan katak”, yaitu mencari lompatan lain atau arena lain yang lebih luas, untuk memperkenalkan Bahasa Indonesia ke dunia internasional. Namun langkah ini perlu dilakukan secara konsisten dan berkelanjutan.

BACA JUGA: 82 Pelaku UMKM Kendal Terima Bantuan Minyak Goreng Kemasan dari CSR Bank Jateng

blank
Peserta sangat antusias mengikuti webinar Internasionalisasi Bahasa Indonesia, yang diselenggarakan di KBRI London, Rabu (27/4/2022).

Sementara itu, Teuku Faizasyah melalui rekaman video menegaskan, upaya internasionalisasi bahasa Indonesia merupakan perwujudan jati diri, dan upaya meningkatkan daya saing bangsa.

”Bahasa Indonesia juga sebagai salah satu aset daya lunak atau soft power Indonesia, yang dapat dimanfaatkan dalam diplomasi publik,” ujarnya.

Menurut dia, ini sejalan dengan arahan Menteri Luar Negeri, dimana diplomasi Indonesia dituntut untuk anticipate, adaptive, dan agile. Faizasyah juga mengharapkan partisipasi masyarakat, dengan menjadikan dan meningkatkan fungsi bahasa Indonesia menjadi bahasa internasional.

BACA JUGA: PC LDII Rowokele Gelar Vaksinasi di Kompleks Masjid Al Barokah

Sedangkan Abdul Fikri menyoroti tantangan internal yang ada, dengan munculnya bahasa gaul yang digunakan dalam pergaulan di masyarakat. Hal ini dikhawatirkan Fikri, dapat menghilangkan identitas ke-Indonesian. Dia mendorong, agar Uji Kemahiran Berbahasa Indonesia (UKBI), dimanfaatkan untuk penguatan internasionalisasi.

”Sudah saatnya para pekerja asing yang akan bekerja di Indonesia dipersyaratkan memperoleh sertifikat UKBI. Demikian pula untuk proses naturalisasi warga asing,” ungkap dia.

Mendukung “strategi lompatan katak” yang ditawarkan Aminuddin, Fikri mendorong agar bahasa Indonesia diajukan sebagai bahasa internasional ke PBB. Dia juga berharap, agar Kemendikbudristek lebih gencar mengkampanyekan program literasi bahasa.

BACA JUGA: Enam Persiapan Agar Mudik Menggunakan Kendaraan Pribadi Agar Aman dan Nyaman

”Bila perlu semangat Utamakan Bahasa Indonesia, Lestarikan Bahasa Daerah dan Kuasai Bahasa Asing, diperkuat dengan payung hukum,” tegas Fikri.

Pada webinar ini juga menghadirkan tiga orang penanggap. Di antaranya Faizin, selaku Kepala Divisi Internasionalisasi Bahasa Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) pun, mengapresiasi inisiatif KBRI London, yang menghadirkan tiga narasumber dari sektor berbeda namun sangat terkait.

”Para pengajar bahasa Indonesia perlu dibekali dengan kecakapan diplomasi, seperti pemahaman terhadap diplomasi lunak, dan geopolitik Indonesia. Sehingga dapat turut berperan dalam percepatan internasionalisasi bahasa Indonesia,” harap Faizin.

BACA JUGA: Pemprov Jateng Siapkan Angkutan Balik Gratis

Penanggap kedua, dosen bahasa di King’s College London, Nick Andon, yang menyampaikan, pentingnya belajar bahasa selain untuk tujuan komunikasi, juga memperkaya kemampuan diri.

”Bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan sangat layak untuk dijadikan bahasa di tingkat regional, seperti ASEAN,” cetus Nick, yang juga pemelajar bahasa Indonesia di Inggris.

Ketersediaan peta jalan internasionalisasi bahasa Indonesia, juga ditegaskan penanggap ketiga, seorang penulis dan sastrawan Nasional, Rois Rinaldi. Dia mengingatkan, agar pemerintah memberikan sebuah peta, sehingga setiap pihak dapat memahami perannya masing-masing.

BACA JUGA: Antisipasi Kejahatan pada Arus Mudik, Polisi di Blora Perketat Penjagaan di Stasiun dan Terminal 

Secara terpisah, Atase Pendidikan dan Kebudayaan (Atdikbud) KBRI London, Khairul Munadi, berharap, agar forum diskusi ini dapat menjadi pemantik terbangunnya strategi internasionalisasi bahasa Indonesia yang lebih komprehensif dan implementatif.

”Semoga para pihak dalam diplomasi kebahasaan dapat merumuskan kebijakan lintas sektoral, yang mampu menyinergikan peran antaraktor diplomasi,” pungkas Khairul.

Riyan