blank
Anggota Komisi IV DPR RI Vita Ervina saat membuka bimtek budidaya bawang putih di Wonosobo. Foto : SB/Muharno Zarka

WONOSOBO(SUARABARU.ID)-Anggota Komisi IV DPR RI dari Fraksi PDI Perjuangan Vita Ervina mengatakan daerah Wonosobo sangat potensial untuk dikembangkan budidaya tanaman bawang putih.

“Sebagai daerah pegunungan dengan tanah yang cukup subur, sangat cocok untuk pengembangan tananam bawang putih. Prospek nilai jual bawang putih ke depan juga termasuk sangat bagus,” ujarnya.

Wakil rakyat dari Dapil IV (Magelang, Temanggung, Wonosobo dan Purworejo) itu, mengatakan hal tersebut saat membuka Bimtek “Managemen Budidaya dan Penggelolaan Bawah Putih” yang digelar di Hotel Surya Asia, Wonosobo, Rabu (20/4/2022).

Bintek tersebut terselenggara atas kerjasama antara anggota Komisi IV DPR RI dengan Direktorat Jenderal (Dirjen) Hortikultura Kementerian Pertanian (Kementan) RI. Hadir dalam kesempatan tersebut perwakilan Dirjen Hortikultura Kementan RI Mutiara Sari dan Kepala Dispaperkan Wonosobo, Dwiyama SB.

Menurut Vita, program Food Estate yang ada di Wonosobo sangat membantu petani bawang putih setempat untuk terus maju dan berkembang. Produksi bawang putih musti ditingkatkan guna meningkatkan kesejahteraan petani.

“Perihal harga bawang putih turun drastis di saat petani panen raya, itu yang menjadi pekerjaan rumah bersama. Pemerintah tidak boleh impor dan petani harus membangun kemitraan dengan pihak lain untuk menjaga agar harga bawang putih tetap stabil,” tegasnya.

Sementara itu, Koordinator Bawang Merah dan Sayuran Umbi Dirjen Hortikultura Kementan RI Mutiara Sari menyebut produksi bawang putih nasional kembali mengalami penurunan sejak tahun 2020 setelah pada periode 2017-2019 mencatat kenaikan dibanding beberapa tahun sebelumnya.

Upaya Pengembangan

blank
Para petani saat mengikuti bimtek budidaya bawang putih di Wonosobo. Foto : SB/Muharno Zarka

“Di tahun 2020 produksi nasional sebanyak 81.805 ton atau turun -7,89 persen dibanding tahun 2019 yang mencapai 88.817 ton. Tahun 2022 ini, kami menurunkan target nasional dari 90.602 ton menjadi 45.091 ton atau 49,7 persen,” bebernya.

Penurunan produksi bawang putih tersebut, sambungnya, disebabkan adanya penurunan output dan anggaran pengembangan bawang putih di tahun 2021 lalu. Pasar bawang putih selain untuk benih juga masih sangat terbatas.

“Selain itu, harga pasar tidak mampu menjadi stimulus petani untuk menanam bawang putih kembali. Juga adanya alih komoditas dari bawang putih ke komoditas lain dan program wajib tanam yang terkendala kepatuhan pelaku usaha dalam hal realisasi tanam,” sebutnya.

Dikatakan, Kementan RI telah melakukan upaya peningkatan bawah putih nasional dengan mengalokasikan anggaran pengembangan kampung bawang putih di APBN 2022 sebesar Rp 27,5 miliar lebih. Program tersebut dialokasikan untuk kawasan bawang putih seluas 1.700 hektar.

Kepala Dispaperkan Wonosobo Dwiyama SB menambahkan sebagai salah satu sentra tanaman holtikultura, Wonosobo ditetapkan oleh pemerintah sebagai kawasan food estate bawang putih. Produksi tanaman bawang putih tahun 2018 hanya 2 ton meningkat drastis di tahun 2020 menjadi 35 ton.

“Hal tersebut senada dengan semakin luasnya areal tanaman bawang putih di Wonosobo. Sebagai kawasan food estate bawang putih, tentu harus bisa membawa dampak besar bagi petani,” ujarnya.

Karena itu, kata dia, diperlukan sinergitas dari pemerintah pusat, daerah dan pihak terkait untuk pengembangan produksi bawang putih dan pengolahan paska panen untuk meningkatkan hasil para petani.

Muharno Zarka