SEMARANG (SUARABARU.ID) – Bank Indonesia menyatakan perkembangan ekonomi Jawa Tengah terus mengalami pertumbuhan dan semakin membaik seiring kebijakan pemulihan yang dikeluarkan Pemerintah dalam mengatasi pandemi Covid.
Tak hanya itu saja, pemulihan perekonomian global yang telah berlangsung hingga saat ini telah berdampak positif bagi negara berkembang termasuk Indonesia. Hal ini sebagaimana pertumbuhan ekonomi nasional yang tumbuh sebesar 3,69% di 2021, jauh meningkat dari kinerja 2020 terkontraksi 2,07% (year-on-year).
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Jawa Tengah, Rahmat Dwisaputra, mengatakan, untuk Jawa Tengah dengan berbagai perkembangan dan asumsi, pertumbuhan ekonomi pada tahun 2022 diperkirakan di kisaran 4,6% – 5,4% (yoy), lebih baik dibandingkan 2021(3,32%; yoy).
“Hal ini didorong oleh akselerasi vaksinasi, pembukaan ekonomi yang semakin luas, stimulus kebijakan Bank Indonesia, Pemerintah, dan otoritas terkait lainnya yang terus berlanjut, serta perbaikan perekonomian global yang akan meningkatkan ekspor luar negeri Jawa Tengah,” katanya saat giat Capacity Building Wartawan di Solo, Jumat (18/3/2022).
Selain itu, dukungan bantuan sosial yang berlanjut di 2022, peningkatan aktivitas industri pengolahan, disertai perbaikan upah minimum, akan menjadi motor penggerak konsumsi masyarakat dan peningkatan permintaan domestik.
Jawa Tengah yang memiliki kawasan industri terpadu, akan menjadi penarik investor dalam merelokasi pabrik maupun investasi teknologi terkini. Kinerja investasi diperkirakan juga meningkat, ditopang oleh investasi pemerintah dan swasta.
Meskipun demikian, Rahmat juga menjelaskan kalau prospek pertumbuhan ekonomi tersebut masih dibayangi oleh beberapa risiko, baik global maupun domestik yang perlu diantisipasi lebih lanjut.
Seperti percepatan normalisasi kebijakan pada beberapa bank sentral negara utama seperti AS dan Eropa, yang memunculkan risiko terkait dengan imported inflation seiring dengan ketidak pastian baru bagi pasar keuangan global
“Perang Rusia – Ukraina dari perspektif perdagangan, walaupun kontribusinya relatif tidak signifikan terhadap Indonesia, khususnya Jawa Tengah, namun akan lebih dirasakan apabila perdagangan dan perekonomian negera-negara besar yang jadi mitra dagang utama Jawa Tengah seperti AS, Jepang, dan China ikut terpengaruh secara signifikan,” katanya.
Selain itu, kenaikan harga komoditas internasional terutama energi dan pangan, dimana kenaikan harga komoditas juga berdampak pada kenaikan harga bahan baku dan energi industri pengolahan ditengah peningkatan permintaan dari negara mitra dagang
Disrupsi rantai pasok global yang masih berlanjut karena kelangkaan container dan space kapal, dan kasus Covid-19 yang masih tinggi meskipun terus mereda dan kekhawatiran kemunculan varian baru Covid-19.
“Untuk merespon berbagai tantangan global tersebut, Bank Indonesia akan menerapkan bauran kebijakan di 2022 yang bersifat Pro-stability untuk kebijakan moneter, namun di sisi lain tetap Pro-growth di diberbagai kebijakan-kebijakan lain untuk terus mendorong perekonomian tumbuh lebih tinggi lagi,” katanya.
Di bidang moneter, Rahmat menjelaskan, Bank Indonesia masih akan menjaga stabilitas nilai tukar secara lebih optimal, mempertahakan kebijakan suku bunga rendah sampai terdapat indikasi awal kenaikan inflasi, serta secara bertahap akan mengurangi likuiditas perbankan yang saat ini sangat berlimpah.
Di kebijakan makro prudensial, BI akan terus mendorong bank untuk meningkatkan pembiayaan ke sektor riil, mendorong penyaluran kredit ke sektor-sektor prioritas dan UMKM.
Sementara di sistim Pembayaran, BI terus mendorong keuangan digital antara lain melalui perluasan penggunaan QRIS, cross border QRIS, penerapan BIFAST dan berbagai kebijakan lainnya.