blank
Dewi Indah Fajarwati, S.Pd., guru SDN 3 Ngasem, Kecamatan Batealit, Jepara.

Oleh : Dewi Indah Fajarwati, S.Pd

Seluruh negara di dunia tidak pernah menyangka akan datangnya pandemi Covid-19 yang menyerang peradaban manusia. Pandemi tersebut membuat kepanikan yang lama-lama menjadikan manusia harus pandai menyikapi segala hal yang tidak terpikirkan sebelumnya.

Apalagi dengan munculnya varian virus Covid-19 baru yang seolah-olah tidak ada tuntasnya hingga menyebabkan banyak permasalahan. Timbulnya berbagai permasalahan ini terjadi hampir di seluruh bidang kehidupan. Tak terkecuali bidang pendidikan yang terdampak cukup besar.

Fakta dalam dunia pendidikan, pandemi telah mendorong terjadinya pergantian arah pembelajaran, dari yang biasanya dilaksanakan secara tatap muka, kini berubah menjadi pembelajaran yang sifatnya daring atau berbasis online.

BACA JUGA Menulis Artikel Harus Tepat dan Tidak Bias, Unisnu Adakan Academic Writing

Dengan kebijakan baru tersebut, pendidik seharusnya berupaya untuk melakukan inovasi dalam kegiatan belajar agar peserta didik tetap bisa melaksanakan tugas belajar di rumah atau mengembangkan pembelajaran hybrid.

Dalam kondisi ini justru menguatkan konsep merdeka belajar yang telah diprogramkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Riset dan Teknologi Republik Indonesia (Kemendikbud Ristek RI) yang dicanangkan oleh Nadiem Anwar Makarim, B.A., M.B.A.

Secara sederhana konsep Merdeka artinya para siswa diberi kebebasan mengakses ilmu. Sumber ilmu tidak hanya dari buku pelajaran. Akan tetapi siswa diberi kebebasan untuk mengakses pengetahuan dari mana saja, mulai dari internet, perpustakaan, media online dan lingkungan sekitar. Namun, guru tetap patut memberikan referensi dan pendampingan meski tidak secara langsung pada siswa agar bijak menggunakan teknologi.

BACA JUGA Tantangan Guru di Era Digital Wujudkan Inovasi

Pendidik atau guru dapat memanfaatkan masa yang disebut dengan era disrupsi teknologi, yakni perubahan sistem teknologi digital secara fundamental yang mana teknologi digital atau robot mampu mengubah peran dan menggantikan pekerjaan manusia.

Tentu saja jika era disrupsi ini seratus persen terjadi dalam dunia pendidikan akan mengancam keberadaan guru. Sebab siswa seolah-olah sudah tak butuh guru lagi, alih-alih yang mereka butuhkan hanya ilmu dari internet. Padahal konsep Merdeka Belajar yang sesungguhnya bukanlah itu.

Konsep Merdeka Belajar sesungguhnya adalah ketika para guru bergerak membuat inovasi-inovasi pembelajaran dengan memanfaatkan teknologi yang sekarang sedang di gandrungi siswa. Melalui inovasi pembelajaran, guru dapat mengarahkan anak untuk berliterasi secara digital secara fleksibel dilakukan di mana pun dan kapan pun agar konsep Merdeka Belajar tercapai. Oleh sebab itu, penting bagi guru belajar berliterasi digital untuk mewujudkan Merdeka Belajar kepada siswanya.

Menurut UNESCO (2011), literasi digital adalah kecakapan (life skills) yang tidak hanya melibatkan kemampuan penggunaan perangkat teknologi, informasi dan komunikasi, tetapi juga melibatkan kemampuan dalam pembelajaran bersosialisasi, sikap berpikir kritis, kreatif, serta inspiratif sebagai kompetisi digital.

Dari pengertian tersebut, jika seorang guru cakap memberikan contoh dan mengajarkan siswanya berliterasi digital, maka tentu akan menghasilkan generasi penerus bangsa yang tidak hanya melek teknologi tetapi juga melek pengetahuan.

baca juga Bupati Jepara Dorong Penguatan Ekonomi Melalui PKK

Lalu Literasi Digital seperti apa yang dapat diterapkan oleh seorang guru kepada anak didiknya? Berikut contoh literasi digital yang dapat diterapkan :

Pertama, menonton konten konten edukatif, konten ini dapat ditemukan di platform media sosial seperti Tik Tok, YouTube dan Instagram. Di Tik Tok misalnya @daffaspeaks, @edukasipintar. Di YouTube misalnya channel “Kok Bisa” dan “Sains Bro.” Tidak hanya di YouTube, Instagram pun memiliki konten konten serupa, sebut saja Wow Fakta dan Suara Edukasi.

Kedua, membaca dongeng melalui Google, saat ini banyak situs situs yang menampilkan berbagai dongeng yang menarik. Misalnya haibunda.com, gramedia.com, dongeng cerita rakyat.com dan masih banyak lagi. Disini seorang guru dapat mengarahkan anak didiknya tentu saja dengan pengawasan orang tua di rumah.

Ketiga, membuat video pembelajaran, yang paling mudah saja misalnya anak belajar mengamati bentuk bentuk daun, video wawancara dengan orang tua, menimbang berat benda dan sebagainya.

BACA JUGA Buaya Seribu Akar yang Lepas Berhasil Ditangkap

Itulah contoh contoh penerapan literasi digital dalam ruang lingkup pendidikan. Setiap orang saat ini tidak bisa lepas dari gadget termasuk anak didik kita. Maka, yang bisa kita lakukan adalah mengarahkan penggunaan gadget berbasis edukatif.

Penulis adalah guru SDN 3 Ngasem, Kecamatan Batealit, Jepara.