tanto mendut
Bertepatan dengan ulang tahunnya ke -68 Tanto Mendut, 5 Februari 2022, para seniman dari Komunitas Lima Gunung, memaksa sang Presiden Lima Gunung memakai baju adat Jawa. Karena, selama ini ia tidak pernah memakai baju adat Jawa tersebut. Foto: Yon

KOTA MUNGKID, (SUARABARU.ID)- Seniman dan budayawan ‘nyleneh’ asal Magelang, Sutanto alias Tanto Mendut, ternyata diketahui jarang bahkan tidak pernah memakai pakaian adat Jawa, yakni surjan maupun beskap.

Pria yang dikenal sebagai Presiden Lima Gunung tersebut, banyak memakai baju warna putih lengan panjang atau baju batik dalam berbagai acara resmi maupun nonresmi.

Bahkan, saat pernikahan dua anaknya, yakni Shiki Raya Unisia dan Shaka Samadyo beberapa tahun lalu, ia juga enggan memakai baju adat Jawa tersebut.

Tidak diketahui alasan, suami dari Mami Katto tersebut enggan memakai surjan atau beskap lengkap dalam acara-acara resmi adat  itu.

Namun, ada yang lain pada Sabtu ( 5/2/2022) bertepatan dengan ulang tahunnya yang ke-68,  pria yang dulu akrab dipanggil Tanto Gemak Mendut tersebut, dengan terpaksa harus memakai baju adat itu.

Saat acara sederhana perayaan ulang tahunnya yang digelar di halaman belakang Studio Mendut, usai doa syukur yang dipimpin KH M Yusuf Chudlori, para anggota Komunitas Lima Gunung, secara spontan memakaikan baju beskap adat Jawa kepada sang Presiden  Lima Gunung.

Sebelumnya, ia sempat  menolak permintaan para seniman dari lima gunung, yakni Gunung Merapi, Merbabu, Andong, Menoreh dan Sumbing. Melainkan tetap asyik merekam video acara itu melalui telepon pintarnya.

Setelah beberapa saat telepon pintar miliknya diminta oleh anggota Komunitas Lima Gunung tersebut, Tanto  Mendut tidak bisa menolaknya untuk memakai pakaian adat.

Ndene gantheng, nek nganggo beskapan ( Ganteng juga, kalau memakai pakaian beskap),” seloroh Ipangadi, pimpinan Sanggar “Wonoseni”, Dusun Wonolelo, Desa Bandongan, Kecamatan Bandongan, Kabupaten Magelang.

Namun, ada kejadian lucu setelah pemakaian baju beskap warna hitam tersebut kepada Tanto Mendut. Yakni, baju beskap yang dipakaikan tidak selaras dengan kain jarit dan blangkon yang dikenakannya.

Beskap warna hitam tersebut, merupakan pakaian adat Jawa bercorak adat Surakarta. Sedangkan, blangkon dan kain jarit yang dikenakannya bermofif khas Jogjakarta.

Selidik punya selidik, sedikit keganjalan tersebut karena blangkon khas Surakarta yang seharusnya dikenakan di kepala Tanto Mendut, dipakai anak ragilnya, Shuko Sastro Gendhing yang mendampinginya.

Tentu saja, kejadian tersebut kembali menjadi bahan candaan dari seluruh anggota Komunitas Lima Gunung.

Beri Kejutan

Ismanto, seniman dari  Sangar “Gadhung Melati” Desa Sengi,Kecamatan Dukun, Kabupaten Magelang mengatakan, aksi pemakaian pakaian adat Jawa bagi Sang Presiden Lima Gunung tersebut, memang disengaja oleh para seniman Lima Gunung. Karena, selama ini mereka belum pernah melihat pemilik “Studio Mendut” tersebut berpakaian adat Jawa.

“Kami memang belum pernah melihat pak Tanto memakai baju adat Jawa baik surjan maupun beskap. Bahkan, pada saat pernikahan mbak Shiki dan mas Shaka (anak  pertama dan kedua Tanto Mendut dan Mami Katto, red), pak Tanto juga tidak memakai baju Jawa,” kata Ismanto.

Ia menambahkan, acara tersebut, para anggota Komunitas Lima Gunung  sengaja tidak memberitahu ke Tanto Mendut, melainkan antar anggota Lima Gunung berkoordinasi melalui layanan Whatsapp. Karena, ingin memberikan kejutan bertepatan dengan ulang tahun Tanto Mendut.

Sementara itu, Tanto Mendut mengaku, dirinya sebelumnya curiga terhadap seluruh anggota Komunitas Lima Gunung dan sejumlah orang yang diundang pada acara ulang tahun yang sederhana itu, yang seluruhnya memakai pakaian adat Jawa.

Aku curiga, kok  kabeh dha nganggo klambi seragam, aja-aja iki hasil  rapat WA grup, yo. (Aku curiga, kok semuanya  memakai baju seragam ( pakaian adat Jawa). Jangan- jangan ini hasil dari rapat di WA grup),” ujar Tanto.

Yon