blank
Pembicara dan moderator (paling kanan) Foto: humaini

SEMARANG (SUARABARU.ID)– Gagal ginjal bukan akhir segalanya. Kalimat bernada optimistis itu merupakan kesimpulan yang disampaikan moderator Wayuningsih SKep NS, dalam webinar memperingati Hari Gizi Nasional, Kamis (27/1/2022), yang diselenggarakan RSUP dr Kariadi Semarang.

Webinar dengan tema ‘Gagal Ginjal: Apa, Bagaimana dan Makan Apa’, menampilkan pembicara Dr dr Dwi Lestari Partiningrum MSi Med SpPD K-GH, yang menguraikan Tanda dan Gejala Gagal Ginjal.

Pembicara lainnya, dr Ayudyah Nurani SpPD K-GH, dari Pelayanan Hemodialisis RSUP dr Kariadi, menguraikan kelengkapan peralatan dalam penanganan gagal ginjal dalam melayani hemodialisis atau lazim disebut dengan cuci darah, di RS dr Kariadi dan dr Etisa Adi Murbawani MSi SpGK (K) tentang Pengaturan Makan pada Pasien dengan Gangguan Ginjal.

BACA JUGA: UMS Gelar Pelatihan Keterampilan Teknologi Instruksional bagi Dosen Baru

Dikatakan Dr dr Dwi Lestari, ginjal ada dua, kanan dan kiri, di posisi pinggang atas belakang. Di area itu ada saluran (ureter), yang menghubungkan ginjal dengan kandung kencing.

Besar ginjal sekitar satu genggaman tangan, tugasnya membuat urine, mengeluarkan sampah, racun dan kelebihan air dari dalam darah. Lalu mengontrol keseimbangan zat kimia (elektrolit) dalam darah, membantu menjaga tekanan darah tetap normal, membantu memroduksi (mematangkan) sel darah merah, dan membantu tulang tetap sehat.

Sedangkan fungsi ginjal adalah, menyaring zat yang tidak berguna bagi tubuh, dan dikeluarkan sebagai urine. Dalam sehari, rata-rata ginjal dilewati delapan liter darah, 20-25 kali sehari.

BACA JUGA: Ditreskrimum Polda Jateng Ringkus Spesial Pembobol Minimarket

”Artinya, 180 liter/24 jam kandungan darah yang tidak berguna, disaring menjadi urine, tergantung makanan dan minuman yang masuk dalam tubuh,” kata dr Dwi Lestari

Gagal Ginjal atau juga lazim disebut sebagai Penyakit Ginjal Kronik (PGK) adalah, penurunan atau kehilangan fungsi ginjal yang menetap, tiga bulan, dan bersifat progresif, sehingga ginjal tidak dapat berfungsi dengan baik.

Yang berisiko terkena PGK adalah penderita diabetes militus, hipertensi, batu satuan kemih, infeksi saluran kemih berulang, lanjut usia, obesitas, perokok, dan alkoholisme.

BACA JUGA: Mendapat Kunjungan Ulama dari Maroko, Gus Yasin Ajak Maulid Bersama

”Untuk hidup sehat dengan PGK, seseorang perlu beraktivitas fisik sesuai kemampuan, kontrol teratur, dan minum obat sesuai anjuran dokter, berpikir positif, optimistis dan berdoa,” ujarnya.

Sementara itu, Dr Etisa Adi Murbawani menyampaikan, pengaturan makan pada penderita gagal ginjal sangat penting. Tidak hanya sekadar kenyang, namun harus memenuhi kebutuhan gizi harian, makro dan mikronutrien.

”Ada batasan makanan yang membuat penderita sulit mencukupi kebutuhn gizinya,” kata dr Titis, panggilan akrabnya.

BACA JUGA: LPPM Unisnu Dampingi Dosen Perkuat Jurnal Ilmiah

Ditambahkan dia, adanya penyakit yang menyertai dan ketidaktahuan tentang gizi, sering terjadi pada penderita gagal ginjal. ”Diet yang tepat, dapat memperlambat kerusakan ginjal, dan menunda keharusan cuci darah,” tambahnya.

Tujuan pengaturan makan pada pasien PGK antara lain, memelihara dan mempertahankan fungsi ginjal, mencegah dan menurunkan kadar ureum dalam darah, mengurangi bengkak dan menjaga kadar elektrolit, memperlambat penurunan fungsi penyaringan ginjal, mencegah dan memperlambat keropos tulang.

Sedangkan dr Ayudyah Nurani menguraikan, PGK merupakan masalah global. ”Pelayanan terapi pengganti ginjal belum tercakup di seluruh daerah di Indonesia,” ungkap dr Ayu.

BACA JUGA: Akibat Longsoran Saju di Turki Timur, Dua Orang Tewas

Di RSDK, pengelolaan PGK terintegrasi penyakit ginjal-poliklinik penyakit dalam-nefrologi, kesehatan anak-nefrol, poliklinik gizi medik, laboratorium, radioogi dan bedah.

Webinar dibuka dr Agoes Oerip Poerwoko Sp OG (K), MARS, selaku Direktur Pelayanan Medik Keperawatan dan Penunjang.

Humaini-Riyan