Pengocok Tulang
Ia menambahkan, untuk pembuatan sepeda yang dijuluki boneshaker atau pengocok tulang sebagian besar bahan bakunya merupakan bahan bekas yang ia kumpulkan sejak beberapa waktu lalu. Seperti kayu jati untuk velg kedua rodanya merupakan kayu jati bekas kusen jendela rumah. Kemudian, besi rangka sepeda dan standar (besi penyangga, red) dari bekas tempat tidur kuna.
Bukan itu saja, bahan lain yang dimanfaatkan untuk mempercantik sepeda tersebut, sadel (tempat duduk, red) yang alasnya terbuat dari kayu jati dan diisi dengan spon dracon dilapisi dengan kulit asli yang merupakan barang bekas dari tas koper kuna juga.
“Untuk memberikan sedikit lenturan pada sadel dengan kerangka sepeda , saya menggunakan peredam kejut mobil GAZ buatan Uni Soviet tahun 1960-an,” ujarnya.
Sedangkan bahan baku yang benar-benar baru yakni, kayu jati untuk jari-jari kedua rodanya dan besi yang digunakan untuk pengganti ban karet di kedua roda sepeda tersebut.
Bagus menjelaskan, karena terbuat dari bahan-bahan yang keras seperti kayu jati dan besi, maka sepeda bila dikendarai tidak bisa melaju dengan kencang seperti sepeda-sepeda yang saat ini menjamur di pasaran umum. Yakni, hanya bisa mampu melaju di kecepatan maksimal 13 kilometer per jam saja.
Karena tinggi sepeda dari serang hingga tanah yang mencapai 106 sentimeter tersebut, bila ingin mengendarai harus terlebih dulu berpijak pada sandaran yang agak tinggi dan baru bisa naik ke sadel.
Salah satu keunikannya lainnya, yakni sepeda tersebut tidak mempunyai rantai penggerak roda belakang, melainkan pedal pengayuh yang terbuat dari kayu jati berbentuk silinder tanpa gotri berada di poros as roda depan.