blank
Tarian kecak dalam Festival Bubur Beaq dan Bubur Puteq yang digagas Pemerintah Desa Senggigi bersama Perum LKBN ANTARA BiroNusa Tenggara Barat (NTB) dan Yayasan Tangan Berbagi di Pantai Kerandangan, Kabupaten Lombok Barat, Sabtu (6/11/2021) sore. Foto: Ant

MATARAM (SUARABARU.ID) – Tarian kecak menghibur wisatawan dalam Festival Bubur Beaq dan Bubur Puteq yang digagas Pemerintah Desa Senggigi bersama Perum LKBN ANTARA Biro Nusa Tenggara Barat (NTB) dan Yayasan Tangan Berbagi di Pantai Kerandangan, kabupaten Lombok Barat, Sabtu (6/11) sore.

Atraksi yang dipentaskan Sanggar Widya Saraswati dari Dusun Tanaq Embet, Desa Senggigi, tersebut diawali dengan Tarian Selat Segoro.

Kemudian menjelang matahari terbenam, baru dimulai tarian kecak dengan latar belakang langit kemerahan (sunset) di atas lautan biru perairan Senggigi.

Decak kagum muncul saat penari menyemburkan bensin dari mulut ke api serta putaran tali dengan ujungnya mirip bola api sehingga menyerupai kembang api. Atraksi ini bisa baru pertama kali terjadi di Senggigi dan langka.

Ketua Sanggar Widya Saraswati, Gusti Jelantik (55) mengaku sangat senang mendapatkan kesempatan untuk berkontribusi dalam memeriahkan festival tersebut, yang sekaligus menjadi bentuk rukunnya perpaduan budaya antara Suku Bali dan Lombok di Desa Senggigi.

“Tari kecak kontemporer ini adalah pentas seni yang pertama kali diselenggarakan di Pulau Lombok yang berlokasi di pantai dengan panorama matahari terbenam,” katanya.

Adapun konsep tari kecak yang ditampilkan bertema “Rebah Jangki Bubur Beaq Bubur Putih” merupakan wujud terima kasih kepada Tuhan Yang Maha Esa karena telah melancarkan segala rangkaian kegiatan dari pagi hingga sore hari pada Festival Bubur Beaq dan Bubur Puteq ini.

“Selain tarian dan nyanyian, penampilan tari kecak juga dipadukan dengan atraksi sembur api dan beragam guyonan,” katanya.

Tari kecak yang dipentaskan bukan hanya untuk membangkitkan kembali pariwisata di Senggigi. Akan tetapi, bertujuan juga untuk mengedukasi masyarakat sekitar dan wisatawan tentang makna kebersamaan serta menjaga kearifan lokal yang telah ada.

Dia mengatakan personel yang ditampilkan berjumlah dua puluh orang. Semua personel telah berpengalaman dan sangat antusias untuk ikut memeriahkan festival.

“Untuk persiapan penampilan tari kecak, kami sudah berlatih dengan waktu yang cukup lama. Bahkan kostum dan riasan, kami sendiri yang mempersiapkan dan meriasnya,” kata Gusti Jelantik.

Dia mengharapkan Festival Bubur Beaq dan Bubur Puteq tetap dipertahankan dan kalau bisa dilaksanakan secara berkelanjutan.

Kepala Desa Senggigi, Mastur SE menyatakan atraksi tarian kecak merupakan penutup dari rangkaian Festival Bubur Beaq dan Bubur Puteq yang digelar sejak Sabtu pagi.

“Ini bentuk harmonisasinya budaya di Senggigi yang terkenal dengan sebutan ‘Balok’ (Bali Lombok),” katanya.

Ke depannya, kata dia, diharapkan kegiatan tersebut menjadi rutinitas dan menjadi bagian dari pariwisata di Pulau Lombok khususnya Senggigi.

Ketua panitia yang juga Kepala Biro Perum LKBN ANTARA Biro NTB Riza Fahriza sangat mengapresiasi penampilan tari kecak sebagai penutup dari sejumlah rangkaian kegiatan pada festival tersebut.

“Festival dengan konsep yang saya gagas bersama Pemerintah Desa Senggigi dan Tangan Berbagi harus tetap menjadi perhatian untuk kita semua,” katanya.

Ant