blank
Sejumlah barista saat berlomba meracik kopi dalam Festival Kopi Muria. foto:Suarabaru.id

KUDUS (SUARABARU.ID) – Dinas Kebudayaan dan Kebudayaan Kabupaten Kudus menggelar Festival Kopi Muria yang digelar di Pijar Park, Desa Kajar, Kecamatan Dawe selama dua hari Sabtu-Minggu (16-17/10).

Festival ini bertujuan untuk terus mempromosikan kopi Muria sebagai salah satu produk andalan Kabupaten Kudus.

Selama dua hari, puluhan barista lokal hingga luar daerah akan bersaing meracik dan menyeduh kopi di sejuknya rerimbunan pohon pinus yang ada di wana wisata Pijar Park. Mereka akan berlomba dalam ajang kompetisi barista seperti cupi tasters, latte art, hingga manual brewing dengan bahan dasar kopi Muria.

Masyarakat umum pun bisa menyaksikan aksi para barista ini meracik dan menyajikan kopi. Melalui ajang ini, masyarakat bisa mendapatkan edukasi tentang kopi yang tak hanya sekedar minuman tapi juga merupakan potensi ekonomi kreatif

Bupati Kudus Hartopo yang hadir dalam pembukaan Festival Kopi Muria ini menyampaikan, potensi kopi Muria telah terkenal sejak zaman kolonial Belanda. Namun, pengembangan dan inovasi harus terus dilakukan agar potensi ini bisa menjadi daya tarik unggulan bagi pariwisata di Kabupaten Kudus.

”Bisa dibilang ini salah satu inovasi jangka panjang. Dengan festival ini bisa ajang studi banding para barista lokal dengan barista luar daerah. Sehingga bisa terus berinovasi dengan mengangkat potensi kopi lokal,” katanya.

Hartopo menyebutkan, Pemerintah Kabupaten Kudus akan terus berkomitmen mendukung pengembangan kopi Muria ini mulai dari sektor hulu hingga hilir. Pendampingan petani kopi hingga promosi kopi Muria ke luar daerah akan terus dilakukan agar produk andalan Kudus ini memiliki nilai tawar yang lebih tinggi.

“Upaya ini otomatis akan mengangkat Kudus sebagai penghasil kopi Muria menjadi kawasan agrowisata, sehingga dapat tercapai eco tourism,” katanya.

blank
Bupati Kudus Hartopo memukul kentongan untuk menandai dibukanya Festival Kopi Muria. foto:Suarabaru.id

Sementara, Plt Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Kudus mengatakan setiap kopi memiliki keunikan dalam pengelolaan serta penyajiannya. Melalui festival ini diharapkan akan menggeliatkan dan memperkenalkan kepada masyarakat luas tentang potensi kopi Muria. Apalagi, para petani kopi saat ini semakin semangat untuk menghasilkan biji kopi dengan kualitas terbaik.

“Ini untuk meningkatkan promosi kopi yang ada di lereng Muria. Selain itu, juga untuk pemulihan ekonomi nasional dengan mengangkat potensi kearifan lokal yang ada,” ungkapnya.

Sejarah kopi dari Muria memang sangat panjang, diawali tahun 1825 ketika Gubernur Jenderal Hindia Belanda Johannes Graaf Van Den Bosch menerapkan peraturan tanam paksa di seluruh Jawa. Saat itulah, kopi mulai ditanam di lahan yang berada di lereng pegunungan Muria utamanya di wilayah Desa Colo dan Japan, Kecamatan Dawe yang memiliki ketinggian mulai dari 800 mdpl.

blank
Bupati Kudus Hartopo memukul kentongan untuk menandai dibukanya Festival Kopi Muria. foto:Suarabaru.id

Keberadaan kopi Muria terus menjadi penopang hidup masyarakat wilayah setempat. Rasa kopi Muria mantap, berbeda dari kopi daerah lain, menjadikan kopi Muria ditanam turun-temurun dan menjadi sebagai salah satu minuman favorit, termasuk sebagian yang dikirim ke Belanda.

Dengan sebagian besar berjenis Robusta, kopi Muria memiliki cita rasa khas yang berbeda dari daerah lain. Aroma kopi Muria wangi dan ada rasa rempah-rempah serta akar-akaran.

Hanya sayangnya, selama ini, kopi Muria masih diolah secara tradisional bahkan dijual dalam keadaan biji kopi basah kepada para tengkulak. Baru sekitar satu dekade ini, upaya pengembangan kopi Muria terus dilakukan terutama setelah munculnya pengusaha-pengusaha lokal yang mulai menjual kopi Muria olahan.

Tm-Ab