blank
Cristiano Ronaldo dan Lionel Messi. Foto: dok/soha.vn

blankOleh: Amir Machmud NS

//seni mengikat makna ketika ia berbeda/ lahir dari manusia yang tak sama/ dalam ekspresi, dalam impulsi/ menuangkan cara, menghasilkan muara/ karena itu ia ada/
(Sajak “Dalam Celah Pembandingan”, 2021)

PASTILAH makin tak mudah membandingkan dua manusia utama dalam orbit sepak bola saat ini, Lionel Andres Messi dan Cristiano Ronaldo.

Akan gampang memosisikan kalau parameternya hanya soal-soal kuantitatif rekor dan trofi. Mudah pula memilih mana “alien” yang dari lahir sudah berkarunia bakat seni, mana pula manusia yang penuh ketekunan membangun diri untuk sampai ke habitat yang betul-betul membedakan.

Pembandingan yang nyaris tak pernah selesai dalam 15 tahun terakhir ini, lagi-lagi menemukan “celah”, ketika Messi dan Ronaldo sama-sama berlabuh di tempat baru. Messi menuju ke habitat yang benar-benar berbeda, Paris St Germain dari rumah lamanya di Barcelona. Sedangkan Ronaldo justru kembali ke rumah lama setelah dari 2009 bertualang di Real Madrid, lalu sejak 2019 ke Juventus.

Mengapa muncul “celah” baru pembandingan?

Semula kita berpikir, Messi bersama Kylian Mbappe dan Neymar Junior akan membentuk trio “gila” dalam sebuah Tim Impian bernama Les Parisiens. Nyatanya, dari dua penampilan awal yang tidak utuh, Messi belum mampu beradaptasi dan menunjukkan sebagai sosok pembeda.

Gol, belum. Assist juga belum. Yang dominan di media justru kemarahan La Pulga karena ditarik keluar oleh pelatih Mauricio Pochettino saat melawan Olympique Lyon. Realitas tambahannya, striker Mauro Icardi menunjukkan ketajaman, sehingga diperkirakan bakal menyulitkan Messi untuk mematok satu tempat tak tergantikan di barisan penyerang.

Artinya, Messi belum menemukan chemistry. Aura kegembiraan dalam permainannya belum muncul. Padahal, titik kekuatan Messi adalah kegembiraan bermain seperti yang selama ini tampak bersama Barcelona.

Cristiano Ronaldo justru sebaliknya. Proses adaptasi CR7 berlangsung mulus. Membukukan empat gol dari tiga laga awal jelas menunjukkan tidak ada masalah dengan habitat barunya. Atau katakanlah, Manchester United adalah “habitat baru tapi lama”. Ronaldo langsung nyetel dan memberi pengaruh besar bagi Setan Merah.

Adaptasi CR7 Lebih Baik
Fakta-fakta itu membenarkan pendapat Sir Alex Ferguson enam tahun silam, bahwa dalam adaptasi, Ronaldo lebih baik ketimbang Messi. Fergie sepakat, Messi punya bakat dan seni yang tidak ada duanya sebagai pemain terbaik dunia, sedangkan capaian Ronaldo diraih berkat disiplin dan ketekunan membentuk diri.

Faktor itukah yang membuat Ronaldo tak punya hambatan ketika berpindah klub? Sedangkan Messi mengalami kesulitan berada di luar “lingkaran hidup” yang seolah-olah telah terpatok di Barca?

Pernah muncul analisis, sistem bermain Barca era Pep Guardiola diciptakan untuk mengeksplorasi dan memaksimalkan kemampuan Messi. Xavi Hernandez, Andres Initesta, Sergei Busquets, dan Carles Puyol semuanya bermain untuk “menopang” Messi. Maka ketika satu demi satu pilar La Blaugrana itu pergi, Leo Messi seperti mengalami kesulitan unjuk keagungan permainan.

Teori “sistem Barca untuk Messi” ini, sejatinya telah terbantah oleh realitas capaian di tim nasional Argentina.

Mulanya, dia dipandang sulit mempersembahkan trofi major, dan selamanya akan tertinggal dari sang legenda Diego Maradona. Akan tetapi, sejarah akhirnya berpihak. Tahun ini dia sukses memimpin Albiceleste meraih Copa Amertica. Analisis bahwa Messi tidak akan meraih sukses di luar Barca pun gugur dengan sendirinya.

Memang butuh waktu lama untuk sampai ke tahap itu. Tidak seperti Ronaldo yang sukses bersama timnas Portugal meraih trofi Euro 2016 dan EUFA Nation League setahun kemudian. Juga keberhasilan bersama Juventus dalam musim yang terbilang singkat di Liga Seri A.

Akankah Messi butuh waktu panjang untuk beradaptasi di Paris?

Atau dia akan mengalami kegagalan, karena “sistem” di PSG yang tidak menjadikannya pusat seperti di Barcelona?

Dari sisi prestasi, boleh jadi PSG tidak akan terbendung mendominasi Ligue 1, tetapi mungkin tidak dengan kemenonjolan peran Messi. Betapa menyedihkan kalau dia hanya menjadi pemain salon, penghias etalase bintang di sana.

Seni, ekspresi, dan impulsi manusia-manusia langka seperti Messi dan Ronaldo agaknya akan membedakan hasil apa yang menjadi muara dari proses-proses yang mereka tempuh.

Pada awal musim kompetisi saat ini, kita masih menunggu, perubahan suasana hati seperti apakah yang bakal menghinggapi? Bukan hanya Messi, tetapi juga Ronaldo…

— Amir Machmud NS, wartawan suarabaru.id, kolumnis sepakbola, dan penulis buku —