BLORA (SUARABARU.ID) – Kelompok Usaha Perhutanan Sosial (KUPS) Wono Suro Joyo Desa Karang Asem Kecamatan Sumber,Rembang Perhutani Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Mantingan diverifikasi aktivitasnya oleh Peneliti madya II Perhutani Forestry Institue, Puslitbang Cepu. 3 September 2021.
Kepala Sub Seksi (KSS) Komonikasi Perusahaan (Komper) Ismartoyo, Asisten Perhutani (Asper) Ngiri Moch. Tafif, Kepala Desa Karang Asem Rosid, Ketua KUPS Wana Laga Mugni dan beberapa anggotanya mendampingi kegiatan verifikasi tersebut.
Administratur KPH Mantingan Marsaid melalui KSS Komper Ismartoyo menjelaskan bahwa KUPS Wono Suro Joyo mempunyai petak pangkuan hutan di wilayah BKPH Ngiri turut desa Karangasem.
“Wono Suro Joyo sendiri sedang mengembangkan usaha pembuatan anyaman bambu, agroforestry jagung, Wisata Rintisan Simo turun,” jelas Ismartoyo.
Menurut Ismartoyo, saat ini KUPS Wana Laga ada pada tingkatan silver. untuk itu perlu dukungan dari semua pihak agar keberadaan KUPS di desa Karangasem dapat berkembang pesat dan menjadi lebih besar untk kemakmuran masyarakat desa karangasem dan sekitarnya.
“Ini perlu dukungan dari Kepala desa agar wisata rintisan maupun usaha anyaman bambunya bisa menembus pasaran,” ucap KSS Komper.
Sementara itu, Peneliti madya II Perhutani Forestry Institue, Puslitbang Cepu, Chorirotun Nur Ulifah memberikan apresiasi kepada KUPS Wono Suro Joyo. Dari hasil survei dan beberapa pertanyaan yang dipertanyakan dapat dijawab dan ada administrasinya dengan lengkap.
“Hal ini akan mempermudah dalam menjalankan usaha KUPS yang meliputi beberapa bidang, mulai dari agroforestry jagung, wisata rintisan Simo turun serta kerajinan tadisional pembuatan anyaman bambu alat rumah tangga dan juga keranjang,” tutur Chorirotun Nur Ulifah.
Chorirotun berharap KUPS dapat berkembang baik serta penggarapan di Tanah Perhutani juga berhasil.
“Ini akan menjadi keseimbangan yang baik dan saling menguntungkan dalam usaha bisnis dan pemberdayaan masyarakat disekitar kawasan hutan,” pungkasnya.
Pada kesempatan itu, Kepala Desa Karangasem Rosid menambahkan bahwa sejak adanya kerja sama agroforestry jagung masyarakat Karangasem beralih ke agro dan juga lahan mereka ditanami tembakau yang bekerjasama dengan pihak ketiga.
“Saat ini interaksi masyarakat kepada hutan sudah mulai terkurangi dan hampir tidak sesering dulu,” beber Rosid.
Kesadaran masyarakat desa karangasem untuk keberadaan hutan sebagai fungsi pengatus mata air, untuk kawasan lindung dan pemanfaatan lahan sudah mulai tertanam.
“Jadi sekarang mereka tidak lagi masuk kehutan mencari kayu jati, tetapi kehutan mencari lahan untuk ditanami agroforestry jagung dan tanah ladang mereka ditanami tembakau,” tandas kepala Desa Karangasem.
Kudnadi