KOTA MUNGKID(SUARABARU.ID)- Tananam padi gogo dinilai cocok sebagai tanaman disevarsifikasi untuk menggantikan tanaman tembakau.
“Tanaman padi gogo merupakan salah satu tanaman diversifikasi usaha petani tembakau. Agar ketergantungan pada tanaman tembakau menurun,” kata Totok Dwi Haryanto, Guru Besar Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto pada Sekolah Tani Mandiri Muhammadiyah, Universitas Muhammadiyah Magelang (Unimma) secara virtual, Jumat (6/8/2021)..
Totok mengatakan, tanaman padi gogo dinilai sangat cocok menggantikan tanaman tembakau, karena untuk penanamannya , padi gogo tersebut tidak banyak memerlukan air sama dengan tanaman tembakau. Dan, berbeda dengan tanaman padi sawah yang memerlukan air dari irigasi.
Menurutnya, meskipun tidak banyak memerlukan air, namun padi gogo tersebut bisa ditanam saat musim penghujan tiba.
“Padi gogo yang merupakan jenis padi lahan kering, bisa ditanam pada musim hujan. Potensi hasil dan kualitas sama dengan padi sawah,” katanya.
Ia menambahkan, penanaman padi gogo tersebut bisa dilakukan dengan cara bergantian yakni, pola tanamtembakau – padi gogo – padi gogo – tembakau.
Dengan pola tanam tersebut, diharapkan petani tembakau bisa menikmati hasil panenan padi gogo yang ditanam di lahan tembakau, yang sebelumnya tidak pernah dinikmati.
Totok menjelaskan, potensi untuk menanam padi di Indonesia masih terbuka luas, karena saat ini masih tersedia lahan seluas 47 juta hektare.
“Sedangkan kontribusi padi gogo terhadap produksi padi nasional, masih rendah yakni masih di bawah 10 persen, “ imbuhnya.
Rendahnya produksi pagi gogo tersebut dikarenakan mutu dari padi tersebut sangat rendah dan rasa beras setelah dimasak menjadi nasi lebih pera (tekstur yang lebih keras). Selai itu, baunya juga tidak wangi.
Untuk itu, Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto telah berhasil memperbaiki mutu dari padi gogo menjadi varietas yang unggul.
Menurutnya, Unsoed sudah mengembangkan dua jenis padi gogo yaitu Inpago Unsoed 1 dan Inpago Unsoed Protani.
Potensi hasil panen padi gogo Inpago Unsoed 1 sebesar 7,2 ton/hektare gabah kering giling (GKG). Rata-rata hasil tinggi 4,9 ton/hektar GKG, aroma nasi wangi, dan tekstur nasi pulen.
Sedang Unsoed Protani, potensi hasil tinggi mencapai 9,06 ton/hektare GKG. Rata-rata hasil tinggi sebesar 5,77 ton/hektare GKG, tahan rebah, kandungan protein tinggi (9,81%), mengandung Zn (27ppm), dan tekstur nasi pulen.
“Keunggulan Unsoed Protani ini bisa untuk mencegah dan mengatasi stunting,” katanya.
Selain Totok, pada Sekolah Tani Mandiri Muhammadiyah Unimma ini juga menampilkan pembicara Abdillah Ahsan,dosen Fakultas Ekonomi Budaya Universitas Indonesia yang mengangkat tema ‘Peran DBHCHT dalam meningkatkan Pertanian.
Pada kegiatan sekolah tani dengan moderator Retno Rusdjijati, Ketua Muhammadiyah Tobacco Control Center (MTCC) Unimma tersebut, mengambil tema ‘Upaya Peningkatan Kesejahteraan Petani Tembakau melalui Optimalisasi Pemanfaatan,”. Yon