blank
Khatib Aam PBNU Yahya Cholil Staquf, saat menyampaikan pidato bersama para pemimpin komunitas W Deen Mohammed dan WEA, di Washington DC, AS, baru-baru ini. Foto: dok/ist

WASHINGTON DC (SUARABARU.ID)– Tokoh-tokoh agama, politik, dan intelektual Amerika Serikat (AS), berkumpul di Masjid Muhammad, Washington DC, belum lama ini. Mereka hadir untuk menyaksikan diumumkannya pembentukan aliansi antara Gerakan Global Humanitarian Islam, Komunitas Warith Deen Mohammed, dan World Evangelical Alliance (WEA),

Pembentukan aliansi ini untuk membangun ikatan yang kokoh, di antara agama-agama dunia, dalam upaya bersama mencari jalan keluar dari konflik antaridentitas dan memperjuangkan perdamaian.

Hadir juga di acara ini antara lain, Johnnie Moore (juru bicara komunitas Evangelis Amerika dan tokoh Partai Republik), David Saperstein (pemimpin Yahudi Reformis/tokoh Partai Demokrat), Paul Marshal (The Hudson Institute), Imam Talib Shareef (pimpinan komunitas W Deen Mohammed), dan Katib Aam PBNU Yahya Cholil Staquf.

BACA JUGA: Ketua PCNU Jepara: Jika PPKM Darurat Diperpanjang, Warga Nahdliyin Sudah Siap

Beberapa utusan KBRI di Washington DC juga hadir dalam kesempatan itu. Aliansi tiga pihak itu mengumumkan pernyataan bersama yang mereka sebut ‘The Nation’s Mosque Statement’ (Seruan Masjid Muhammad).

Mereka mengajak semua orang yang berkehendak, baik dari semua agama dan kebangsaan untuk bergabung dalam aliansi global, yang dibangun diatas landasan nilai-nilai keadaban bersama (shared civilizational values).

Menurut Khatib Aam PBNU Yahya Cholil Staquf, dalam siaran pers yang dikirim ke redaksi suarabaru.id, menyebutkan, aliansi global itu bertujuan untuk mencegah dijadikannya identitas sebagai senjata politik, dan untuk membendung penyebaran kebencian komunal.

BACA JUGA: Pengemudi Truk Terjebak di Jalan Tol, BPJT Dinilai Gagal Menjalankan Fungsinya

Selain itu juga, mempromosikan solidaritas dan saling menghormati di antara kelompok, budaya dan bangsa yang berbeda. ”Aliansi ini juga memperjuangkan terwujudnya tata dunia yang adil dan harmonis, berdasarkan penghormatan terhadap kesetaraan hak dan martabat bagi setiap manusia,” kata Yahya Staquf.

Dalam pembentukan aliansi ini, lebih dari 25 tokoh agama dan politik AS yang hadir, ikut membubuhkan tanda tangan, sebagai tanda dukungan.

Pada kesempatan itu, Yahya Cholil Staquf dan Sekretaris Jenderal WEA Dr Thomas Schirrmacher, menyampaikan pidato kunci dalam forum yang diprakarsai The Center For Shared Civilizational Values (CFSCV) itu.

BACA JUGA: Petugas Gabungan Lakukan Pengawasan dan Pemantauan di Pangkalan Ojek dan Warung Lesehan

”Kita mewarisi sejarah ratusan tahun konflik antaragama. Kini dalam konteks realitas abad ke-21, dunia tidak mungkin menahankan konflik seperti di masa lalu, karena jelas akan membawa keruntuhan peradaban umat manusia seluruhnya,” tegas Gus Yahya, sapaan akrabnya.

Ditambahkan dia, kini saatnya agama-agama dituntut untuk membangun landasan teologi yang kokoh, guna memberikan panduan bagi umatnya, agar mampu hidup berdampingan secara damai di tengah perbedaan.

Gus Yahya juga menyampaikan salam dari Ketua dan Pendiri CFSCV, KH Ahmad Mustofa Bisri. Dia juga menjelaskan, apa yang dijalankannya merupakan pelaksanaan amanat dari mendiang KH Maimoen Zubair, bahwa Indonesia harus memberi teladan kepada dunia tentang Bhinneka Tunggal Ika.

BACA JUGA: RSUD Budi Rahayu Dijadikan Rumah Sakit Rujukan Covid-19 

Sementara itu, Thomas Schirrmacher mengungkapkan keyakinannya atas kerja sama dengan Nahdlatul Ulama (NU).

”Kami telah melihat bukti-bukti nyata, bahwa Nahdlatul Ulama tidak hanya bermulut manis dalam soal perdamaian, tapi sungguh-sungguh bergulat dalam pemikiran dan gerakan nyata,” ujar dia.

Dalam acara itu juga, diluncurkan sebuah buku berjudul ‘Reimagining Muslim-Christian Relations in the 21st Century’ (Merangkai Kembali Hubungan Muslim-Kristen di Abad ke-21), yang merupakan kompilasi tulisan-tulisan dari para tokoh NU, seperti KH Abdurrahman Wahid dan KH A Mustofa Bisri, serta para tokoh-tokoh WEA.

BACA JUGA: Sleman Larang Warga Berolahraga di Tempat Umum untuk Cegah Kerumunan

Sebagai tulisan utama adalah versi bahasa Inggris dari ‘Muqaddimah Qanun Asasi’, yang merupakan pidato pembukaan dalam Muktamar NU yang pertama, oleh Hadratussyeikh KH M Hasyim Asy’ari.

”Dengan buku ini, untuk pertama kalinya Muqaddimah Qanun Asasi diterjemahkan dan diterbitkan dalam Bahasa Inggris,” kata C Holland Taylor, Duta Khusus GP Ansor untuk Amerika, Eropa, dan PBB.

”Sebenarnya sangat terlambat, bahwa dunia harus menunggu hampir 100 tahun sebelum memeroleh akses kepada pemikiran pendiri NU, yang isinya sangat dibutuhkan bagi pencerahan umat manusia,” tukas Taylor.

BACA JUGA: Sinergi Dandim, Kapolres, Bupati Tinjau Percepatan Vaksinasi di Kradenan dan Cepu

Dalam buku itu juga dijelaskan, kenapa suatu masyarakat dan peradaban bisa runtuh, dan bagaimana membangkitkan dan membangun peradaban mulia yang kokoh.

”Apabila dunia mau memerhatikan dan mengikuti panduannya, pemikiran Hadratussyeikh ini akan menjadi pertolongan besar di tengah kemelut yang melanda saat ini,” tandasnya.

Riyan