JAKARTA (SUARABARU.ID) – Bikinnya berdua ngurus anaknya juga berdua. Itulah slogan Ayah ASI, gerakan sosial untuk meningkatkan keterlibatan para ayah dalam mendukung istri agar sukses menyusui.
Komunitas yang berdiri pada April 2011 diketuai oleh Rahmat Hidayat itu mengajak para ayah untuk mendukung istri menyusui bayinya, karena sangat penting demi kesehatan dan pertumbuhan anak. Ia mengatakan itu dalam webinar “ Cegah Stunting dengan Membangun Kualitas Ketahanan Keluarga Responsif Gender”, Selasa 29 Juni yang diseleggarakan oleh Kemen PPPA, memperingati Hari Keluarga 2021
Ditambahkan pada orasi yang berjudul Peran Laki-laki dalam keluarga dan Pencegahan Stunting, tidak ada ibu yang gagal dalam menyusui, yang gagal adalah pendukung mereka. Dia mengajak para suami untuk tidak mempedulikan ejekan teman-temannya jika banyak terlibat dalam mengurus bayi. ”Ayah menjadi pendukung utama menyusui bayi dan perlu dilibatkan dalam pencegahan stunting . Suami perlu belajar tata cara mengurus anak dan rumah,” tandasnya.
Gagal Tumbuh
Sementara itu Venetia R Dannes, Deputi Bidang Partisipasi Masyarakat Kemen PPPA mengatakan stunting adalah gagal tumbuh anak balita karena kekurangan gizi secara kronis atau infeksi terutama pada 1000 hari pertama kehidupan (HPK), 270 hari pada kehamilan dan 730 pada 2 tahun pertama, mengakibatkan gangguan pertumbuhan pada anak dari standar usia.
Akibat lebih jauh, berkurangnya IQ secara signifikan menyebabkan rendahnya pencapaian sekolah, penghasilan rendah di masa depan. “Negara akan menanggung biaya 2 – 3% dari domestik bruto atau sekitar 300 triliun rupiah.” Kata Venetia. Penyebab terjadinya stunting selain gizi jantara lain uga permasalahan sosial, ekonomi, budaya dan KDRT
Indonesia pada urutan keempat di dunia dan kedua di Asia Tenggara dalam stunting. Sebesar 30% – setara 7 juta balita atau rata-rata 1 dari 3 anak balita mengalami stunting. Tahun 2018 jumlah turun sekitar 7% dari tahun 2013. Jumlah stunting tahun 2019 sebesar 27,67%, berhasil ditekan dari 37,8 %, sementara toleransi maksimal stunting dari WHO harus kurang dari 20%.
Periode Emas
Pembicara dr. Anggia Farrah Rizqiamuti SpA,Mkes, mengingatkan pentingnya asupan gizi sejak bayi masih dalam kandungan. Seribu hari pertama kehidupan adalah periode emas sehingga perlu asupan gizi seimbang. Sementara Khotimun Sutanti dari Nasyiatul Aisyiyah mengatakan pembedaan peran gender sesungguhnya tidak menjadi persoalan apabila tidak menimbulkan dampak ketidakadilan. Kenyataannya pembedaan itu menimbulkan ketidakadilan terutama bagi perempuan.
Laki-laki memperoleh privilege bahkan sejak sebelum lahir, karena budaya dan patriarkhi. Dalam hal akses gizi, keputusan terkait reproduksi , kapan hamil, berapa anak, penggunaan kontrasepsi dll.
Humaini As